Berbeda dengan cerita teman saya, saat anak-anaknya berisik dengan teman-temannya saat salat di masjid, orang dewasa yang salat di sebelahnya langsung menghardiknya, dan berkata dengan wajah marah, di masjid tidak boleh berisik. Teman saya bercerita gara-gara pengalaman buruk itu, si anak sempat takut pergi ke masjid selama beberapa hari. Â Â
Oya, di akhir pekan, setelah salat tarawih selesai, kami akan bermain petak umpet. Ceria, tertawa lepas, begitu bersemangat tak ada yang ditakutkan. Padahal saat itu hari menjelang malam dan kami bersembunyi dimana saja, di tempat yang susah ditemukan, di balik dinding rumah tetangga atau di balik pohon. Masa kecil memang masa yang paling bahagia dan menyenangkan, tak ada hal rumit yang dipikirkan, tak ada yang dikhawatirkan dan ditakutkan. Apapun warna dunia di luar sana, wajah kanak-kanak itu hanya menghadapinya dengan satu cara, tertawa!
Dan saat itu pun orang tua kami tak pernah marah, meski kami bermain sampai malam, di bawah sinar rembulan. Para orang tua pun ikut bercengkerama menemani anak-anaknya yang sedang bermain dengan gembira.
Ah, Ramadan dan kenangan indah masa kecil yang begitu dirindukan!
Hidup memang tak selalu indah, tapi yang indah akan selalu hidup, meski hanya dalam kenangan.Â
Kenangan akan masa lalu. Waktu yang telah berlalu, yang tak pernah bisa kita kunjungi lagi, yang jaraknya teramat jauh untuk kita tempuh.
Seperti yang dikatakan Imam Al-Ghazali dalam kitab Khuluq al-Muslim, saat bertanya hal biasa kepada muridnya, yang akhirnya dijawab beliau dengan luar biasa.
"Apakah yang paling jauh dari diri kita?"
Murid-muridnya menjawab, "Negeri China, bulan, matahari, bintang."
Sang imam berkata, "Yang paling jauh adalah waktu yang telah berlalu."