Mohon tunggu...
Harun Al Rasyid Selano
Harun Al Rasyid Selano Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sorong, Komisariat UNIMUDA.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Manusia Beragama? (Bagian 1)

28 Mei 2020   19:16 Diperbarui: 29 Mei 2020   09:49 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Writer (dokpri)

Pertanyaan-Pertanyaan Umum Sebagai Pengantar Topik

Dengan mempunyai suatu kesamaan identitas, agama merupakan sebuah magnet yang sangat efektif untuk mengumpulkan masa. Di dalam dunia politik, agama kerap kali dijadikan sebagai alat untuk membelenggu kumpulan manusia untuk menjalankan misi-misi tertentu sebagaimana yang diinginkan secara bersama-sama. Jika dibandingkan dengan isu-isu lain untuk mengumpulkan manusia, misalnya seperti kesamaan suku, ras, budaya bahkan ikatan keluarga sekalipun, agama adalah sesuatu alat yang paling efektif untuk hal tersebut. 

Mengapa manusia beragama, adalah suatu pertanyaan yang tidak bisa dijawab secara spontan atau secara serta-merta hanya dengan mengandalkan kekuatan dari kutipan dalil-dalil kitab suci agama tertentu. 

Pertanyaan tersebut hanya berjumlah tiga kata, akan tetapi untuk menjawabnya, seseorang yang logis dan rasional mesti menyusuri hutan belantara dalam mencari gagasan-gagasan yang memadai serta dia harus mengarungi samudera yang luas lagi bergelombang kemudian menyelaminya untuk menemukan mutiara (jawaban) yang terbaik untuk menjawabnya. 

Jika pertanyaan seperti ini ditanyakan kepada seorang pimpinan dari suatu perguruan tinggi, maka dia mesti menyisihkan sekurang-kurangnya dua semester untuk mencari jawabannya secara tepat dan komprehensif. 

Adanya kitab suci dalam sebuah agama adalah karena adanya agama. Jika kita ingin bertanya secara kritis, lebih dahulu mana ada di dunia, agama ataukah kitab suci ?.

Fungsi diturunkan atau diadakannya suatu kitab suci adalah untuk mengatur kehidupan manusia dalam menjalankan ajaran agamanya, hal ini berarti agama membutuhkan sebuah panduan atau tata kelola yang didesain sedemikian rupa untuk mengilhami kehidupan manusia serta menunjukkan kepadanya apa yang semestinya dilakukan dan melarang apa yang seharusnya dihindari. 

Jika kita ibaratkan, lebih duluan mana, Negara Indonesia ataukah UUD 1945 ?. Jawabannya tentu saja adalah adanya Indonesia terlebih dahulu, baru setelah itu dibuatkan panduan bagi masyarakat untuk ber-Indonesia secara baik dan benar. 

Jadi negara Indonesia itu awalnya tidak ada, yang ada hanyalah 'Ilusi' atau khayalan semata dari orang-orang tertentu yang hidup pada zaman tertentu pula untuk mengatur tentang kehihidupan secara bersama-sama karena memiliki pandangan dan cita-cita yang sama pula. 

Maka, karena adanya kesamaan pandangan dan cita-cita masyarakat yang hidup di Nusantara pada saat itu, sehingga mereka menginginkan adaanya suatu wadah yang dapat menampung eksistensi mereka secara komunal. 

Jika kita tarik pengibaratan tersebut ke dalam asal-usul agama, maka hal ini berarti agama adalah sebuah fantasi atau ilusi yang berasal dari logika manusia yang memiliki kesamaan persepsi dalam hidup serta mereka secara bersama-sama ingin menggantungkan hidupnya kepada sesuatu kekuatan maha dahsyat yang berada di luar dari jangkauan logika manusia, yang kemudian dalam bahasa berbagai agama disebut dengan Tuhan, dewa, serta nama-nama lain yang berasal dari berbagai istilah keagamaan yang ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun