Mohon tunggu...
Harun Al Rasyid Selano
Harun Al Rasyid Selano Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sorong, Komisariat UNIMUDA.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Taklidisme dalam Beragama (Bagian 2)

26 Mei 2020   15:42 Diperbarui: 31 Mei 2020   12:06 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Urgensi Rasionalisme Dalam Beragama

Salah satu dari keistimewaan manusia di hadapan Tuhan adalah rasionalitas. Diberikannya potensi untuk mampu membedakan hal yang baik dan buruk, benar dan salah, serta bagus dan jelek ialah fitrah manusia yang begitu luhur dalam menjalani bahtera kehidupan oleh setiap manusia. 

Ciptaan Tuhan yang lain seperti malaikat, jin, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda langit lainnya adalah contoh dari perbandingan yang dibuat oleh Tuhan untuk manusia dengan tujuan agar manusia itu bisa menyadari seberapa besar anugerah berupa akal yang telah diberikan Tuhan kepadanya, yang dengan akal itulah Tuhan hendak mengangkat manusia sebagai wakil-Nya di bumi ini dengan tuhuan agr dia dapat memakmurkan isinya. 

Kedudukan akal bagi manusia dalam memandang sebuah realitas kehidupan dalam agama Islam itu kami ibaratkan seperti seorang karyawan pada suatu perusahaan yang mana karyawan tersebut bertugas sebagai seorang salesman (penjual) yang dia harus setiap hari berkeliling untuk mencari konsumen. 

Maka karena tugasnya adalah berkeliling setiap harinya, sehingga dia diberikan oleh bossnya sebuah kendaraan berupa sepeda motor yang akan memudahkan urusannya. 

Pertanyaan yang dapat kita ajukan dari contoh tersebut ialah ; apakah dengan adanya sepeda motor tersebut, lantas si karyawan tadi akan memilih kendaraan lain berupa angkutan umum yang berbayar ? Ataukah dia akan memilih untuk berjalan kaki hingga mencapai tempat tujuannya meskipun jauh ? Tentu saja bagi seorang yang waras, maka dia akan memilih untuk menggunakan kendaraan tersebut. 

Nah, jika sang boss itu kita ibaratkan sebagai Tuhan, dan si karyawan itu adalah manusia, maka sepeda motor tersebut adalah kalnya manusia (tentu saja ini hanyalah sebatas analogi untuk mempermudah pemahaman kita). 

Suatu ketika si karyawan ini hendak menawarkan barang yang diproduksi oleh perusahaan tempat dia bekerja itu kepada konsumen yang jarak tempuhnya mencapai puluhan kilo meter. 

Namun yang dilakukan oleh sang karyawan tadi adalah dengan memilih untuk berjalan kaki. Tentu saja ini adalah hal konyol dan bodoh yang dia lakukan. Kemudian karena tidak mampu untuk berjalan, sehingga dia menumpang pada sebuah kendaraan umum, hal ini wajar saja. Namun dia justeru bertindak tidak selayaknya karena telah mengabaikan pemberian dari bossnya untuk dia gunakan pada saat kapanpun dia mau. 

Hal inilah yang membuat Tuhan memerintahkan manusia untuk senantiasa bersyukur sepanjang waktu karena telah diberikan nikmat yang begitu banyak dan besar. 

Dan salah satu nikmat yang besar itu adalah diberikannya akal kepada manusia untuk menjalani aktivitas kesehariannya. Seseorang yang tidak menggunakan akalnya, maka dia tidak mensyukuri pemberian Tuhan kepadanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun