Oleh : Sekar Maharani Putri
Prioritas yang Keliru: Antara Perut Kenyang dan Masa Depan Cerah
Di tengah riuhnya perdebatan mengenai program Makan Siang Gratis (atau mari kita sebut MBG agar lebih ringkas), kita disuguhkan janji alokasi dana triliunan rupiah. Wacana ini sangat menarik, populis, dan tentu saja, menjanjikan perut kenyang.
Namun, pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya: apakah ini benar-benar prioritas utama bangsa kita saat ini?
Faktanya, di saat kita sibuk menghitung porsi nasi dan lauk, ada jutaan anak Indonesia yang terpaksa putus sekolah atau terancam putus sekolah. Bukan karena mereka malas belajar, tapi karena mereka terhalang biaya. Uang pangkal, seragam baru, buku pelajaran, atau bahkan sekadar iuran bulanan---semua itu adalah tembok tebal yang tak bisa ditembus oleh keluarga miskin.
Lalu, kita dihadapkan pada pilihan: memberi makan anak yang sudah bisa sekolah, atau memastikan anak yang tak punya biaya bisa mengenyam pendidikan? Secara logika dan moral, jawabannya seharusnya sudah jelas: pendidikan adalah fondasi, makanan adalah penunjang.
Pendidikan: Investasi Seumur Hidup, Bukan Solusi Instan
Program MBG memang baik dan mulia, tapi sifatnya hanya sementara. Anak hanya kenyang saat itu juga, namun masalah kemiskinan yang menjerat keluarganya tetap ada.
Sementara itu, pendidikan adalah investasi seumur hidup. Dengan bekal ilmu dan ijazah, seorang anak memiliki peluang besar untuk memutus rantai kemiskinan yang diwariskan turun-temurun. Pendidikan memberikan mereka "kail", bukan sekadar "ikan".
Bayangkan jika dana triliunan rupiah yang dialokasikan untuk program MBG dialihkan untuk menyelesaikan masalah fundamental ini:
Menggratiskan Semua Biaya PendidikanFokuskan dana tersebut untuk benar-benar menggratiskan pendidikan dari SD hingga SMA, terutama bagi keluarga di bawah garis kemiskinan. Ini harus mencakup biaya tak terduga seperti uang pangkal, seragam, dan biaya kegiatan sekolah.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!