Mohon tunggu...
Nova Listiani
Nova Listiani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenaikan Dolar Vs Kenaikan Elektabilitas Makna yang Sama Berbasis Kinerja Seorang Presiden

27 April 2018   14:01 Diperbarui: 27 April 2018   14:10 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Uang merupakan unsur terpenting dalam suatu sistem perekonomian modern. Kehadiran uang sudah melembaga dalam masyarakat, sehingga segala aktivitas masyarakat dipengaruhi, diukur dan banyak ditentukan oleh uang. Dengan adanya uang, transaksi yang dilakukan oleh manusia menjadi lebih mudah, cepat, dan tidak terlalu dibatasi lagi oleh dimensi waktu. 

Uang merupakan alat yang sah sebagai pembayaran dalam melakukan transaksi jual beli dan setiap negara pasti memiliki mata uang sendiri yang nilanya tidak sama antara mata uang satu negara dengan negara lain. Untuk itulah adanya kurs tukar atau nilai tukar yang merupakan suatu perjanjian yang disepakati antar dua negara untuk tukar menukar mata uang masing-masing negara yang digunakan untuk pembayaran saat ini atau di kemudian hari.

Dolar Amerika Serikat yang merupakan patokan mata uang di seluruh dunia walaupun kenyataannya masih terdapat mata uang yang lebih kuat daripada dolar Amerika Serikat seperti mata uang Euro (EUR) yang digunakan hampir di sebagian besar negara-negara di Eropa dan Poundsterling (GBP) yang merupakan mata uang negara Inggris. Namun tetap saja, dolar Amerika Serikat menjadi patokan utama mata uang dunia dan patokan utama pertukaran uang di dunia.

Saat ini, Indonesia sedang diguncang oleh terus melemahnya kurs rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat. Kenaikkan dolar benar-benar menjadi isu yang sangat hangat dan menjadi berita terpanas akhir-akhir ini dan menjadi isus yang seksi oleh para politisi terutama dari kalangan oposisi terlebih lagi menjelang tahun politik yaitu Pipres dimana dolar  bercokol di posisi 14.000 rupiah membuat banyak orang kebakaran jenggot.  Memang melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar sedikit banyak memberi persoalan terhadap berbagai sektor usaha. 

Para pengusaha khawatir karena biaya yang dikeluarkan perusahaan akan meningkat, terutama atas bahan baku yang berasal dari impor. Sementara daya beli masyarakat justru turun karena harga barang menjadi mahal. Banyak masyarakat Indonesia yang mengharapkan nilai tukar rupiah terhadap dolar kembali stabil di posisi Rp 10.000,00 sekian atau bahkan mencapai Rp 9.000,00 sehingga harga bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia tidak naik secara drastis. Hal ini dapat dipahami karena ketika harga-harga kebutuhan naik tidak diimbangi pula dengan naiknya pendapatan.

Kenaikkan harga dolar saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor global khususnya kebijakan dari fiskal, moneter, pajak dan perdangangan Amerika Serikat yang sangat mempengaruhi dunia termasuk berdampak kenilai tukar rupiah maupun negara lain seiring dengan perbaikan data ketenagakerjaan dan inflansi. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar sedikit banyak memberi persoalan terhadap berbagai sektor usaha, hal ini dikarenakan sebagian besar perdagangan luar negeri Indonesia dijalankan dengan menggunakan dolar AS.  Banyak pendapat orang mengatakan jika rupiah melemah artinya Indonesia tamat. 

Bisa jadi pendapat tersebut benar atau salah.  Namun pada kenyataannya banyak sektor justru diuntungkan dari naiknya harga dolar di pasar valuta asing dan beberapa segmen tertentu dapat menambah profit karena mereka menjual barang tersebut ke ekspor. Dengan kenaikan dollar jadi momentum bagi kita untuk mengenjot Investasi dan Ekspor,seperti batu bara, sawit, dimana ongkosnya rupiah jualnya dengan dolar. Selain itu mahalnya dolar akan membuat harga barang impor seperti buah yang merupakan jenis barang komsusmi  menjadi mahal. 

Dampak dari mahal barang tersebut membuat orang yang dulu nya gemar menggunakan buah impor akan beralih ke buah lokal yang harganya lebih rendah. So memang akan mengurangi pendapatan importir lokal, tetapi akan menaikkan pendapatan para petani dan pedagang buah lokal. Untuk itu pemerintah sudah melakukan langkah-langkah antisipatif terhadap hal tersebut dengan mengumpulkan para menteri --menteri ekonomi dan para pengusaha. 

Pilihan yang dilakukan pemerintah  yaitu dengan memperkuat ekonomi domestik dengan cara stimulus pemerintah lebih cepat, mengurangi impor kebutuhan pokok dan meningkatkan industri dalam negeri untuk penuhi kebutuhan nasional sehingga mengurangi impor yang ujungnya meningkatkan produksi pertanian

Dikaitkan dengan adanya pendapat yang mengkaitkan antara kenaikan dolar bertolak belakang dengan kenaikan elektabilitas Presiden Jokowi   merupakan hal yang wajar dan hak setiap orang. Asumsi mereka mengatakan  apabila elektabilitas Presiden naik berarti kinerja beliau baik dan nilai dolar tidak naik sampai menembus/mendekati 14.000 dolar. Mereka berpandangan bahwa pelemahan rupiah merupakan hal yang negatif, tetapi mereka juga lupa ada sisi yang positif dari kenaikkan tersebut seperti yang diuraikan diatas.

 Dilihat dari hal tersebut jelas kenaikan dolar dan kenaikkan elektabilitas jokowi merupakan hal berbeda. Kenaikkan dolar dipengaaruhi oleh beberapa faktor dan bersifat situasional, sedangkan kenaikkan elaktebilitas tidak bersifat situasional (memerlukan waktu).  Walaupun berbeda tetapi memiliki makna yang sama terkait dengan kinerja sesorang yang melatarbelakangi hal tersebut.  Kenaikkan dolar tersebut dipengaruhi oleh kinerja Presiden Donald Trump sedangkan kenaikkan elaktabilitas Presiden Jokowi dipengaruhi oleh kinerja beliau yang dirasakan oleh masyarkat banyak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun