Mohon tunggu...
Seekha Febriana
Seekha Febriana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa sosiologi

Fisip Uin Walisongo

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Kelebihan dan Kekurangan E-Learning pada Schoology

25 April 2020   15:00 Diperbarui: 25 April 2020   16:16 5350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seiring pesatnya kemajuan Teknologi Informasi, maka berkembang pula pola interaksi satu sama lain. Dalam dunia pendidikan, sistem pembelajarannya pun telah mengalami perkembangan. Dahulu, sistem pembelajaran hanya dilakukan di kelas secara tatap muka. Sekarang, proses belajar mengajar bisa dilakukan di manapun dan kapanpun melalui e-learning. Sistem pembelajaran elektronik atau e-learning ialah sebuah cara baru, sebagai pelengkap dalam mencapai keberhasilan proses belajar mengajar. E-learning bisa diakses menggunakan laptop, tablet, smartphone serta perangkat teknologi lainnya.

Semenjak wabah Corona menyerang berbagai negara di belahan dunia  termasuk Indonesia, maka social distancing pun diberlakukan. Yang mana memaksa kita harus menjaga jarak dengan orang lain. Tak hanya itu, negara-negara yang telah terkena wabah Corona, termasuk Indonesia pun harus melakukan lockdown. Maksud dari lockdown yakni kita tidak boleh kemana-kemana atau pergi ke luar daerah, karena kondisi darurat (Garijito, 2020).

Akibat wabah tersebut, maka kita dipaksa untuk berdiam di rumah. Jika kita ingin keluar rumah, tidak diperkenankan terlalu sering atau hanya boleh terkait urusan penting. Sehingga, sekolah-sekolahan dari TK sampai Perguruan Tinggi dengan terpaksa harus diliburkan sementara waktu, sampai kondisi berangsur normal. Kebijakan Pemerintah terkait proses belajar mengajar di rumah yakni menggunakan aplikasi daring. Salah satu aplikasi daring ini ialah Schoology.

Schoology ialah sebuah layanan komunikasi sosial serta lingkungan belajar virtual bagi sekolah-sekolah K-12 serta perguruan tinggi. Yang mana memungkinkan pengguna tersebut untuk bisa membuat, mengelola serta berbagi konten akademik. Schoology juga dikenal sebagai sistem manajemen pembelajaran (LMS) atau sistem manajemen kursus (CMS), program berbasis cloud, menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam mengelola kelas online (Hastary, 2019).

Kelebihan-kelebihan dari Schoology yakni: Pertama, aplikasi Schoology bisa diakses secara mudah dipencarian google, dengan mengetik Schoology maka program tersebut akan muncul. Kedua, terdapatnya berbagai jenis materi yang bisa digunakan. Jika butuh untuk menyimak percakapan atau pembicaraannya saja, maka bisa menggunakan fitur audio. Saat proses belajar mengajar tersebut ingin melihat gambar serta mendengarkan penjelasaannya, maka bisa memilih audio visual. Ketiga, sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru/dosen bisa mengirim materi dalam fitur assignment. Perintah pengerjaan soal-soal dengan batas waktu, bisa juga dimasukkan dalam fitur assignment tersebut. Keempat, Schoology ini  bisa mengunduh dan mencetak daftar hadir serta tugas-tugas yang telah dikirim sebelumnya. Jadi, kita punya file offline.

Kekurangan-kekurangan dari Schoology yakni: Pertama, lancar atau tidaknya ketika mengakses Schoology tergantung sinyal dari kartu kuota yang digunakan. Kedua, boros quota. Ketika para pengajar memberikan file berupa audio, itu akan menyedot kuota beberapa byte. Ketiga, Schoology hanya bisa diakses pada handphone android saja. Keempat, bisa terjadi kerja sama antara yang benar-benar masuk kelas dan tidak (Haryanto, 2018).

Jadi, bisa disimpulkan bahwasanya adanya Schoology telah cukup membantu dalam proses belajar mengajar. Yang didukung oleh fitur-fitur yang terdapat di dalamnya. Namun, Schoology juga memiliki kekurangan dalam penggunaannya, salah satunya terkait sinyal. Setiap produk teknologi pastilah terdapat kelebihan dan kekurangan, yang dalam penggunaanya harus digunakan secara bijak.

Menurut saya, memang benar adanya Schoology telah cukup membantu proses belajar mengajar. Tetapi, saya pribadi lebih suka proses pembelajaran yang tatap muka langsung. Karena, saya bisa lebih jelas memahami terkait yang dosen ajarkan. Tak hanya itu, jika ada hal-hal yang tidak saya pahami, maka saya bisa langsung bertanya kepada ibu atau bapak dosen terkait. Tanpa harus bergelut dengan sinyal kartu kuota yang kembang kempis.

Referensi :

Garijito, D. (2020, March 18). Suara.com. Dipetik April 25, 2020, dari Suara.com: https://www.suara.com/news/2020/03/18/105643/arti-lockdown-social-distancing-dan-istilah-corona-lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun