Mohon tunggu...
Lyfe

Apa itu Perpeloncoan, Perbedaan Tegas dan Keras, Serta Contoh OSPEK yang Baik

23 Agustus 2015   21:34 Diperbarui: 23 Agustus 2015   21:52 2374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Wikipedia, Perpeloncoan adalah praktik ritual dan aktivitas lain yang melibatkan pelecehan, penyiksaan, atau penghinaan saat proses penyambutan seseorang ke dalam suatu kelompok. Perpeloncoan telah dijumpai di berbagai jenis kelompok sosial, termasuk geng, tim olahraga, sekolah, satuan militer, dan kelompok persaudaraan. Di Amerika Serikat dan Kanada, perpeloncoan sering dikaitkan dengan organisasi Yunani (fraternity dan sorority di perguruan tinggi). Perpeloncoan sudah dilarang oleh hukum di beberapa negara dan biasanya mencakup penyiksaan fisik (tergolong kekerasan) atau penyiksaan psikologis. Perpeloncoan pada tingkat ekstrem melibatkan penelanjangan tubuh atau pelecehan seksual.

Perpeloncoan sudah mendarah daging di berbagai tempat pendidikan, ini disebabkan karena tidak terdapatnya perhatian yang serius dari Guru/Penangggung Jawab itu sendiri. Selain itu, perpeloncoan tetap terjadi karena faktor “balas dendam”. Jika tidak dihentikan mungkin akan tetap berlanjut sampai anak cucu kita kelak.

Sistem dalam OSPEK maupun MOS harus diubah sehingga kemungkinan perpeloncoan tidak terjadi, dan ditamankan sejak awal bergabung untuk para panitia rasa kasih sayang akan sesama sehingga tidak terjadi hal seperti itu.

Mungkin sebagian orang beranggapan bahwa perpeloncoan hanya untuk lelucon dan bercandaan supaya senior dan junior semakin akrab. Itu SALAH BESAR! Perpeloncoan hanya akan menyenangkan sebelah pihak karena belum tentu pihak junior yang dipelonco merasa ikhlas bahkan senang dengan apa yang dilakukan oleh seniornya. Atau, perpeloncoan untuk menanamkan rasa hormat pada senior. Ini juga SALAH BESAR! Kenapa? Dikarenakan rasa hormat datang dari dalam hati bukan dengan cara seperti itu malah kadang hasilnya bukan rasa hormat yang didapatkan melainkan rasa takut akan senior (senioritas).

Terkadang suatu instansi/sekolah sudah tidak melakukan kegiatan OSPEK/MOS yang melanggar peraturan secara fisik, tetapi terkadang mereka masih melakukan hal yang melanggar dalam hal mental seperti berteriak, menyalahkan peserta, bahkan menghina. Kadang para panitia yang berperilaku seperti itu berdalih mereka berbuat TEGAS. Disini saya ingin tekankan tentang hal yang dinamakan TEGAS dan KERAS, KERAS belum tentu TEGAS, begitu pula TEGAS belum tentu juga KERAS. Terkadang mereka yang melakukan perintah dengan KERAS itu ingin menunjukan bahwa mereka kuat, superior bahkan ingin dihormati. Sedangkan jika melakukan perintah dengan TEGAS belum tentu seperti itu, memberi perintah dengan TEGAS tidak perlu berteriak-teriak serta menghina, cukup dengan mengatakan hal yang sewajarnya tidak perlu membuat mental para peserta OSPEK/MOS merasa tertekan.

Beberapa contoh dibawah ini adalah program OSPEK dinegara lain yang mungkin dapat kita contoh untuk kedepannya supaya perpeloncoan tidak terjadi lagi:

  1. OSPEK di Jepang: Mengutamakan eratnya hubungan senior-junior. Di sini, senior bukannya menekan dan membentak-bentak juniornya. Mereka justru "melayani" dan membantu juniornya untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
    Di Jichi Medical University Jepang (JMU), semua mahasiswa mulai dari tahun 1 sampai tahun 6 tinggal di dormitory/apartemen yang sama. Semua junior yang baru masuk dibagi menjadi 10 kelompok kecil, dan masing-masing kelompok memiliki senior pendamping. Senior pendamping ini wajib memberitahu dan mengajari junior tentang segala hal yang berkaitan dengan kehidupan di kampus, bagaimana cara belajar bersama, apa-apa saja makanan daerah lokal yang tersedia, apa saja fasilitas yang ada di kampus dan sekitar kampus. Senior bahkan sering mengajak junior makan siang/malam bersama-sama. Dengan cara seperti ini, akan tercipta hubungan yang baik antara junior dengan senior. Junior akan menghormati senior, pun demikian juga dengan senior yang akan mengayomi junior.

  2. OSPEK di Jerman. Formal, efektif, efisien, tapi tetap menyenangkan.
    Perguruan Tinggi (PT) di Jerman umumnya menyelenggarakan kegiatan penerimaan mahasiswa baru tidak membuang waktu lama. Di Hochschule Harz contohnya, mulai dari tingkat Diploma, Sarjana maupun Pascasarjana, pengenalan mahasiswa baru secara efektif hanya diselenggarakan selama kurang lebih 2-3 hari. Rincian kegiatan juga kurang lebih serupa, mahasiswa baru diterima secara langsung oleh petinggi PT setara Rektor, Pembantu Rektor bidang akademik ataupun Dekan Fakultas. Mereka mendapatkan pengarahan akademis secara umum dalam tingkatan PT, fakultas dan jurusan. Lalu dilanjutkan dengan Tour de Campus untuk mengenalkan fasilitas kampus itu sendiri, juga mengemas kegiatan tur kampus ini menjadi sebuah permainan seru. Selebihnya mereka mengadakan acara kumpul-kumpul bersama seperti Barbeque Party di taman kampus atau Welcoming Party di sebuah klub. Tak ada satupun kegiatan ‘bantai-membantai‘ antara senior terhadap junior. Dengan rancangan kegiatan yang padat tersebut, menjadikan waktu lebih efektif dan efisien baik dari pihak PT sendiri juga bagi mahasiswa baru.

  3. OSPEK di Amerika Serikat: Diskusi, tukar pikiran, dan kompetisi sportif!
    Di kampus Hampshire College, Amerika Serikat, juga mahasiswa baru justru diajak berkelompok buat berdiskusi isu-isu penting seperti kekerasan seksual, komunikasi, dan lain-lain. Kegiatan itu terkesan santai karena digelar di taman-taman kampus sambil duduk melingkar. Pada acara yang lebih memacu adrenalin, mahasiswa baru disambut dengan pertandingan basket, panjat tebing, atau arung jeram. Intinya menyenangkan dan bermanfaat, tidak membuat stres dan tertekan.

Sekian dari tulisan saya yang sedikit kurang menarik, saya berterima kasih jika ada yang ingin memberi kritik maupun saran :)

Sumber:  1, 2, 3

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun