Ada sebuah quotes dari Albert Einstein yang hingga kini masih sering diucapkan banyak orang. Quotes tersebut adalah 'If you can't explained simply, you don't undestand it well enough'. (Jika kamu tak bisa menjelaskan secara simpel maka kamu gak ngerti-ngerti banget lah).
Nah kali ini saya akan hubungkan quotes tersebut ke bidang ekonomi. Tulisan ini pun hanya test case saja, biasanya saya tulis di facebook saja
Di bumi ini sekiranya kita lihat ada beberapa bangsa yang sangat pandai dalam berdagang. Bahkan banyak orang dari kalangan bangsa-bangsa ini yang memiliki kekayaan tak masuk akal.
Tanpa ada unsur SARA, kalau boleh saya sebutkan bangsa ini adalah, Bangsa Tionghoa, Arab, India dan Yahudi. Meski ada orang-orang kaya dari negara lain seperti Amerika semisal Bill Gates, Roman Abramovich dari Rusia. Namun mereka kaya hanya secara personal.
Berbeda dengan 4 bangsa tadi, jumlah orang kayanya masif. Pertanyaanya bagaimana bisa?. Jawabnya sebenarnya mudah, mereka bangsa-bangsa ini menyederhanakan penggunaan sistem ekonominya.
Seperti diketahui sistem keuangan Internasional adalah justru produk dari salah satu bangsa tersebut. Yaitu Bangsa Yahudi lalu kenapa bisa sampai digunakan khalayak dunia sistem 'finance' tersebut. Jawabnya lagi-lagi mudah supaya bangsa lain sulit untuk menjadi kaya.
Padahal selidik punya selidik di Negaranya sendiri Yahudi ini menggunakan sistem keuangan sederhana. Begitu pun yang dilakukan oleh Tionghoa, Negara-Negara Arab dan India.
Sistem keuangan ini adalah yang digunakan saat pelajaran dasar akuntansi dulu. Yaitu hanya menggunakan debit, kredit dan saldo. Mudahnya sih hanya begini, berapa uang masuk, berapa uang keluar, dan berapa sisa uang.
Sistem penghitungan tersebut ternyata sangat efektif dan mudah. Bahkan akan memperkecil terjadinya salah penghitungan keuangan. Berbeda dengan finance pada umumnya yang jauh berbelit-belit hingga memperbesar celah kesalahan di dalamnya.
Contoh ringan misalnya, dalam penghitungan akuntansi ada sewa bayar muka. Lalu ada depresiasi, lalu ada laba tertahan. Jika disederhanakan hal ini banyak cacatnya.
Depresiasi misalnya, bagaimana kita menghitung nilai barang berdasarkan waktu. Nilai yang keluarnya tersebut banyak yang hanya sekedar forecasting belaka. Misal ujug-ujug dituliskan depresiasi 30% bagaimana bisa angka tersebut keluar. Belum laba tertahan, kalau duitnya belum masuk mana bisa disebut laba. Kacau kan jadinya.