Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

5 Bahaya Pemimpin yang Suka belanja, Apa Jadinya Bangsa Ini?

12 Februari 2016   05:12 Diperbarui: 12 Februari 2016   07:06 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

5 Bahayanya Pemimpin yang suka belanja, Apa jadinya negara ini?

Semua orang suka belanja apalagi tatkala berkunjung ke tempat perbelanjaan yang besar, mata melotot tak berkedip, ingin rasanya memborongnya. Cuma acap kali kita tidak dapat belanjain semua karena keterbatasan persediaan uang kita, atau uang kita memang ada tapi barang itu tidak dibutuh. Itu sebabnya kita perlu ngerem supaya tidak lebih besar pasak dari pada tiang.

Sikap kita sehari-hari dalam mengelola uang itu biasanya akan kita praktekkan juga dalam menjadi pemimpin apalagi pejabat, itu sebabnya prilaku seorang pemimpim selalu mendapat sorotan dari bawahan, sedangkan seorang pejabat tinggi oleh bawahannya dan masyarakat.

Apabila sudah ditargetkan dana yang hendak dibelanjakan, namun satu dua hal tidak jadi, sering kali disebut sebagai tidak terserapnya dana, sementara akan dianggap bagus kalau dana yang dipakai pas dengan targetnya. Jikalau seorang pemimpin harus menghargai apa yang dipimpinnya seperti menghargai milik sendiri., itu sebabnya jikalau ada pemborosan di sana-sini haruslah dicegah. Lalu bagaimana jikalau ada seorang calon pemimpin yang berani dengan sesumbar berkata, mari belanja agar supaya anggaran terserap semua.

Di bawah ini ada 5 Bahaya pemimpin yang model begitu :

1. Pemimpin yang suka belanja itu namanya pemimpin yang konsumerisme. Pemimpin itu harus cerdik dan berhikmat, tidak semua usulan perbenajaan harus disahkan, tidak semua barang harus dibeli. Lagi pula jikalau ada barang yang masih bagus dan layak pakai maka tidak perlu diganti. Belanjalah yang tepat, jangan salah. Misalnya jikalau gedung sekolah sudah mau rusak ya diperbaiki dulu gedungnya, jangan beli UPS, Scaner yang mahal-mahal, sementara gedungnya tetap reok.

2. Pemimpin yang suka belanja itu namanya pemborosan, walaupun sudah dianggarkan dananya, namun kalau masih bisa dihemat apa salahnya? Jikalau kalimat “siuka belanja” muncul dari calon pemimpin maka pemimpinnya itu telah mengeluarkan kalimat yang konotasi negatif, karena tidak sesuai dengan prinsip bangsa sejak kecil diajarkan “Hemat Pangkal Kaya, Boros Pangkal Miskin.”

3. Pemimpin yang suka belanja jangan sampai tidak mengecek apa yang dianggarkan anak buahnya, jikalau mereka menganggarkan dengan harga yang di mark up berlipat ganda dan tidak masuk akal, maka sang pemimin yang bagaimanapun suka belanja harus stop belanja dan menegecek, jadi salah besar kalau seorang pemimpin suka belanja itu dibuat sebagai promosi. Masyarakanta bakal takut pada pemimpin yang demikian.

4. Pemimpin yang suka belanja tentu disukai oleh mereka yang suka belanja juga terutama anak buahnya yang biasanya dapat komisi dan persenan karena banyaknya belanja. Namun perlu diingat bahwa sesuka-sukanya orang itu berbelanja, tetaplah ia memberi apa yang dibutuh bukan apa yang disuka. Suka sih banyak tetapi yang dibutuhkan masih terbatas.

5. Pemimpin yang suka belanja akan membawa pengaruh kepada masyarakatnya juga menjadi suka belanja. Kegiatan suka belanja bukan suatu kegiatan ciri khas bangsa Indnesia, kita selalu diajarkan supaya menabung, kita selalu diajarkan rajin, bahkan rajin dikatakan pangkal pandai.

Pemimpin yang suka belanja tidak begitu dibutuhkan saat ini, karena negara atau bangsa atau masyarakat justru butuh pemimpin yang bekerja keras, membangun, bila perlu dengan mempergunakan prinsip ekonominya Adam Smith yang penulis hafal hingga saat ini “ Dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya.”

Saumiman Saud,

Media pertengahan Feb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun