Indonesia memiliki banyak potensi pada sumber pembangkit energi baru terbarukan, salah satunya energi surya. Menurut data dari Puslitbang KEBKTE, potensi energi surya yang dimiliki sebesar 207.898 MWp. Namun, hingga tahun 2019, energi surya yang telah dimanfaatkan baru sebesar 153MW.Â
Energi surya pada umumnya dimanfaatkan untuk menjadi pembangkit melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS dalam pengoperasiannya terbagi menjadi off-grid dan on-grid. Salah satu metode yang sering dipakai pada bangunan maupun perusahaan pengembang teknologi ramah lingkungan yaitu dengan memasang PLTS pada bangunan, gedung maupun rumah.
Pemasangan PLTS ini memiliki potensi yang besar hamper di setiap wilayah di Indonesia karena letak Indonesia yang berada di garis khatulistiwa. Letak geologi Indonesia mengakibatkan adanya ketersediaan sumber dari PLTS ini yaitu sinar matahari sepanjang tahun.Â
Berbeda dengan pembangkit listrik yang digunakan pada umumnya, PLTS tidak memerlukan bahan bakar dalam pembangkitan energi listrik. Hal tersebut selain menekan biaya dalam penyediaan energi listrik, juga mendukung lingkungan menjadi lebih bersih dengan tingkat emisi yang dihasilkan sangat kecil.
Keuntungan lainnya dengan memasang PLTS pada rooftop adalah PLTS ini dapat menjadi investasi energi untuk 7 tahun kedepan. Memang untuk biaya pemasangan PLTS dengan kapasitas 1 KWp saja masih tergolong mahal yaitu sekita 13-15 juta rupiah.Â
Namun, dengan adanya pemasangan PLTS, tentunya akan menekan pembayaran listrik pada umumnya. Jika pemasangan PLTS bedara pada kawasan yang tepat dimana banyak terdapat sinar matahari, daya yang dihasilkan akan semakin besar dan hal tersebut juga akan menekan pengluaran biaya listrik lebih banyak.Â
Dengan kata lain, meskipun tergolong mahal pada saat pemasangan, pada tahun ke-7 setelah pemasangan, pemakai PLTS akan merasakan keuntungan terbebas dari tagihan listrik.