Mohon tunggu...
Satrio Anugrah
Satrio Anugrah Mohon Tunggu... Lainnya - Football Coach, Football Writer

Menulis untuk menyenangkan diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Diego Sang Dewa Sepakbola

27 November 2020   07:00 Diperbarui: 27 November 2020   07:06 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Website FC Barcelona

Dewa-Dewi yang kita kenal melalui mitologi atau dongeng-dongeng masa kecil adalah tokoh yang kita idamkan. Punya kekuatan dahsyat, bisa melakukan apapun sesuka mereka. Berparas tampan dan cantik, sungguh bukan tandingan manusia dari segi wujud maupun keahlian.

Dewa-dewi ini merupakan simbol kesempurnaan. seperti Dunia hanya wadah kecil tempat kebesaran-kebesaran mereka menggema. seakan manusia adalah makhluk fana yang numpang lewat pada waktu kejayaan mereka.

Kemudian muncul lah orang-orang jenius yang berkat kecemerlangan mereka, dipuja, dan dicintai khalayak. untuk menyederhanakan penyebutan, banyak yang menyebut mereka "dewa" pada bidang mereka masing-masing. Sepakbola pun punya seorang Dewa, namanya Diego Armando Maradona.

Diego Maradona wafat pada usia 60 tahun akibat serangan jantung. Seluruh Dunia berduka. Jalanan di Buenos Aires dipenuhi para penggemar yang ingin menyampaikan tribut terakhir mereka pada sang dewa sepakbola. Potret haru tersebar luas di media masa. Kebanyakan dari mereka telah berusia 40 tahun ke atas. Menangis, tertuduk memeluk lutut, menepuk-nepuk dada di depan peti mati diego seraya berteriak. Penulis yang tidak pernah bertemu langsung, atau melihat pertandingan Diego dahulu pun merasa sedih. Kini sang Dewa telah pergi.

Seperti Dewa Yunani dikenal melalui cerita, Generasi 90an akhir mendengar nama "Diego Armando Maradona" dari cerita orang tua. Tentang bagaimana slaloming run yang ia lakukan menghancurkan pertahanan inggris tahun 86, membuat para Bek Veteran seperti anak kemarin sore yang baru belajar menendang bola. Lain halnya dengan gol tangan tuhan yang ia buat pada pertandingan yang sama. Gol tersebut lolos dari pengawasan wasit dan menjadi hal yang terus diperdebatan dunia. "Hand Of God" jadi trending topic saat itu. Peter Shilton, Kiper Inggris saat itu menghardik Maradona tidak sportif. Mungkin Shilton lupa, Dewa punya aturannya sendiri. Sportmanship, Fair play, Handball tidak berlaku. Dewa punya caranya sendiri, Dewa tidak untuk dinilai secara manusiawi.

Seperti di Argentina, di Italy terutama Naples, Diego Armando Maradona dipuja bak seorang dewa. tahun 84, saat Napoli memboyong Diego dengan status pemain termahal di dunia dari Barcelona, Naples adalah kota termiskin di Italy atau mungkin eropa. Perjudian itu nyatanya membawa keberuntungan bagi kedua belah pihak. Napoli mengalami periode tersuksesnya sebagai sebuah klub sepakbola, 2 scudetto dan 1 Uefa Cup didapatkan. Begitupun Diego, setelah 2 tahun penuh cedera di catalan, ia menemukan kembali sentuhan magisnya. Perasaan cinta yang besar diantara keduanya tidak pernah pudar bahkan setelah mereka berpisah pada tahun 92. Nomor 10 dipensiunkan, Nomor 10 itu dimiliki seorang dewa.

Perpisahan itu diawali oleh ketergantungan Diego pada coccaine. Barang haram itu melekat erat pada Diego selayaknya tato. Kecanduan, memengaruhi kemampuannya dengan bola. semakin lama, semakin sulit baginya mengikuti ritme diet pesepakbola. perut semakin buncit, lari semakin lambat. Puncaknya, 15 bulan larangan bermain. Sejak itu, Diego tidak pernah sama lagi.

Dewa Sepakbola, penghibur lapangan hijau, pecandu coccaine, pembangkang, alcoholic. Kedewaan Diego diliputi berbagai kekurangan lain yang sama mengejutkan. Haters memanfaatkan celah itu untuk menyerang Diego. Namun lebih banyak lagi loyalis, yang mencintai Diego lebih dulu, baru sepakbolanya. Banyak yang tidak berjumpa, hanya mendengar kehebatannya melalui cerita, namun tersentuh hatinya.

Mungkin, Dewa tidak harus selalu sempurna.

Mungkin, Diego bukanlah dewa sebagaimana yang kita kira.

Mungkin, Diego adalah Dewa yang sudah menua. kekuatannya mengolah bola berganti kemampuan baru yang tak kalah hebat, yaitu menyentuh hati banyak orang. Membuat kita mencintai sepakbola, walau dirinya sudah tiada.

Rest In Peace Diego

Those who love will remember.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun