Tingkatkan Kesadaran Warga, Mahasiswa KKN UNNES Gelar Sosialisasi Pencegahan Dini Stunting di Desa SonokidulÂ
SONOKIDUL -- Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya stunting, para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) menyelenggarakan acara "Sosialisasi Pencegahan Dini Stunting di Desa Sonokidul". Kegiatan yang menargetkan ibu hamil, calon pengantin, pengantin baru, dan kader Posyandu ini digelar di Balai Desa Sonokidul pada hari Minggu, 19 Agustus 2025, mulai pukul 09.00 hingga 11.30 WIB. Acara ini bertujuan untuk memberikan edukasi mendalam mengenai pentingnya pencegahan stunting demi menciptakan generasi masa depan yang sehat dan berkualitas. Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja utama dari mahasiswa KKN UNNES di Desa Sonokidul, yang berkolaborasi dengan Forum Genre Kabupaten Blora sebagai pemateri utama. Penanggung jawab acara menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh pihak yang hadir dan mendukung kelancaran program tersebut. "Perkenalkan, saya Satria Iqbal selaku penanggung jawab acara pada pagi hari ini," ujarnya saat memberikan sambutan. "Terima kasih untuk seluruh tamu undangan yang berkenan hadir. Semoga acara ini dapat bermanfaat dan menambah informasi mengenai pencegahan dini stunting bagi para hadirin sekalian," lanjutnya. Acara sosialisasi ini dikemas secara informatif dan interaktif. Setelah dibuka secara resmi oleh MC, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Ibu Kepala Desa Sonokidul dan penanggung jawab acara. Puncak acara diisi dengan pemaparan materi oleh dua narasumber dari Forum Genre Kabupaten Blora, Mas Majid dan Mbak Luise. Sesi ini mengupas tuntas definisi, penyebab, serta langkah-langkah konkret pencegahan stunting yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sesi wawancara terpisah, Mas Majid menjelaskan secara ringkas mengenai apa itu stunting. "Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis dalam jangka waktu panjang. Kondisi ini biasanya ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih rendah dibanding rata-rata seusianya, dan tentu berdampak pada perkembangan otak serta kesehatan anak di masa depan," jelasnya. Menambahkan penjelasan tersebut, Mbak Luise memaparkan faktor-faktor kompleks yang menjadi penyebab stunting. "Faktor penyebab stunting cukup kompleks, di antaranya adalah kurangnya asupan gizi pada ibu hamil dan anak, pola asuh yang belum tepat, sanitasi dan kebersihan lingkungan yang buruk, serta rendahnya pengetahuan keluarga mengenai pentingnya gizi seimbang," ungkapnya. Antusiasme peserta terlihat jelas selama sesi tanya jawab dan diskusi. Banyak dari mereka yang aktif bertanya untuk memahami lebih dalam mengenai topik yang dibahas. Ibu Siti Purwati, salah satu peserta, mengaku mendapatkan wawasan baru yang sangat berharga dari kegiatan ini. "Menurut saya, materi yang disampaikan sangat bermanfaat. Saya menyadari bahwa stunting bukan hanya sekadar masalah fisik berupa tubuh pendek, tetapi juga berhubungan erat dengan kecerdasan, kesehatan, dan masa depan anak," tuturnya. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Ibu Suminarti, yang merasa mendapatkan pengetahuan praktis yang bisa langsung diterapkan. "Benar sekali. Saya mendapatkan pengetahuan baru bahwa pencegahan stunting sebenarnya dapat dilakukan sejak masa kehamilan. Asupan makanan bergizi, pemberian ASI, serta menjaga kebersihan lingkungan menjadi hal yang sangat penting," katanya. Kegiatan sosialisasi ini ditutup dengan harapan besar agar kesadaran dan pengetahuan masyarakat Desa Sonokidul mengenai stunting terus meningkat. Dengan adanya pemahaman yang lebih baik, diharapkan para orang tua dan calon orang tua dapat mengambil langkah langkah preventif yang tepat, memastikan generasi penerus dapat tumbuh optimal, sehat, cerdas, dan bebas dari stunting.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI