Mohon tunggu...
Satria Faruq Putra Pradana
Satria Faruq Putra Pradana Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gaya Hidup Manis: Ancaman Diabetes di Era Digital

11 September 2025   00:26 Diperbarui: 11 September 2025   00:26 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam beberapa tahun terakhri, tren minuman kopi kekinian, boba, dan aneka desert manis sedang menjamur di Indonesia. Di setiap sudut kota, gerai minuman manis, kafe, toko desert menjadi destinasi nongkrong favorit anak muda. Fenomena ini telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari gaya hidup, namun bukan sekedar kuliner tren ini menjadi simbol sosial bahkan identitas diri. Dibalik rasa manis tersebut tersembunyi ancaman serius, konsumsi gula berlebihan berpotensi meningkatkan risiko diabetes.

Di era digital yang semuanya serba cepat dengan akses yang luas terhadap berbagai pilihan makanan dan minuman. Meningkatnya konsumsi minuman berpemanis seperti kopi susu, teh kekinian, dan boba menjadi tren yang paling menonjol di kalangan anak muda. Sebuah penelitian mencatat bahwa lebih dari 60% mahasiswa di Surabaya mengonsumsi minuman manis minimal tiga kali dalam seminggu, dengan alasan selain rasanya enak ada dorongan pengaruh lingkungan sosial.

Media sosial yang dipenuhi dengan konten promosi minuman manis dengan visual yang ditata sedemikian rupa agar terlihat menarik. Ditambah testimoni dari influencer yang memperkuat citra bahwa minum kopi kekinian adalah bagian dari gaya hidup modern. Hal ini menyebabkan perilaku konsumsif yang tidak lagi didorong oleh kebutuhan dasar manusia, tetapi juga oleh keinginan untuk memenuhi tuntutan sosial. Mereka menganggap nongkrong sudah menjadi budaya, kafe menjadi ruang interaksi sosial yang sering dikunjungi oleh anak-anak muda. Saat nongkrong, hampir selalu disertai dengan konsumsi minuman atau makanan tinggi gula. Maka tidak heran jika gula kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari anak muda.

Konsumsi gula secara berlebihan dapat memberikan dampak kesehatan yang serius seperti menyebabkan obesitas dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Namun yang paling mengkhawatirkan adalah hubungannya dengan diabetes mellitus tipe 2. Konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan resistensi insulin, yang dimana tubuh sudah tidak lagi merespon insulin secara maksimal sehingga kadar gula darah tetap tinggi. Seiring berjalannya waktu, resistensi insulin akan terus semakin parah dan berkembang menjadi penyakit diabetes. WHO menegaskan bahwa batas konsumsi gula harian sebaiknya tidak lebih dari 25gram atau sekitar 6 sendok teh per hari. Namun, sebuah penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi gula remaja dan dewasa muda mencapai 3–4 kali lipat dari angka tersebut.

Kurangnya edukasi kesehatan menyebabkan anak-anak muda tidak menyadari betapa besarnya konsumsi gula harian mereka. Meski ada kebijakan mengenai pencantuman label gizi pada produk makanan dan minuman, literasi gizi masyarakat masih rendah sehingga informasi tersebut jarang diperhatikan. Selain itu, mereka cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar, baik untuk belajar, bekerja, maupun hiburan. Aktivitas fisik menurun drastis sedangkan konsumsi kalori semakin tinggi. Dari faktor-faktor inilah terciptanya peluang risiko obesitas dan mempercepat diabetes.

Dengan banyaknya kasus anak muda yang mengalami diabetes hingga cuci darah yang disebabkan gagal ginjal, anak muda perlu meningkatkan kesadaran akan bahaya konsumsi gula berlebihan. Meningkatkan literasi akan kanduangan gizi yang terdapat pada produk makanan dan minuman. Mengurangi minum minuman manis dan mengganti dengan konsumsi air putih atau jus sehat, serta meningkatkan aktivitas fisik dapat menjadi langkah sederhana namun efektif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun