Mohon tunggu...
Sastro Admodjo
Sastro Admodjo Mohon Tunggu... Musisi - babaasad.com

Seorang pengembara edan. Mencari keindahan alam semesta Tuhan. Menorehkan tulisan untuk saling berbagi pengalaman. Menikmati kopi hitam, menjadi tuntutan dengan kawan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Islam dan Nasionalisme

26 Desember 2017   03:10 Diperbarui: 26 Desember 2017   03:28 3731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: wikigambar.com

Islam dan Nasionalisme

Bertepatan masyarakat Indonesia akan memperingati  HUT RI ke-65 telah mendapatkan ujian dari tetangga yang lebih terkenal dengan penyebutan Negara serumpun yang mana warga Negara RI banyak yang berdomisili untuk mencari nafkah, dalam ujian tersebut Diraja Malaysia telah menangkap tiga petugas Dinas Kelautan dan perikanan  (DKP) yang telah melaksanakan tugas untuk mengamankan Negara dari pihak luar, karena petugas kelautan telah menangkap tujuh Nelayan Malaysia  yang sedang menangkap hasil laut secara ilegal di daerah toritorial Indonesia.

Dan untuk menyelesaikan ketegangan kedua negara maka pemerintah RI melakukan diplomasi untuk meminta supaya melepasakan petugas DKP, namun pemerintah Negara serumpun itu merekomondasikan mekanisme solusi dengan cara barter, mereka akan melepaskan petugas DKP apabila telah melepaskan Nelayan Malaysia yang masuk secara ilegal diperairan Indonesia, dan saat itu pemerintah RI mengabulkan apa yang telah direkomondasikan dalam diplomasi tersebut.

Dalam menanggapi masalah penyelesaian antara kedua Negara, pemerintah Indonesia yang telah setuju dengan mekanisme barter, maka sebagian masyarakat Indonesia berasumsi bahwa solusi yang diambil pemerintah telah merendahkan martabat bangsa karena petugas Negara bisa disamakan dengan pencuri ikan, dalam asumsi tersebut sehingga implikasinya demonstrasi terjadi dibeberapa daerah khususnya di kedutaan besar Malaysia  untuk menentang keputasan pemerintah dan mengumandangkan ungkapan yang dipopulerkan oleh Bung Karno yaitu ganyang Malaysia.

Dan tidak hanya sebatas demonstrasi tetapi wacana untuk melakukan agresi militer juga bermunculan disebabkan Negara tetangga tidak hanya sekali saja menggagu keutuhan NKRI dan melecehkan eksistensi bangsa tetapi sudah terlalu kronis seperti pengklaiman terhadap dua pulau yang dimiliki Indonesia kemudian menjadi sebuah kenyataan karena pada waktu sidang di Mahkamah Internasional, Indonesia tidak mampu mempertahankan kepemilikanya.

Atas kejadian tersebut penulis bersumsi bahwa warga Indonesia khususnya yang menjalankan roda pemerintah mulai luntur rasa nasionalisme, rasa kebangsaan dan kesadaran terhadap kewilayahan karena tidak ada bangsa tanpa wilayah, dengan demikian halnya dengan suatu wilayah pasti menunjukkan bangsa. Nasionalisme dan teritorialitas merupakan keutuhan yang membentuk identitas bangsa. 

Pembahasan masalah nasionalisme menemukan urgensinya apabila telah terjadi pengebirian wilayah NKRI baik dari pihak luar seperti Negara tetangga atau yang berasal dari dalam negri sendiri dengan wacana disintegrasi dari sebagian warga Negara untuk  memisahkan diri dari republik Indonesia.

Daniel Dhakidae, (1991 : pengantar buku Imagined Communities karya Benedict Anderson) menyatakan merupakan suatu hal yang ironis bahwa tritunggal suci bangsa Indonesia (bahasa, bangsa, dan tanah air) semakin kabur maknanya dan ketiganya terlihat dalam posisi berhadapan. Satu bahasa tidak dengan sendirinya meniscayakan Indonesia menjadi satu bangsa. Riau, tempat asal bahasa Melayu yang menjadi bahasa Indonesia, sering ditimpa isu-isu disintegrasi. Bahasa Indonesia yang dimiliki bangsa ini lebih sering digunakan dalam bentuknya yang tidak tepat. Bahkan satu tanah air tidak berarti menjadi satu bangsa. Aceh, Papua, dan Timor-Timur adalah contoh dari hal ini dalam pengertian dan tingkatan yang berbeda.

Dan penduduk Indonesia mayoritas memeluk agama islam, dan pembahasan seputar masalah hubungan Islam dengan nasionalisme sudah lama didiskusikan sebelum Indonesia diproklamirkan menjadi Negara yang berdaulat. Dan Nasionalisme sebagian komunitas Umat Islam menilai tidak ada pertentangan diantara kedua, namun tidak sedikit yang beranggapan bahwa Islam dan Nasionalisme tidak dapat berdampingan antara ideologi dan keyakinan.

Perkembangan Ideologi Nasionalisme

Nasionalisme berasal dari kata nation yang mempunyai arti bangsa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bangsa memiliki arti: (1) kesatuan orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta berpemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan; dan (3) kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di muka bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun