Mohon tunggu...
The Sas
The Sas Mohon Tunggu... Seniman - Si Penggores Pena Sekedar Hobi

Hanya manusia biasa yang ingin mencurahkan apapun yang ada dalam isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Buka Puasa Gelar Scudetto

3 Mei 2021   13:18 Diperbarui: 3 Mei 2021   13:21 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Interisti jadi melupakan sosok Mauro Icardi yang dilego ke PSG. Turut bersinar pemain lainnya adalah Nicola Barella, yang meski masih muda namun apik memainkan perannya di lapangan tengah.

Memasuki musim 2020-21, Inter berbenah. Ionot Radu dipulangkan sebagai deputi kiper Samir Handanovic. Dijualnya Diego Godin ke Cagliari, menjadi berkah bagi Milan Skriniar yang kembali hebat di lini belakang bareng Stefan de Vrij dan Alessandro Bastoni. Sementara Aleksandar Kolarov dan Matteo Darmian diangkut sebagai back up, bersama Andrea Ranochia dan Danilo D'Ambrosio.

Lini tengah Inter yang full (dengan Nicolo Barella, Marcelo Brozovic, Stefano Sensi, Christian Eriksen, Roberto Gagliardini, Ashley Young, dan Matias Vecino) makin menumpuk dengan kedatangan gelandang top Arturo Vidal dari Barcelona. Belum lagi pulangnya Radja Nainggolan dan Ivan Perisic dari masa peminjaman. 

Perisic yang musim sebelumnya sukses bersama Bayern Muenchen pelan-pelan mendapat kepercayaan pelatih sebagai pemain inti, beda dengan Nainggolan yang mesti kembali ke Cagliari pada transfer musim dingin.

Tentu jangan lupakan transfer Inter paling mewah pada diri Achraf Hakimi yang dibeli dari Real Madrid. Bersinar di Borussia Dormund, ia menjadi incaran banyak klub.

Didepan, duet maut Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez tak dapat diganggu gugat. Supersub Alexis Sanchez  yang sebelumnya hanya pinjaman, justru musim ini didapat secara gratis dari MU. Last, slot striker tersisa menjadi milik "si anak hilang" Andrea Pinamonti.

Laju Inter di musim 2020-21 tak serta merta mulus. Di awal-awal musim, mereka sempat kesulitan menurunkan tim terbaik karena ada pemain inti yang terkena covid. 

Bahkan Nerazurri sempat kalah 1-2 dari AC Milan dipertemuan pertama, dan merelakan rival sekota mereka tersebut menjadi juara paruh musim. 

Tambahan lagi secara memalukan tim asuhan Conte tersingkir dari Liga Champions karena jadi juru kunci di Grup B. Di turnamen lain Piala Italia, mereka juga hanya sampai semifinal karena kalah dari Juventus.

Namun hal ini justru membuat Inter fokus ke kompetisi Serie-A. Disaat rival lain mulai kehabisan tenaga diputaran kedua liga, mereka tampil konsisten. Ibarat  balap, Inter kemudian menyalip dan meninggalkan jauh lawan-lawannya, hingga bertahan dipuncak race sampai mendekati akhir musim.

Juara Serie-A musim ini membuktikan profesionalitas seorang Conte dan Giuseppe Marotta (CEO Inter Milan). Betapa tidak, diawal kedatangan mereka banyak yang meragukan komitmen keduanya, mengingat latar belakang mereka yang lekat dengan Juventus, musuh bebuyutan Inter. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun