Surabaya, merupakan salah satu pelabuhan komersial terpenting di Indonesia bagian timur. Tak heran, banyak saudagar dari China, Arab, dan Eropa yang berbondong-bondong berdagang, terutama pada kawasan pecinan atau Kya-Kya Surabaya.
Pada masa penjajahan Belanda, wilayah kembang jepun terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian selatan Kalimas kemudian menjadi wilayah Cina yang disebut kya-kya. Daerah Pecinan Kya Kya ini pernah ramai pada tahun 2003.
Sebaliknya, wilayah utara diubah menjadi perkampungan Melayu dan Arab. Kedua kampung ini dibatasi oleh Jalan Kembang Jepun.
Belanda yang saat itu berada di Surabaya mendirikan pemukiman di Kalimas bagian barat. Daerah ini disebut eropa kecil
Pintu masuk ke Kya Kya memiliki dua gapura berhiaskan naga. Juga, ada tulisan di gapura yang berarti "jalan-jalan". Terdapat dua patung singa di sisi kiri dan kanan gapura. Pasar Kya Kya banyak menjual makanan khas China.
Namun pada pertengahan tahun 2000-an, jumlah PKL di Jalan Kemban Jepung khususnya di Kecamatan Kyakyah mulai berkurang. Hal ini disebabkan adanya relokasi pusat perdagangan Segitiga Emas yang berada di Jalan Basuki Rahmat, Jalan Pemuda dan Jalan Panglima Sudirman.
Selain menjadi pusat kuliner, kya-kya juga menjadi lokasi berbagai atraksi. Banyak festival diadakan di Kyakya. Selain itu, di kawasan Kya Kya banyak terdapat bangunan tua yang masih berdiri kokoh, seperti gudang tembakau dan rumah pribadi.
Sebagai kawasan wisata dan perdagangan, sebuah kawasan harus mempunyai infrastruktur yang memadai, Mahasiswa untag surabaya (Sasa Aprilina dan Muhammad Rijal) melakukan sebuah riset untuk melakukan pemetaan kelengkapan infrastruktur yang ada di kawasan Kya-Kya Surabaya.
Infrastruktur tersebut meliputi :Â