Menulis untuk kebaikan diri sendiri dan keluarga, serta sesama, yang membutuhkan.
Ketika di tanya, beberapa orang sahabat literasi, "apa alasan aku bermimpi jadi penulis?"
"Aku ingin memberikan suara pada diriku sebagai seorang perempuan."
Karena aku percaya, ketika kita punya masalah, tak ada orang yang sama dengan sudut pandang kita.
Contoh, anak yang tidak nurut sama orang tua, di Cap anak Durhaka. Padahal, konteks nurut ini dalam arti yang berbeda.
Banyak dari para orang tua, yang merasa dirinya paling tahu, paling benar, dia udah banyak makan asam garam. Katanya.
Hei! Para calon orang tua maupun para orang tua, kini zaman sudah berubah, jangan menyamakan pola asuh orang tua zaman dulu, dengan zaman now. Karena, terkadang para orang tua itu, niatnya memang baik, but... caranya sering kali salah.
Dan, kesalahan para orang tua ini, sering kali di maklumi oleh anak-anaknya. Namun, jika anak-anak yang melakukan kesalahan, kerap kali para orang tua ini, merasa muak. " Kamu sih...bandel, susah di bilangin. Dasar anak nakal!"
Dan masih banyak lagi, padahal, tahukah kalian para orang tua dan calon orang tua, jika dirimu saja masih  belum bisa memberikan contoh yang baik dalam keluarga, jangan menuntut anak-anakmu selalu melakukan kebaikan dan sesuai rencanamu.
Berhenti membuat anak-anakmu luka batin, bukankah zaman sekarang sudah di beri kebebasan memilih?
Dan, sudahlah mereka benar-benar diberi kebebasan memilih, sesuai hak mereka?
Jika belum, Anda patut di pertanyakan?