Mohon tunggu...
bebet rusmasari
bebet rusmasari Mohon Tunggu... Guru - Menjadi bermanfaat

Tetaplah hidup dan menjadi berguna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peran Orangtua terhadap Kesehatan Mental Anak Selama Masa Pandemi Covid 19

13 Juli 2020   18:00 Diperbarui: 14 Juli 2020   03:17 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendahuluan
Memasuki tahun 2020, seluruh dunia dikejutkan dengan mewabahnya penyakit yang disebabkan oleh sebuah virus yang diberi nama Corona atau dikenal dengan istilah Covid 19 (Corona Virus Disease 19). Virus ini mewabah hampir ke seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat sehingga WHO pada tanggal 11 Maret 2020 menetapkannya sebagai pandemi global. 

Ribuan manusia yang terpapar virus ini di seluruh dunia menjadi korban meninggal tercatat negara-negara yang memiliki kasus tertinggi saat ini adalah Italia, Tiongkok, Spanyol, Amerika Serikat dan Iran dengan tingkat kematian mencapai ribuan orang. Penularan yang sangat cepat dan sulitnya mendeteksi mereka yang terpapar karena masa inkubasi yang kurang lebih 2 minggu menjadi penyebab banyaknya korban berjatuhan.

Pandemi covid 19 menyebabkan banyak sekali perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia di seluruh dunia tak terkecuali di negara kita Indonesia. Hal ini membuat pemerintah menerapkan kebijakan super ketat untuk menghentikan penyebaran virus yakni berupa pembatasan interaksi sosial yang menjadi pilihan sulit bagi setiap orang.

Pembatasan interaksi sosial masyarakat pada pelaksanaaannya dapat menghambat laju pertumbuhan dan kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Tak terkecuali di bidang pendidikan ikut terdampak kebijakan pemerintah. Keputusan pemerintah yang mendadak meliburkan atau memindahkan proses pembelajaran dari sekolah atau madrasah ke rumah membuat kebanyakan pihak menjadi kewalahan. 

Proses pembelajaran formal yang pada awalnya sebagian besar berlangsung di institusi yang sudah diperlengkapi dengan sarana dan prasarana serta tenaga pendidik dan kependidikan yang berpengalaman,kemudian beralih tempat menjadi di rumah dengan segala keterbatasan baik secara fisik maupun non fisik untuk melaksanakan proses pembelajaran seperti layaknya di sekolah.

Perubahan yang mendadak ini membawa dampak  besar bagi siswa, guru, orangtua, penyelenggara sekolah dan semua stake holder pendidikan. Salah satu dampak yang menjadi sorotan penulis adalah dampak pembatasan interaksi sosial terhadap kesehatan mental siswa. Siswa yang tadinya berada dalam lingkungan yang sudah terkondisi untuk belajar, kemudian beralih ke rumah yang bisa jadi tidak terkondisikan secara kondusif untuk berlangsungnya proses pembelajaran.

Pengertian Kesehatan Mental
Secara singkat menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kesehatan mental  adalah tingkat kesejahteraan psikologis atau ketiadaan gangguan jiwa. Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatkan bahwa kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri. Dengan kata lain, setiap individu mampu mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat berfungsi secara produktif dan bermanfaat, dan dapat memberikan kontribusi kepada lingkungan.

Seseorang yang sehat mentalnya dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk.

Pengaruh Covid Terhadap Kesehatan Mental Anak
Saat pandemi covid 19 berlangsung, siswa diharuskan belajar dari rumah, tidak dapat bermain dan bertemu dengan teman-teman, serta berbagai hal lain harus dilakukan demi menekan penularan infeksi covid 19 tersebut. Di sisi lain, mereka yang tidak begitu mengerti tentang penyakit ini akan merasa ketakutan sehingga bisa tertekan dan terganggu mentalnya (Dewi, 2020).

Beberapa siswa mungkin akan mengalami perubahan suasana hati. Mereka yang tertekan akan tiba-tiba mengalami kemarahan yang meledak-ledak. Terkadang mereka juga akan menangis tanpa alasan, merasa sedih, dan kehilangan gairah terutama untuk belajar. Mereka merasa gelisah karena berpisah dari komunitas sekolah yang selama ini secara rutin meraka jalani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun