Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tabiat Manusia di Bumi Pertiwi

28 April 2019   16:35 Diperbarui: 28 April 2019   16:40 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari https://soiamryn.wordpress.com 

Berbagai tabiat manusia saat ini mudah menjadi bahan konsumsi publik. Media sosial menjadi sarana untuk mengekspresikan tabiat individu. Perilaku di dunia nyata tak sesuai dengan dunia maya bukan menjadi hal yang baru, bahkan tabiat yang dimunculkan tersebut menunjukkan tabiat sesungguhnya. Sebagai contoh di dunia nyata anteng, tenang, kalem, damai, dan bersahaja, namun di dunia maya ugal-ugalan, berkomentar keterlaluan, adu domba, provokator, dan lain sebagainya. Fenomena yang demikian menggambarkan berkembangnya kegiatan mengekspresikan diri sesuai tabiat masing-masing.

Fenomena menjelang pemilihan presiden Indonesia 2019, dan usai pemilu menambah ruang bagi masyarakat untuk mengekspresikan, bahkan meluapkan berbagai emosi sesuai dengan tabiat masing-masing. Beragam tabiat yang muncul, dipengaruhi oleh beragam asumsi, baik dari opini public figure, masyarakat, elite politik, media sosial, bahkan berita di televisi. Misal, debat kandidat pasangan calon presiden dan kampanye, kegiatan tersebut berhasil memunculkan beragam aksi dari masing-masing pendukung untuk membaik-baikkan pilihannya dan menjelek-jelekkan kubu lawan. Aksi tersebut tidak berhenti meski pemilu telah usai.

Teorinya, tabiat/watak/karakter seseorang berpengaruh terhadap pikiran dan perilakunya. Keanekaragaman tabiat manusia lahir dari faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan faktor internal, sejatinya manusia diciptakan dalam keadaan fitrah (suci) (Hadits Riwayat Bukhari-Muslim), kemudian faktor eksternal inilah yang membentuk tabiat manusia sesungguhnya.

Manusia yang sejatinya terlahir sebagai pribadi yang suci, memiliki tabiat positif, kemudian dididik dengan pendidikan yang tepat oleh orang tuanya, dan bergaul dengan lingkungan yang benar, maka akan mencerminkan jati diri yang positif, seperti sabar, jujur, kerja keras, bertanggung jawab, cinta damai, peduli dengan sesama, mudah memaafkan, tidak mudah terprovokasi, mengedepankan tabayun, dan tabiat-tabiat positif lainnya.

Tabiat yang demikian akan tetap melekat dan melahirkan sebuah prinsip pada diri seseorang, ditengah situasi dan kondisi yang jauh dari kebenaran. Seperti kondisi saat ini, dimana perkembangan tekhnologi mendukung munculnya isu-isu hoax, kecurangan, ujaran kebencian, provokasi, dan lain sebagainya. Tabiat positif tersebut menjadi sebuah pondasi bagi jiwa seseorang, yang apabila seseorang berada di luar situasi dan kondisi yang tak biasa, ia tetap memiliki tabiat tersebut. Sedangkan manusia yang lahir dalam keadaan suci, namun mendapatkan pendidikan yang tidak tepat, bergaul dengan lingkungan yang tidak benar, maka akan mudah terprovokasi dan sulit untuk menyaring mana yang sesuai akal sehat dan mana yang hanya nafsu semata.

Berbagai tabiat yang berkembang kemudian menciptakan kondisi yang membingungkan. Muncul beranekaragam hoaxs, ujaran kebencian akibat hoaxs, saling tuduh, dan tindakan-tindakan lain yang menimbulkan konflik membingungkan. Masing-masing public figure mengklaim mewujudkan perdamaian Indonesia, bahkan para elite dan masyarakat melakukan aksi-aksi damai yang juga cukup membingungkan masyarakat awam. Tanpa disadari kedamaian Indonesia yang digaung-gaungkan tersebut hanya semacam euforia, realitanya masyarakat menunjukkan kondisi terpecah belah, sibuk memenangkan pilihannya masing-masing, demikian pula public figure dan elit politik. Sehingga klaim-klaim perdamaian Indonesia seakan-akan hanya seperti sebuah upaya pencitraan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun