Mohon tunggu...
Sari Agustia
Sari Agustia Mohon Tunggu... Penulis - IRT, Penulis lepas

Tia, pangillan akrabnya, menekuni menulis sejak tahun 2013 sampai sekarang. Sebuah karyanya, novel Love Fate, terbit di Elex Media Komputindo pada tahun 2014. Saat ini aktif menulis bersama beberapa komunitas dan Indscript Creative

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Hanya Beri Gadgetnya, tapi Ilmu Literasi Digitalnya Juga!

27 September 2021   20:55 Diperbarui: 9 Oktober 2021   08:34 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak-anak bermain gadget | Sumber: Shutterstock via kompas.com

Pandemi sudah melewati masa 1,5 tahun. Beberapa daerah sudah mulai menerapkan kembali pembelajaran tatap muka secara terbatas. 

Orang tua diberikan pilihan yang menurut mereka terbaik bagi anaknya. Adanya potensi learning lost menjadi salah satu pertimbangan untuk membuka sekolah kembali. 

Buat saya pribadi, kebijakan membuka kelas luring adalah peluang untuk bisa menuju new normal yang sebenarnya. 

Bukan tanpa sebab, saya menyambut baik adanya pilihan pergi ke sekolah. Meskipun belum penuh, momen belajar di sekolah bisa jadi cara anak untuk lepas dari gadgetnya sementara waktu. 

Semakin banyak belajar daring, dengan Zoom misalnya, maka semakin banyak peluang juga anak bermain dengan si gadget di luar belajar. 

Ibaratnya kalau anak angkatan sebelum pandemi mabal dengan kabur keluar kelas, anak angkatan ini membolos dengan keluar dari Zoom dan berlayar ke halaman lain, Google dan YouTube.

Berada dalam kelas daring memang sangat berbeda. Ada etika-etika berkumpul daring yang kemudian "disepakati" lebih sopan dan bisa dipakai oleh kelas, webinar, atau rapat daring. 

Beberapa aturan tersebut, misalnya membuka kamera kecuali ada kendala teknis, minta izin jika ada keperluan meninggalkan kamera, tidak menuliskan sesuatu di luar tema bahasan pada kolom chat, mematikan mic ketika ada yang berbicara, menggunakan fitur angkat tangan jika ingin menjawab atau bertanya, dan sebagainya. Namun, namanya anak, mereka harus sering diingatkan karena belum terbiasa.

Euforia ber-gadget karena hampir semua anak terutama di kota besar, sudah punya telepon genggam sendiri. 

Bagi yang sudah memilikinya sendiri, mereka biasanya juga sudah familiar dengan aplikasi-aplikasi yang sifatnya pertemanan, seperti Instagram dan WhatsApp. Beda konsepnya, kedua aplikasi tadi punya keunggulan masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun