Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Film

Review - (Bukan) Perempuan Tanah Jahanam

19 Oktober 2019   20:16 Diperbarui: 19 Oktober 2019   20:25 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.gsc.com

Perempuan Tanah Jahanam. Judulnya saja sudah membuat penasaran tingkat dewa. Ya nggak sih? Secara, sebagai penikmat film horor, dan sesekali menulis fiksi horor, aku nggak pernah kepikiran untuk  menuliskan judul yang demikian, hiks. Ditambah ini film Joko Anwar, yang  dibintangi  aktor mumpuni.

Pertanyaan pertama yang timbul di benakku, apanya yang jahanam? Perempuannya? Atau ...? Saking penasaran, nekad juga nih nonton di hari pertama tayang, jam tayang terakhir. Pikirku sih menghindari bioskop penuh. Namun, ternyata banyak yang sepemikiran denganku, alhasil gilak aja nonton film yang katanya horror di bangku kedua dari depan. Nikmati saja.

Opening sih okelah, nggak langsung bikin adrenalin naik, tapi senapsaran euy! Dan inilah film kedua yang bisa bikin aku nggak kepikiran untuk ngemil atau sekadar minum di sepanjang tayang,

Penokohan. Maya, gadis yang kuat, ingin tahunya tinggi. Dini, dari awal sih ketahuan banget sedikit serakah. Misni, bagi aku pribadi sih, dia sosok ibu yang baik, melindungi anaknya apa pun caranya. Saptadi, kejam! Mungkin buat orang lain dia lelaki yang terpaksa melakukan hal itu, tapi bagiku dia memang kejam.

Secara sinematografi, siapa sih yang meragukan Joko Anwar? Keren banget  pokoknya, Penonton disuguhi pemandangan yang super keren dari desa terpencil. Adegan demi adegan apik tersusun, dan membawa penonton masuk dalam imaji masing-masing yang kemudian dipatahkan dengan oooh, ternyata yaaaa! 

Ritual dance yang dilakukan Christine Hakim so super duper keren cyiiint! Penonton ikut ngilu waktu engkel Dini meleset, saat melarikan diri dari anak buah Saptadi. 

Tanpa sadar pegang leher waktu adegan penyembelihan yang dilakukan Nyai Misni. Ikut tegang waktu tahu ternyata lelaki yang berusaha membunuh Maya di kota adalah suami Ratih, penolongnya. (Stop!! No spoiler hihihi)

Namun, tak ada gading yang tak retak. Film ini pun juga punya beberapa kekurangan.

  • Adegan Pagelaran wayang buat aku sih mis banget, karena baik ayah Maya atau Saptadi hanya menggerakkan tangan , tanpa suluk dan lainnya. Sementara sinden yang cuma satu sama sekali tidak terdengar nembang, hanya bergumam saja.
  • Terus pembuatan wayang yang diceritakan hanya dalam waktu sebentar, hmmmm akungku kok lama ya?
  • Bahasa Jawa yang inkonsisten, masih terasa banget kekakuannya.
  • Minyak tanah itu nguap nggak sih? Dua puluh tahun, masih ada?

Masih ada sih beberapa, tapi so far okelah. Dan kalau kalian berharap munculnya hantu menyeramkan di sepanjang film, siap-siap kecewa deh! Nggak ada hantu, kecuali tiga anak manis. Salah satu muncul dan menyobek kulitnya, tapi nggak seren(setidaknya untukku), Nggak ada sound yang mengagetkan jantung terlalu banyak. Musiknya soft banget untuk genre horor, tapi nancep dan bikin kuduk meremang pelan-pelan.

Semua adegan berjalan tidak sesuai harapan aku (awalnya, karena aku nggak beharap kematian dua tokoh itu). Hampir saja, aku keluar bioskop dengan rasa kecewa, sampai ending film. 

Anjir dia nongol lagi! Dan itu adalah jawaban dari pertanyaanku sebelum nonton. Bukan Maya, Si Perempuan Tanah Jahanam, tapi dia! Perjanjian dengan Setan, akan memakan korban, SELAMANYA!!!

#poeds 191019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun