Mohon tunggu...
Adi Pujakesuma
Adi Pujakesuma Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

KEBENARAN HANYA MAMPU DILIHAT MELALUI MATA KEMATIAN

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sepenggal Kisah Limbah "Styrofoam" di Jalan Diponegoro

1 Januari 2017   09:50 Diperbarui: 1 Januari 2017   12:09 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepulang dari pemakaman Pangeran Diponegoro pada libur natal kemarin, pulang dengan menempuh berjalan kaki yang konon katanya, makam aslinya bersemayam di Sumenep Provinsi Jawa Timur. Memang tersebar kabar bahwa makam Pangeran Diponegoro berada di Sumenep bukan di Makassar.

Berbagai versi sejarah lisan mengatakan demikian, akan tetapi dari yang saya pelajari, pemakaman Pangeran Diponegoro terletak di kota Makassar hingga sekarang ini dengan mata kepala sendiri kami melihat makam Pahlawan Nasional penentang penjajahan kolonial belanda.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Kali ini kami sengaja pulang berjalan kaki, sebelumnya santap siang terlebih dahulu. Usai aktivitas makan siang, kaki pun melangkah menuju pangkalan pete-pete (angkutan umum) jurusan Sudiang-Sentral melintasi jalan Diponegoro. Jarak antara pemakaman ke pangkalan pete-pete (angkutan umum) tidak terlalu jauh lebih kurang 500 kilometer. Ditengah jalanan pandanganku tertuju pada sebuah aktivitas sekelompok orang membuat kerajinan miniatur mobil dan miniatur sebuah kantor kecamatan, mereka juga pasukan angkutan sampah TANGKASA KI’. Kita tidak heran menyaksikan kerajinan tangan seseorang berbahan biasa-biasa saja, akan tetapi yang membuat beda kreativitas ini berbahan limbah styorofom, dari bahan tersebut tangan-tangan cekatan mereka membentuk bahan paling susah terurai sampah bahkan keberadaannya mulai dilarang.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Salah satu cara jitu mengurangi sampah terbilang abadi ini, dengan membentuknya menjadi sebuah miniatur kendaraan pengangkut sampah TANGKASA KI’ dan miniatur sebuah kantor, ternyata aktivitas ini hanya diperuntukkan peringatan Maulid Nabi Muhammad. Tidak semua kerajinan tangan ini dilirik pemerintah setempat, akan tetapi jika dikembangkan saya yakin melalui kerajinan styorofom akan bernilai ekonomis, bahkan mampu mendongkrak perekonomian setempat. Itupun hanya hitungan jari, sekelompok orang ini membuktikannya.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Saya memancing pertanyaan, “daeng kerajinan ini berabahan apa?.Tanyaku. Ia menjawab, “dari styorofom diseberang sana juga ada mas,” jawabnya sambil menunjuk arah seberang jalan, reflek mataku mengikuti arah telunjuk jari perajin limbah tersebut, sebut saja Dg. Aris.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Tidak banyak cerita tanganku mulai mengabadikan momen langka tersebut. Puas jepret-jepret atkivitas mengolah limbah styorofom, kami menyeberang jalan untuk memperhatikan miniatur kantor camat berbahan sampah non organik satu ini. Bentiknya unik, rumit, dikerjakan penuh kesabaran, agar menghasilkan sesuatu bernilai jual, sayangnya mereka tidak menjualnya alis not for sale, hanya kebutuhan kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Sebagai manusia beriman, paham betul bahwa penggunaan styorofom telah dilarang di sejumlah kota besar dunia, seperti London dan New York. Di Indonesia sendiri, Bandung menjadi kota pertama yang menerapkannya. Ridwan Kamil disapa kang Emil sebagai Wali Kota Bandung memang salah satu pejabat pemerintah paling produktif memanfaatkan kecanggihan teknologi, melalui media jejaring sosial twitternya pada Rabu (12/10/2016) memposting sebuah pengunguman bahwa Bandung akan menerapkan pelarangan pemakaian styorofom untuk kemasan makanan dan minuman.

Tak ayal tanpa birokrasi berbelit-belit"Warga Bandung, per tanggal 1 November 2016 lalu, penggunaan styorofom dilarang untuk kemasan makanan dan minuman," seraya menyinggung akun twitter Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. Jadi wajar kota Bandung paling eksis menjaga citra kota sebagai peraih Piala Adipura, tanpa melalui birokrasi kepura-puraan seperti daerah-daerah lain di Indonesia, ritualnya harus menunggu Perda, baru larangan pemakaian styorofom tersebut berlaku.

Tak dipungkiri lagi bahwa penggunaan styorofom sebagai pembungkus makanan masih mewabah di sekitar kita. Alasan mereka simpel sih bro, tapi apakah kita akan tetap mengkonsumsi makanan yang terbungkus oleh bahan styorofom ini? baiklah, sekedar sharing sebelumnya perlu kita ketahui tentang styorofom dan kandungan-kandungan yang ada di dalamnya bagi kesehatan serta dampak buruk terhadap lingkungan.

Styorofom tidak dapat diurai oleh lingkungan namun dapat hancur menjadi bagian-bagian kecil, cukup kecil untuk tidak sengaja dimakan oleh satwa liar. Hal ini berpotensi merusak ekosistem setempat. Selain itu styorofom juga berbahaya bagi kesehatan manusia. Menurut United State Environmental Protection Agency (US EPA), styorofomyang digunakan untuk bahan kemasan makanan berpotensi menyebabkan kanker (karsinogenik). Kemasan Styorofom, biasa digunakan untuk wadah makanan panas, ikut meleleh dan mencemari makanan yang ada di dalamnya. Dibawah ini dampak negatif Styorofom.

Berbahaya Bagi Kesehatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun