Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen Tutor

Menuang Ide, Merangkai Rasa, Merawat Jiwa ✨

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

Indonesia Jadi Ladang Data Biometrik Iris Dunia: Inovasi Canggih atau Ancaman Privasi?

9 Mei 2025   23:45 Diperbarui: 9 Mei 2025   23:45 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: iStock/solarseven

Baru-baru ini, jagat sosial media X dihebohkan dengan kabar adanya perusahaan asing bernama World App yang menawarkan imbalan sejumlah uang kepada masyarakat di Bekasi yang bersedia menyerahkan data biometrik atau scan iris matanya. Hal ini sontak dengan cepat viral karena perisriwa ini benar-benar dilakukan secara terbuka untuk umum.

Beberapa portal berita menjelaskan bahwa aplikasi World App ini ternyata telah melakukan pemindaian iris mata masyarakat Indonesia sejak tahun 2021 dan telah mengumpulkan kurang lebih 500 ribu data. Namun, sepertinya baru di tahun 2025 aktivitas pengumpulan data biometrik iris ini mulai terbuka ke publik.

Banyak warganet yang mempertanyakan keberadaan pemerintah dalam situasi ini. Bagaimana tidak, ada perusahaan asing yang datang ke Indonesia dan meminta data privasi masyarakat yang tidak jelas tujuannya. Mengingat mereka mengambil data masyarakat menengah bawah dan menengah yang kemungkinan besar awam akan teknologi.

Bersamaan dengan isu ini, terdapat satu postingan lama yang kembali mencuat di sosial media X dan semakin membuat warganet geram. Di mana, akun sosial media yang diduga milik World App memposting foto Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar yang datang dalam peluncuran World App di Indonesia (17/02/2025).

Postingan ini dengan cepat ramai diserbu oleh warganet. Dari banyaknya komentar yang ada, kesimpulan besar yang dapat diambil adalah banyak masyarakat yang merasa sudah tidak memiliki harapan pada negara karena tidak bisa tegas dalam menjaga kemanan data pribadi masyarakatnya.

Muhaimin Iskandar dalam sambutannya menegaskan tentang bagaimana Indonesia siap mewujudkan masa depan di mana AI dapat melayani banyak masyarakat dan bukan segelintir orang saja. Namun, di saat yang sama pemerintah dengan sadar dan terbuka tidak bia menjaga privasi dan hak individu masyarakatnya dengan baik, khususya dalam keamanan data karena membiarkan World App mengambil data iris mata warganya dengan imbalan uang.

Sumber: iStock/solarseven
Sumber: iStock/solarseven

Data Biometrik dan Risiko yang Menghantui

Biometrik sendiri bukan sesuatu hal yang baru. Pada tahun 500 SM, di kerajaan Babilonia menggunakan sebuah cetakan lempengan tanah liat yang digunakan untuk mencetak sidik jari dan kemudian dijadikan sebagai tanda tangan untuk transaksi bisnis. Namun, sistem identifikasi biometrik pertama kali muncul pada tahun 1800-an di Prancis dan dikenalkan oleh Alphonse Bertillon.

Sistem pengukuran tubuh manusia atau yang disebut dengan anthropometry yang dikenalkan oleh Alponse Bertilo ternyata tidak presisi. Hal ini karena, ada banyak orang yang memiliki bentuk atau ukuran tubuh yang mirip. Oleh karena itu, pada akhir tahun 1800-an Sir Francis Galton dan Edward Henry mulai mengembangkan penemuan baru berupa klasifikasi sidik jari.

Hingga akhirnya pada tahun 1900-an, sidik jadi menjadi standar global dalam sistem identifikasi resmi yang digunakan di berbagai negara di seluruh dunia. Sidik jari ini kemudian di terapkan pada kartu tanda pengenal, surat ijin mengemudi, hingga paspor para penggunanya sebagai salah satu bentuk identifikasi diri.

Berbeda dengan sidik jari, pada tahun 1930-an para ilmuan mulai mulai menyadari adanya pola yang unik pada setiap individu dan sifatnya yang tidak akan berubah seumur hidup yaitu pada bagian mata manusia. Dan tentu ini menjadi sebuah terobosan baru dalam dunia data biometrik karena muncul sebuah opsi lain yang mungkin bisa lebih terjamin keamanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun