Mohon tunggu...
Sapta Juliant
Sapta Juliant Mohon Tunggu... Lainnya - A human without label

Hanya seorang manusia yang tercipta dari debu bintang, dan menjadi bagian dari masyarakat alam semesta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anda Anti-LGBT? Pikir Kembali Sebelum Memakai Komputer

6 Februari 2021   10:31 Diperbarui: 6 Februari 2021   10:35 1748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Instagram @saptajuliant

Bagi Anda yang pernah menonton film The Imitation Game, pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok Alan Turing. Dia adalah aktor utama dibalik film ini, dan secara keseluruhan film ini adalah tentang menggambarkan siapa sosok Alan Turing.

Jujur, saya baru mengetahui sosok Alan Turing pada saat Grandmaster Catur Dunia, GM. Garry Kasparov memperkenalkan aplikasi simulasi catur bernama 'Turing 100' pada 2012 lalu, dan saat film The Imitation Game tayang di Bioskop tahun 2014, sangat disayangkan, saya baru menontonnya pada saat pandemi ini, dan film ini sangat memancing semangat saya untuk menulis siapa sosok Alan Turing sebenarnya.

Alan Mathison Turing lahir pada 23 Juni 1912 di London. Ayahnya adalah seorang anak pendeta, dan Ibunya merupakan putri dari kepala insinyur. Semasa kanak-kanaknya Turing sering ditinggal oleh kedua orang tuanya untuk pergi dinas ke India. Dia dan kakak laki-lakinya (John), dititipkan pada pasangan pensiunan tentara. Dan semasa kanak-kanaknya Turing sudah menunjukkan tanda-tanda ke-jeniusannya dibanding anak-anak seusianya, terutama di bidang Matematika dan pemecahan masalah.

Korban Bullying

Masa kecil Turing mungkin bisa dibilang tidak berjalan dengan baik. Dikarenakan sering ditinggal oleh kedua orang tuanya, dia sering merasa kesepian. Belum lagi didikan disiplin bak militer yang diterapkan oleh ayahnya sampai-sampai dalam hal makan pun Turing memiliki kebiasaan mengkelompokkan makanan pada piring makanannya; potongan wortel di sisi kiri, kacang-kacangan di sisi kanan, dsb.

Hal inilah yang diduga membuat diri Turing pada saat dewasa memiliki sifat perfeksionis dan arogan di pandangan lingkungan sekitarnya.

Kebiasaan Turing lainnya yang kadang dianggap menjengkelkan oleh orang di sekitarnya adalah seperti pada saat seseorang bertanya atau menjelaskan sesuatu kepadanya, maka orang tersebut harus menjelaskannya secara spesifik, seperti: "Turing, kamu ingin makan siang atau tidak?" Lalu dia menjawab, "makan siang? Pada jam berapakah aktivitas makan itu disebut sebagai makan siang?" dan sikap ini juga yang dibawanya hingga dewasa saat bersosialisasi kelak.

Alan Turing saat masih kanak-kanak di sekolahnya.Sumber Gambar: arstechnica.com
Alan Turing saat masih kanak-kanak di sekolahnya.Sumber Gambar: arstechnica.com

Sikap pendiam, cenderung kaku dalam bersosialisasi, dan berbeda dari anak-anak pada umumnya juga yang membuat Turing tidak jarang menjadi korban bullying/kekerasan di sekolahnya.

Kecenderungan ke arah Gay?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun