Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak menuju masa dewasa, sehingga pada masa pertumbuhan ini dapat dikatakan sebagai masa yang sangat krusial.Â
Pada masa ini biasanya seorang remaja cenderung akan berperilaku labil dan belum bisa memutuskan atau menilai mana hal yang benar dan mana yang salah. Mereka biasanya juga akan mudah terhasut untuk melakukan perilaku-perilaku yang menyimpang, salah satunya adalah melakukan seks bebas.Â
Pada masa ini remaja juga sedang melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, salah satunya adalah perubahan dalam kematangan seksualnya. Terjadinya kematangan seksual ini juga membuat remaja tertarik pada anatomi dan fisiologi tubuhnya sendiri (Aisyaroh, 2020).Â
Setelah remaja sudah memiliki ketertarikan pada tubuhnya sendiri, mereka cenderung akan memiliki ketertarikan pula dengan lawan jenis. Sehingga disinilah peran penting dari pendidikan seksual pada remaja.
Dalam memberikan pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi juga tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Pendidikan seksual perlu dilakukan secara tepat untuk meminimalisir kesalahpahaman dan agar pengetahuan tersebut dapat dipahami oleh remaja dengan benar. Berdasarkan data Kemenkes RI (2012), pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah.Â
Data tersebut menunjukkan 73,46% laki-laki dan 75,6% perempuan usia 15-16 tahun di Indonesia kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi.Â
Masyarakat di Indonesia umumnya masih menganggap bahwa persoalan seksualitas dan kesehatan reproduksi merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan. Sebagian besar orang tua masih merasa enggan atau canggung apabila harus memberikan pemahaman seksualitas dan reproduksi kepada anaknya.Â
Padahal dalam pendidikan seksual bukan hanya membahas mengenai hubungan seks, melainkan berupa pengenalan terhadap tubuhnya, penyakit-penyakit menular, dan sebagainya.Â
Sikap orang tua yang masih menabukan mengenai pendidikan seks menjadi salah satu faktor besar terjadinya permasalahan seksual. Di sekolah pun, pemberian mengenai pendidikan seksual juga belum maksimal.Â
Akibatnya, para remaja tersebut mengalami keterbatasan informasi mengenai pendidikan seksualitas. Sehingga mereka justru akan mencari informasi melalui sumber-sumber yang tidak kredibel.Â