Mengamati percakapan seorang anak menolong kita menemukan "keajaiban-keajaiban" kecil di dalamnya. Ketika anak berbicara, amatilah cara dia menyampaikan maksudnya. Sering kali, anak kecil memang menyampaikan maksudnya dengan lugas. Namun, kadang kala, seorang anak menyampaikan keinginannya dengan keterampilan khusus, saya menamainya dengan keahlian bernegosiasi. Tidak terlalu ribet penyampaiannya, tetapi ada tahap-tahap kelihaian berbicara yang muncul melalui kalimat-kalimat yang digunakan.
Negosiasi berarti proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain (KBBI V). Proses ini pun "secara tidak sadar" dialami oleh seorang anak, termasuk anak balita, ketika mereka mengajukan sesuatu kepada orang tuanya.
Penyebab Anak Bernegosiasi
Proses tawar-menawar (negosiasi) terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara keinginan dengan respons yang diterima. Seorang anak akan mengambil proses ini ketika dia tahu bahwa keinginannya kemungkinan besar tidak akan dikabulkan oleh orang tuanya. Pengetahuan ini dia peroleh berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, terutama ketika dia keinginan-keinginannya tidak dikabulkan.
Dalam perjalanan pulang dari sekolah, terjadi percakapan sederhana, tetapi membuat saya terperangah.
Anak: "Ma, aku mau ice cream." (Saat itu, anak saya sedang dalam kondisi batuk)
Saya: "'Kan kamu lagi batuk."
Anak: "Sudah sembuh kok, Ma."
Saya hanya diam. Anak saya bisa menebak, ketika saya diam, itu berarti ada sesuatu yang tidak menyenangkan bagi saya. Lalu, dia bicara lagi.
Anak: "Batukku tinggal sedikit, Ma."
Saya: "Biar sembuh dulu."
Anak: "Sudah sembuh kok, Ma, sekarang. Tadi di sekolah juga tidak batuk."
Saya diam. Bukan karena saya tidak mau menjawab, tetapi saya ingin tahu apa reaksinya kemudian. Setelah beberapa saat.
Anak: "Ma, hari ini beli ice cream. Besok, tidak usah beli."
Saya: "Kenapa besok tidak usah beli?"
Anak: "'Kan hari ini mau beli."
Saya: "Siapa yang mau beli? Mama nggak beli."
Anak: "Mama beliin aku. Besok, nggak usah beli."
Anak saya berusia 5 tahun, dan yang menarik dalam percakapannya ialah keterampilan dalam bernegosiasi, termasuk alasan-alasan yang dipilihnya pun beraneka.