Tercatat hingga hari Selasa siang, total jumlah kasus positif Coronavirus di Indonesia sebanyak 2.491. Untuk wilayah DKI Jakarta sendiri jumlah kasus positif telah mencapai 1.299, sebanyak 783 pasien dirawat, 131 pasien meninggal dunia, 68 pasien dinyatakan sembuh, dan 317 jiwa dalam proses isolasi mandiri.
Bertambah dan terus meningkatnya jumlah pasien positif akibat pandemi Coronavirus di wilayah Jakarta memang tidak begitu mengherankan. Sebagai sebuah kota megapolitan dan pusat bisnis, Jakarta menjelma layaknya kota yang tidak pernah mati. Dalam pengertian, hampir setiap saat akan ada hiruk pikuk aktivitas penduduk dan alur keluar masuk warga disekitarnya maupun mancanegara.
Dapat dibilang sudah sebuah konsekuensi yang Jakarta musti terima bilamana Ibukota menjadi pusat epidemi penyebaran Coronavirus di Indonesia.
Merujuk begitu vitalnya peran Jakarta, wajar bilamana pemerintah mewanti-wanti agar Coronavirus tidak menyebar secara massive ke daerah-daerah luar. Hal itu bukan semata tanpa alasan, bukan hanya karena kekhawatiran pemerintah terhadap sarana prasarana medis maupun tenaga medis yang kurang memadai melainkan juga dilandasi oleh tingkat perekonomian penduduk suatu daerah.
Kiranya sudah menjadi rahasia umum bahwasanya tingkat kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin di Jakarta begitu lebar. Hal ini bilamana Penulis tidak salah ingat, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pernah sampaikan pada perayaan Idul Fitri 2019 lalu guna meningkatkan kepedulian masyarakat untuk memberikan zakat kepada kaum dhuafa di Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Anies menyampaikan bahwa "Jakarta adalah magnet ekonominya Indonesia. Lebih dari 18 persen GDP nasional berada di Jakarta, tapi di sisi lain, di sini pula tempat kesenjangan itu amat lebar".
Namun siapa sangka keadaan (kesenjangan) yang nampak samar itu justru menjadi pembeda asal muasal epidemi Coronavirus di Indonesia, dimana sebagian kalangan yang terkena virus ini umum ialah mereka masyarakat dengan tingkatan ekonomi menengah keatas.
Scope penularan ini boleh jadi untuk sementara waktu bisa diartikan sebagai kabar baik bahwa indikasinya terjadi pada kalangan tertentu saja, akan tetapi akan menjadi sebuah bencana bilamana keadaan tersebut tidak ditanggapi dengan segera.
Dalam pengertian Penulis seperti ini. Bilamana wabah Coronavirus memutus jarak lebar kesenjangan antara si kaya dan si miskin di Jakarta, maka Indonesia harus siap menghadapi musibah besar yaitu lonjakan secara drastis pasien positif Coronavirus.
Oleh karena itu mengapa pemerintah berupaya mengimbau masyarakat yang bermukim di Jakarta agar tidak melaksanakan pulang kampung atau mudik di musim libur Lebaran tahun ini. Â
Pada inti poinnya apa? Pemerintah bukan saja berupaya mencegah penyebaran wabah Coronavirus agar tidak mewabah ke wilayah-wilayah lain di Indonesia, akan tetapi pemerintah turut berupaya agar jangan sampai ekonomi rakyat kecil yang menetap di daerah rusak karena keegoisan (keinginan pulang kampung) warga-warga Jakarta yang sulit untuk diatur.