Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilpres Bukan Sedang Memilih Tuhan

18 Maret 2019   08:04 Diperbarui: 18 Maret 2019   12:34 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pilpres bukan sedang memilih Tuhan (indonesiabaru)

Dalam sebuah hadist Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?"

Para sahabat kemudian menjawab, "Orang yang bangkrut di tengah-tengah kita adalah orang yang tidak punya dirham (uang perak) dan tidak punya harta."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari kiamat nanti dengan membawa (amal) shalat, puasa, dan zakat, (namun) ia telah mencerca ini (seseorang), menuduh orang (berzina), memakan harta orang, menumpahkan darah orang, dan memukul orang. (Orang) ini diberi (amal) kebaikannya dan yang ini diberi dari kebaikannya. Apabila amal kebaikannya habis sebelum terbayar (semua) tanggungannya, dosa-dosa mereka (yang dizalimi) diambil lalu ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Muslim no.6522)

Merujuk pada hadist diatas kemudian kaitannya dengan momentum Pemilihan Presiden 2019 saat ini dapat dikatakan kondisinya miris dan memprihatinkan. Momentum dimana bangsa ini semustinya mencari sosok pemimpin untuk 5 tahun kedepan justru malah lebih disibukkan dengan upaya saling serang dan menjatuhkan.

Layaknya kalimat, "sapi beradu maka yang rusak rumputnya". Masing-masing kubu bukannya mengemukakan apa saja keunggulan dari kandidatnya maupun alasan mengapa tokoh tersebut tepat memimpin Indonesia, tetapi sebaliknya mereka lebih mengedepankan ego sepihak demi kekuasaan tanpa menyadari betapa besar tanggungjawab serta bagaimana nasib rakyat Indonesia kedepannya.

Terlebih di media sosial, saling hina dan saling fitnah kerap ditemui setiap harinya. Entah mengapa benih-benih kebencian seolah disemai guna menimbulkan perpecahan. Bebas lepas membully tanpa peduli siapa orangnya, bodoh seolah tak berpendidikan dan mempunyai etika, acuh terhadap aturan hukum berlaku bahwa ada konsekuensi dari setiap tindakan. Apalagi mengingat dosa?

Ya hidup aman, damai, tentram, dan rukun di Indonesia seperti nampak kurang. Bebas kapan saja beribadah tanpa khawatir dentuman maupun rententan peluru menerjang bak negeri seberang tak pernah disadari. Mereka kebanyakan lebih gemar mengangkat penderitaan orang lain tanpa berusaha membantu apalagi berupaya bersyukur dengan kondisi yang ada.

PilPres sekarang ini kita bukanlah sedang memilih Tuhan. Yang dipilih oleh rakyat Indonesia mutlak tidaklah sempurna, ia selayaknya manusia yang memiliki kekurangan maupun kesalahan. Apalagi mengimajinasikan PilPres layaknya sebuah perperangan. Kita ini bukan sedang membela suatu keyakinan, tetapi kita sedang mencari sosok pemimpin yang dapat mempersatukan perbedaan. 

Kenapa? Karena manusia tidak dapat hidup hanya seorang, manusia mahluk sosial yang saling membutuhkan, dan manusia tidak dapat memilih siapa orang yang hendak menolongnya. 

PilPres ini adalah pesta demokrasi yang rutin bangsa ini lakukan, selayaknya sebuah pesta maka semustinya berlangsung penuh meriah dan optimisme, bukan malah ramai-ramai memupuk permusuhan diantara yang memungkinkan timbulnya kehancuran bagi bangsa ini. 

Tak lelahkah kalian menghabiskan waktu untuk membenci, mendendam, dan mengumbar fitnah? Apakah memang sudah ada jaminan masuk surga sehingga anda dapat seenaknya berbuat? Apa amal kebaikan sudah meluber macam air hingga tak khawatir menjadi manusia yang bangkrut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun