Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menyingkapi Sikap Keras Kepala Telegram

3 Agustus 2017   09:59 Diperbarui: 3 Agustus 2017   14:13 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Hambar, mungkin itulah kata yang tepat menanggapi kedatangan CEO Telegram Pavel Durov ke Kominfo. Pemblokiran yang ditujukan kepada Telegram versi web ditenggarai oleh adanya miss komunikasi antara pihak Kominfo dan Telegram, menindaklanjuti hal tersebut Pavel secara personal datang langsung untuk menyelesaikan masalah. Setelah kedua pihak bertemu dan menghasilkan kesepahaman maka pemblokiran Telegram versi web dipastikan tidak akan berlaku lagi pada pekan ini.

Mengacu kepada apa yang dilakukan Pavel Durov dengan datang ke Indonesia patut diberikan apresiasi, namun indikasi bisnis betapa pentingnya Indonesia sebagai pasar Telegram tidak dapat dipisahkan. Hadirnya Pavel suatu signal positif bagi Indonesia untuk menjalin komunikasi yang lebih baik dan saling bekerjasama terutama mengenai upaya menangkal konten terorisme, akan tetapi sangat disayangkan hal tersebut tidak mengubah pandangan Telegram akan kebijakan privasinya.

Sebagaimana dikutip dari pernyataan Pavel Durov dalam konferensi pers bersama Kominfo di Jakarta, Selasa (1/8/2017).

"Fondasi dasar Telegram adalah 100 persen komunikasi privat. Itu alasan perusahaan ini ada". (CNN Indonesia)

Sebagai CEO Telegram, sikap Pavel tersebut terbilang mengambang dimana Telegram setuju akan pentingnya pengawasan akan beredarnya konten radikal di kanal Telegram namun di sisi lain ia menutup rapat-rapat campur tangan pihak luar yang ingin mengusik "privasi". Akan tetapi secara pribadi Penulis meyakini bahwa tidak ada sesuatu hal yang tidak dapat dinegosiasikan. Kita harus memahami bahwa "privasi" merupakan cikal bakal bisnis dari Telegram, layaknya sebuah bumbu rahasia yang menambah cita rasa, menggoyang lidah, dan menarik minat para pengunjung maka tentunya Telegram akan menjaga baik-baik bumbu rahasianya tetapi bukan sesuatu hal yang mustahil Telegram tidak akan membagi kepingan rahasia dari kesuksesan mereka.

Hanya saja permasalahannya, apakah dinyatakan teroris layak untuk dilindungi?

Berbicara mengenai privasi memang sebagai sesuatu hal penting di era serba keterbukaan seperti saat ini. Para pelopor teknologi paham bahwa privasi tetap dibutuhkan demi menjaga hak yang dimiliki oleh individu demi menjaga keamanan, agar memberi rasa dilindungi, serta memberikan rasa nyaman. Oleh karena landasan itulah mengapa dibuat keamanan berlapis dan sulit untuk ditembus agar tidak terjadi kesewenangan terhadap jalur informasi.

Tujuan mereka mulia, hanya saja yang jadi pokok masalah adalah tujuan mulia mereka tersebut "disalahgunakan" oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab seperti menyebarkan konten radikal dan mengkoordinasi aksi terorisme. Jadi tidaklah mengherankan bilamana Telegram tegas dan keras kepala dengan sikapnya, namun dibalik sikap keras mereka tetap memiliki tanggungjawab. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun