Mohon tunggu...
sania aida
sania aida Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Film Dokumenter "A Plastic Ocean"

2 Desember 2020   15:29 Diperbarui: 2 Desember 2020   15:32 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Analisis Film Dokumentter "A Plastic Ocean"
Oleh
Penulis Sania Aida (1011810090) Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Internasional Semen Indonesia Gresik, Indonesia

A Plastic Ocean merupakan film dokumenter yang menampilkan realitas bahwa begitu banyak sampah plastik yang masuk ke dalam lautan, merusak rumah bagi penghuni laut, mengubah rantai makanan, hingga menyebabkan kematian binatang laut. Berawal dari seorang jurnalis bernama Craig Leeson yang ingin mencari paus biru yang sulit ditangkap namun bukan hanya paus biru yang ia temukan melainkan sampah plastik yang mengambang di tengah indahya lautan yang seharusnya masih asli. Di samudera Hindia, lepas pantai Srilangka di pantai yang telah ditutup selama 30 tahun ini seharusnya masih bersih dan asli, namun pada kenyataanya lautan ini dipenuhi oleh sampah plastik dan mengandung minyak. Sampah plastik yang berada di lautan berasal dari sampah-sampah yang di buang ke sungai lalu mengalir sampai kelautan
A Plastic Ocean merupakan film bergenre dokumenter yang diproduseri oleh Adam Leipzig dan disutradarai oleh Craig Leeson yang juga sebagai pemain dalam film tersebut. Pada film dokumenter ini Craig Leeson bersama penyelam bebas Tanya Streeter bekerjasama dengan ilmuwan dan para peneliti menjelajahi dua puluh tempat dalam kurun waktu empat tahun untuk mengungkap penyebab dan konsekuensi serta memberikan solusi dari sampah plastik tersebut.
Dalam perjalanannya Craig Leeson dan Tanya Streeter menemukan berbagai permasalahan yang timbul akibat sampah plastik. Mulai dari paus yang mati akibat menelan plastik dengan lebar 6 meter persegi hingga tidak bisa makan dan mengalami kekurangan gizi, burung laut yang juga turut menjadi korban akibat sampah plastik yang mengambang di lautan, serta kura-kura tempayan yang tidak bisa menyelam akibat ada sejumlah plastik di perutnya yang menghasilkan gas.
Kejadian tersebut diakibatkan oleh sampah plastik yang masuk ke lautan sehingga disalahpahami oleh ikan, kura-kura, dan binatang laut lainnya sebagai ubur-ubur atau makhluk hidup lain yang bisa dimakan. Hal ini mengakibatkan berubahnya rantai makanan di laut. Banyaknya sampah plastik di laut disebabkan oleh penggunaan plastik yang berlebih seperti penggunaan sedotan, kemasan makanan, dan peralatan rumah tangga yang terbuat dari bahan plastik, sampah yang dibuang ke sungai lalu mengalir ke lautan, hingga microbeads yaitu bahan yang biasa digunakan pada sabun cuci muka, pasta gigi, dan alat kosmetik lainnya. Penyebab yang lebih parah lagi adalah sinar ultraviolet, gelombang laut, dan garam yang menjadikan plastik pecah dan menjadi potongan-potongan kecil atau disebut "microplastics" yang jauh lebih berbahaya.Tidak hanya membahayakan bagi hewan tentunya akibat dari sampah plastik ini juga membahayakan manusia.
Dalam film ini menunjukkan pembakaran sampah plastik yang dapat menimbulkan beberapa penyakit seperti pulmonial, tuberkulosis, emfisima, kanker, hingga menyebabkan kemandulan. Penyebab dan dampak dari sampah plastik ini menjadi perhatian dunia. Pada tahun 1991 Jerman menjadi negara pertama di dunia yang menyampaikan Undang-Undang Pengemasan yang mewajibkan produsen plastik bertanggung jawab untuk daur ulang dari setiap kemasan yang mereka jual
Sikap peduli terhadap lingkungan merupakan reaksi peduli seseorang terhadap lingkungannya. Misalnya, tidak merusak lingkungan alam dengan selalu menjaga pelestarian lingkungan, atau dengan kata lain harus selalu menjaga dan melestarikan lingkungan agar tidak menjadi rusak, tercemar bahkan menjadi punah adapun upaya pengelolaan lingkungan

akibat sampah plastik pada Film A Plastic Ocean Film A Plastic Ocean memberikan fakta mengenai dampak sampah plastik di perairan disamping itu film ini memberikan solusi pengelolaan sampah plastik dari berbagai negara yang bisa dicontoh seperti ;
Di Filipina, melakukan Bioremidasi dan Fitoremidasi sebagai langkah membersihkan lingkungan perairan seperti sungai dari polutan.
Di Jepang, dimana penduduk desa kamakatsu japan memiliki konsep recyling dan menerapkan the zero waste town.
Di Bristol Inggris, boto-botol plastik dirangkai menjadi sebuah pernak-pernik cantik yang bernilai seni sebagai pemanis di depan gedung.
Dengan ada berbagai macam solusi pada Film Dokumenter A Plastic Ocean dari dampak permasalahan perairan laut diharapkan untuk para Pengelolaan sampah plastik sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan alam. Manusia yang ada di bumi sudah semestinya memiliki kesadaran akan lingkungan dan mengelolanya sebaik mungkin sehingga terjadi keselarasan dalam alam antara manusia dan komponen yang ada di dalam lingkungan seperti hewan dan tumbuhan. Pada tabel 4.4 terdapat dokumentasi berupa gambar pengelolaan sampah plastik di berbagai negara seperti Filipina, Jerman, Inggris, dan Irlandia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun