Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Randai Permainan Peran dan Misi Kesadaran

20 Desember 2018   14:29 Diperbarui: 20 Desember 2018   14:40 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Bagian dari kesenian minangkabau adalah randai. Sebuah tradisi menyampaikan kaba (pesan) dan cerita kepada masyarakat minangkabau. Randai memainkan sebuah drama atau cerita yang menarik. Berbagai judul lahir dapat dimainkan oleh berbagai kalangan. Secara seni randai sering dimainkan waktu malam, setelah shalat isya. 

Jauh sebelum beredarnya film dan sinetron dengan layar kaca. Maka kesenian peran ini berada dalam denyut kehidupan masyarkat minangkabau. Dan hal ini menjadi permainan anak nagari. 

Dalam setiap peran yang dimainkan mesti memiliki beberapa keahlian dasar. Pertama adalah keahlian silat. Sebab dalam pementasan randai, pemain mesti melakukan gerak bersama dan juga gerak sendiri melakon peran yang menjadi tanggungjawab. Kedua, keterampilan olah vocal. Hal ini menunjang menyampaikan dialog dan pesan tersirat. Beberapa mesti menghapal berbagai pituah adat, termasuk menyanyikan beberapa pantun dan ibarat. Ketiga, adalah keahlian memainkan musik.

Pementasan randai membutuhkan dukungan musik dari bansi, pupuik sarunai, saluang, dan talempong. Semua berkalaborasi untuk menampilkan cerita yang memiliki pesan kehidupan. 

Pementasan rantai, adalah bagian dari sebuah dinamika budaya. Ada akulturasi nilai-nilai Islam dalam cerita. Sebab, sebagai pemain mesti memahami dasar-dasar gerak silat. Hal ini berguna untuk atraksi dalam membentuk gerakan lingkaran dan gerak bersama. Bila perguruan silat masih ada dalam suatu nagari, maka randai adalah bagian dari penyaluran atraksi.

Pembacaan tentang peran dan permainan randai, beberapa guru silat tuo pernah bercerita. Bahwa randai adalah upaya untuk membentuk kesadaran peran anak minang dalam hidup. Setiap orang memiliki peran demi peran. Baik secara pribadi sebagai anak dari ayah dan ibu. Kemenekan dari mamak sebagai pelanjut suku.

Kemudian peran bagian dari sebuah masyarakat. Dalam kehidupan memiliki peran dengan sifat baik, ataupun peran bersifat buruk. Hal ini berlaku dalam kehidupan bermasyarakat atau bernegara. Dalam konteks miniatur negara bernama nagari di Minangkabau. Penjiwaan peran dan kesadaran diri menjadikan bagian dari mengevaluasi tentang apa yang dibicarakan dan diperbuat. Bahasa sekarang adalah perilaku.

Dibuka lebih luas pemaknaan dari randai adalah keterhubungan seseorang dengan dirinya, dengan lingkungan keluarga, handai tolan dan masyarakat. Sebab masing-masing memerankan peran dalam hidup. 

Peran-peran ini dihimpun dalam cerita. Seperti kisah Anggun Nan Tongga yang berangkat dengan seizin ibu, sebelum melakukan perjalanan keluar dari kampung halaman. Atau istilah merantau. Bagaimana menghadapi dinamika hidup dan berpegang dengan keyakinan kepada Allaah Swt dan sunnah Rasulullaah Saw. 

Beberapa kesempatan ke Padangpanjang dan bersilaturrahim mengunjungi ibu Asnimar, beliau adalah dosen dari ISI Padangpanjang. Bahwa randai adalah bentuk pembentukan karakter dan pengajaran hidup. Ibu Asnimar adalah Pendiri Sanggar Aguang dan satu-satunya penari yang menguasai tari tradisi Piriang Saluah. 

Tradisi Randai yang menjadi bagian tradisi Minangkabau membutuhkan keberpihakan pemerintah daerah. Permainan anak nagari yang berhubungan dengan pelestarian belajar silat, diplomasi dan mengkaji falsafah hidup urang minang Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullaah. Yang beberapa hari lalu kembali dikukuhkan oleh alim ulama, cadiak pandai dan niniak mamak di bukit muaro palam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun