Mohon tunggu...
Frengki Nur Fariya Pratama
Frengki Nur Fariya Pratama Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pecinta naskah Jawa di Sradhha Institute, berdikusi sastra di Komunitas Langit Malam.

Menjadi Insan yang mampu berkontribusi terhadap negara dan masyarakat adalah ideologis manusia yang menghamba kepada Sang Khaliq

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersua Identitas: Reyog atau Reog

31 Desember 2019   17:55 Diperbarui: 31 Desember 2019   18:17 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Reyog Di Masa Lalu | dokpri

Oleh karena itu, mutlak manuskrip harus terlibat untuk menyokong perjalanan payah Reyog Ponorogo mendapat payung dari UNESCO. Jika selama ini, manuskrip tak didampingkan, harus segera terkerahkan untuk mendukung keberhasilan. Jangan sampai angin klaim kembali menerpa Reyog Ponorogo lagi.

Identitas harus kokoh berdiri menghalau berbagai serbuan identitas luar. Menjadikanya tembok yang benar-benar kokoh dan gamblang menelusur keberadaanya dari masa ke masa. Setrukturasi terlihat jelas dan kidung indah pasti tergaung disetiap mulut pembincang Reyog Ponorogo.

Akhirnya

Seperti halnya para penghayat yang jatuh-bangun memperjuangkan kolom strip (-) agar jelas dan tak ingin menodai identitas agama KTP yang dikantongnya. Reyog Ponorogo jangan sampai bimbang mencantumkan istilah Reyog atau Reog dalam kolom identitas budayanya. Hingga, istilah strip (-) -tak diakui- tersemat dari UNESCO.

Reyog atau Reog? ternyata begitu penting. Jika eksistensi dan substansi, mana yang lebih penting?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun