Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Astroteron

18 November 2017   02:58 Diperbarui: 18 November 2017   03:04 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit kota Makassar perlahan dikungkungi awan serupa asap berwarna putih-kelabu. Teriknya matahari berganti mendung. Lembab cuaca disertai angin semilir sore menjadikan kota layaknya bayang-bayang kecemasan dalam diri manusia; meningkatkan kinerja jantung dan kelenjar keringat di dalam tubuh, disertai timbulnya berbagai macam pikiran serta peluh.

Setiap penduduk dan pendatang di kota "Angin Mamiri" dengan cepat menyadari akan kedatangan sang hujan. Mereka pun terburu-buru menuju peraduan : Ada yang menancapkan gas kendaraan, ada yang melangkah cepat-cepat di atas padesterian dan perempatan jalan, serta ada juga yang termenung pasif di kaca belakang pete-petelangganan.

Namun, tidak dengan pengendara motor trail itu. 

Motornya meraung-raung di antara kacaunya barisan kendaraan di jalan Pettarani. Semilir angin membelai lembut beberapa helai rambutnya yang menyelip keluar dari helm army. Tingkahnya pongah seperti karakter Ali Topan. Atau, sebut saja dia seperti itu: Ali Topan, si kumbang metropolitan. Karena rasa tanpa malunya itu, ia mengusik kebisuan pengendara jalanan utama kota Makassar dengan bersenandung kencang; meski beberapa pengguna jalan memandang risih gayanya yang angkuh; meski rintik hujan mulai datang satu per satu. 

Sesampainya di rumah, kumandang azan maghrib telah selesai diperdengarkan. Hujan mulai deras memenuhi setiap sudut jalan perumahan. Tubuhnya letih dan memohon untuk dibersihkan juga dimanjakan. Si penampakan Ali Topan dari Makassar pun membasuhkan diri di kamar mandinya yang sederhana nan remang.

Kulit tubuhnya yang sebagian terbakar oleh matahari itu masih lembab oleh air saat keluar dari kamar mandi. Pikirnya air bak itu terlalu dingin. Tidak seharusnya tubuh ini menjadi dingin dan otot-otot liat ini menjadi kaku dikarenakan satu hal apapun juga. Maka, dibiarkan tubuhnya mengering bersama lembabnya udara malam dengan bantuan putaran kipas angin.  Masa muda bukanlah masa yang perlu dipikiran serius. 

Berikutnya, ia hubungi teman-teman satu komplek perumahan Bung Permai.

Setelahnya, ia garap makan malam yang telah disediakan di dapur rumah.

Selepasnya, ia sambut sekawanan pemuda undangannya ke dalam kamar hingga lewat tengah malam.

Tiga bungkus rokok kretek. Lima liter botol minuman soda,  dan satu cerek air putih. Dua bungkus kacang buatan dalam negeri. Semuanya tampak semrawut bertebaran di sekitar kamar. Aroma asap rokok masih tersisa di pori-pori tembok dan teralis ruang tidurnya. Begitupun senar gitarnya yang masih menghasilkan getaran frekuensi hingga ke sudut-sudut tembok. Apa ia sudah tampak gaul? Apa batinnya sudah terpuaskan? Atau, apakah kerinduannya terhadap 'sang mantan' telah teralihkan? Tidak tau. Sang Ali Topan ala Makassar itu hanya tahu tubuhnya kali ini benar-benar perlu perhatian. Matanya yang buas seakan diurapi oleh asap sesajen penyembahan berhala. Pandangannya dibayang-bayangi oleh pekatnya rasa kantuk. Satu hal yang tidak diketahui  oleh pemuda itu: tidur adalah sebagian nikmat Tuhan yang tak terbantahkan.

Pukul 5 pagi, hujan masih bersisa rerintikan di atap rumah dan di atas kerikil-kerikil jalan. Percikannya jatuh dan menguap bersama hawa dingin subuh hari. Hawa subuh itu membenamkan raga sang Ali Topan lebih dalam ke kasurnya yang empuk, namun jiwanya diangkat ke langit yang dikuasai awan gelap bertumpuk-tumpuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun