Mohon tunggu...
Sandy Gunarso
Sandy Gunarso Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Komunikasi

Berhenti memuaskan orang karena kepuasan tiada batasnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Melupakan Perasaan Dilupakan

7 Februari 2022   14:39 Diperbarui: 7 Februari 2022   14:49 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kesal rasanya jika seorang teman yang lama tidak berkomunikasi, lalu tiba-tiba menghubungi kembali untuk membantu menyelesaikan sejumlah masalah hidupnya. Kondisi itu sungguh membuat setiap orang merasa tidak nyaman dan berpikir bahwa sang teman hanya mengingat memanfaatkan orang lain jika membutuhkan bantuan atau ada perlunya saja. Selain itu, pikiran lain yang muncul adalah sang teman akan melupakan orang lain saat dia dalam kondisi bahagia atau sukacita.

Alamiah bagi setiap orang di dunia ini jika saat kondisi baik dan bahagia mereka akan melupakan orang, sementara saat kondisi buruk atau tidak nyaman, barulah mereka akan sibuk mencari orang lain untuk berkeluh kesah dan memohon bantuan. Untuk itu, permasalahan melupakan dan dilupakan ini sebenarnya bukanlah masalah besar yang harus menghancurkan persahabatan antara sesama teman karena kejadian seperti ini selalu terjadi untuk mewarnai perjalanan hidup semua orang.

Tanpa disadari, sebenarnya setiap orang di dunia ini menjadi raja atau ratu melupakan orang lain. Apalagi jika terjadi peristiwa pinjam meminjam uang. Sudah dapat dipastikan para pelakunya akan mengubah perilaku, bahkan kalau perlu mengubah kulit serta bentuk tubuhnya agar dia dapat menghilang dan berharap orang lain melupakannya. Begitu pula saat seorang berutang budi pada orang lainnya, maka sudah dapat dipastikan mereka akan cepat melupakan kebaikan orang lain dan berlaku terbalik saat orang yang pernah menolongnya membutuhkan bantuannya. Untuk itu, biarkan saja jika diri sendiri dilupakan orang lain.

Pepatah klasik yang berkata:"Tidak ada makan siang gratis."

Pepatah ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan di dunia ini semuanya tidak ada yang gratis atau cuma-cuma. Semua kegiatan di dunia ini mempunyai harga yang harus dibayar oleh semua pelakunya. Tidak ada seorang pun yang dapat luput dari hukum alam ini, termasuk mereka yang menyebut diri sebagai pemuka agama. Sebab, setiap kegiatan membutuhkan biaya dengan uang sehingga setiap orang hanya melakukan sesuatu kepada seseorang yang dianggap menguntungkannya. Jika orang dianggap tidak menguntungkan, maka mereka pasti akan diabaikan bahkan dibuang dari daftar kontak.

Dalam ilmu komunikasi dikenal sebuah ilmu yang disebut Semiotika atau sederhananya dikenal sebagai pengetahuan tentang simbol, lambang, atau gambar.  Setiap orang, baik pria atau wanita, baik anak-anak atau dewasa, semua terikat dengan simbol, lambang, atau gambar. Simbol paling sederhana adalah tanggal lahir. Lalu, simbol jenis kelamin, yakni: L untuk laki-laki dan P untuk perempuan. Belum lagi simbol-simbol atau gambar-gambar lain dalam kehidupan.

Untuk itu, tidak salah jika orang mengingat temannya untuk membantu menyelesaikan masalah karena terdapat persamaan antara masalah yang terjadi dengan kemampuan sang teman. Dengan kesamaan simbol inilah, sang teman dianggap mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. Jadi, saat teman menghubungi untuk membantu menyelesaikan masalahnya lalu menghilang saat tidak terjadi masalah, seharusnya kejadian ini dianggap sebagai sebuah keberuntungan.

Mengapa begitu? Karena mendapatkan kepercayaan dari orang lain saat ini menjadi fenomena langka yang sangat berharga di dunia. Apalagi kepercayaan ini sampai masuk di dalam pikiran orang lain. Jangan masukkan pikiran negatif ke dalam hidup sendiri hanya karena dilupakan orang lain saat mereka bahagia. Bukankah kebahagiaan menjadi hak dari setiap orang? Bukankah salah satu tujuan kehidupan adalah mengejar kebahagiaan? Lantas, mengapa harus cemburu dan iri hati saat melihat orang dapat bahagia dan membahagiakan diri mereka?

Setiap orang perlu mengingat prinsip ini agar hidupnya lebih bahagia dan tidak berbuat yang merugikan orang lainnya. Prinsipnya adalah setiap orang punya kehidupan masing-masing dan mereka sangat berhak untuk melakukan segala tindakan dan perbuatan yang membahagiakan diri sendiri. Sebaliknya, merupakan tugas manusia untuk saling membantu siapapun yang sedang mengalami masalah hidup dan keputusasaan.

Tidak ada untungnya cemburu dan iri hati pada kebahagiaan orang lain. Tidak perlu juga hidup dari hasil menjelekkan orang lain. Sudah seharusnya setiap orang berhenti menjerumuskan diri sendiri pada lubang jebakan perasaan dilupakan orang lain. Pemikiran itu, hanya akan mengurung pikiran dalam kotak kegelapan mental lalu perlahan-lahan mengubah jiwa menjadi jahat dan penuh kebencian. Kejahatan yang berselimut kebencian akan menghilangkan kebahagiaan sendiri selama hidup di dunia. Bersyukurlah jika masih diingat orang lain. Lalu bantulah mereka sekuat tenaga sampai mereka dapat menyelesaikan masalahnya. Dengan begitu, kehidupan sendiri akan menjadi lebih bahagia.

Selain itu, ada pula jebakan yang sering menjadi perangkap untuk semua orang. Jebakan ini tidak lain adalah keinginan mendapatkan balas budi dari orang yang pernah ditolongnya. Misalkan, A direkomendasikan menjadi dosen oleh B. Dengan menjadi dosen, maka penghasilannya bertambah karena A mendapatkan gaji dari perusahaan bersama B dan kampus tempat kerja barunya. Dalam perjalanan waktu, A sama sekali melupakan kebaikan B. Dia tidak bersyukur dan menjelekkan B di hadapan orang lain termasuk sang atasan hingga B dipecat dari perusahaan. Bagi B, tindakan A dianggapnya biasa. Bahkan B mendoakan kesuksesan A agar dia segera menjadi profesor seperti yang didambakannya. B sama sekali tidak berpikir dan sakit hati atas perilaku A yang sudah begitu jahat padanya. B hanya ingin melihat A selalu bahagia dan menjalani kehidupannya penuh kejayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun