Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perkantoran Kluster Penularan, Pengendara Jadi Sasaran

22 September 2020   07:59 Diperbarui: 22 September 2020   11:37 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS.COM/GARRY LOTULUNG

Melihat data dan fakta tersebut tampaknya strategi pencegahan harus direvisi. Bukan sibuk mencari kesalahan pemakaian masker di jalanan tetapi fokus melakukan penertiban ketidak disiplinan di perkantoran, rumah makan, pasar, dan tempat ibadah.

Dalam mengevaluasi pelaksanaan kediplinan di dalam perkantoran memang tidak mudah. Karena, saat dilakukan sidak ke lapangan pasti karyawan kantor segera berbenah menutup masker yang sempat ditaruh dibawah dagu atau di kantong. 

Satgas dalam perkantoran atau perusahaan yang dibentuk juga tidak efektif, buktinya kluster di perusahaan dan perkantoran menjadi utama. Hal yang bisa dilakukan mungkin mengevaluasi secara berkala CCTV di setiap perkantoran. Sangsi tegas harus diberikan bila CCTV tidak berfungsi, dimatikan atau di edit saat jam jam tertentu.

Langkah cepat yang dilakukan oleh Gubernur DKI jakarta tampaknya sudah sangat tepat dengan meningkatkan PSBB menjadi lebih ketat. Meski harus disindir 3 menteri karena dianggap mengganggu ekonomi. 

Dalam setiap narasi yang diucapkan Anis Baswedan tampaknya sudah benar. Gubernur tidak serta merta menyalahkan masyarakat tetapi langsung menutup sementara semua perkantoran di Jakarta dan semua rumah makan hanya melayani "take away".

Untuk kluster rumah tangga tampaknya pemerintah harus mengandalkan peran tokoh masyarakat setempat, RT atau RW dalam melakukan lockdown kampung saat daerahnya menjadi daerah oranye atau merah.

Kejujuran dan konsistensi harus lebih kuat dilakukan. Ucapan presiden bahwa kesehatan lebih utama, bila masalah kesehatan membaik ekonomi akan membaik harus dijadikan pedoman bukan hanya dijadikan ucapan. Jangan lagi ada narasi bahwa Indonesia situasinya membaik karena angka penyembuhan meningkat. 

Pakar epidemiologis sudah mengingatkan dengan keras bahwa keberhasilan penanganan wabah adalah menurunkan angka kematian, menurunkan recovery rate, positivity rate. meningkatkan jumlah tes dan meningkatkan tracing bukan meningkatkan angka kesembuhan. Faktanya semua parameter itu semua di negeri ini sedang sangat tidak baik.

Angka kesembuhan bukan parameter perbaikan dan keberhasilan, karena 80% penderita mengalami gangguan ringan yang akan sembuh sendiri. 

Sebagian besar sembuh bukan karena keberhasilan pemerintah, bukan obat penemuan BIN-TNI, bukan karena obat herbal dari "profesor H", bukan karena vitamin yang mahal, bukan karena berjemur sampai gosong, bukan karena kalung anti virus atau alat terapi lain yang tidak ilmiah.

Pesan 3M di telinga masyarakat tampaknya sudah sangat berlebihan, mungkin sudah tidak muat lagi di otak banyak orang. Bila 3M sudah dilakukan habis habisan oleh masyarakat, tetapi tidak berhasil mengendalikan wabah, apalagi yang harus dilakukan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun