Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menang Taruhan, Nasdem Jadi Parpol

26 Juli 2011   10:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:22 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13116915271821550420

[caption id="attachment_125225" align="aligncenter" width="680" caption="Surya Paloh/Admin (Kompas.com)"][/caption] Akhirnya Nasdem Selasa (25/7) dideklarasikan untuk berubah dari organisasi moral menjadi partai politik. Awal tahun lalu penulis mengungkapkan opini di kompasiana bahwa berani bertaruh Nasdem akan jadi partai politik. Banyak pengurus atau anggota kecewa dan keluar dari organsasi itu karena perubahan tersebut. Sebenarnya kekecewaan itu tidak perlu terjadi karena secara kasat mata sangat mudah terlihat gelagat dari dulu bahwa gerakan moral itu akan menjadi gerakan politik. Dalam berbagai kesempatan penggagas dan pendiri Nasional Demokrat (Nasdem) selalu mengatakan bahwa tidak akan masuk perpolitikan, karena Nasdem hanyalah gerakan Moral. Melihat sepak terjang sebagian besar komposisi Nasdem adalah politikus dan berbagai gerakan dan suara organisasi yang dilakukan tampaknya misi utama gerakan moral sangat diragukan. Benarkah seorang Surya Paloh dan beberapa politikus kawakan lainnya mengorbankan uang yang sangat fantastis, jabatan dan kedudukan di partai Golkar hanya sekedar untuk gerakan moral. Karena itulah saat itu saya berani bertaruh bahwa Nasdem akan menjadi partai politik dikemudian hari. Tidak akan pernah Berpolitik Nasdem tidak akan mendeklarasikan menjadi partai politik seperti dugaan banyak pihak selama ini. Untuk itu, Nasdem tidak akan mendaftarkan diri sebagai partai politik ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk menjadi peserta pemilu pada tahun 2014. ”Nasdem masih merupakan organisasi masyarakat (ormas) yang memperjuangkan gerakan moral,” kata Sekretaris Jenderal Nasional Demokrat (Nasdem) Syamsul Mu’arif dalam jumpa pers terkait rencana Rapat Pimpinan Nasional Nasdem di Jakarta, Kamis (27/1). Sebagai ormas, Nasdem terus melakukan konsolidasi secara internal. Demikian sebuah statement yang ditulis dalam situs resminya. (http://nasionaldemokrat.org/articles/viewColumnWithTitle/kabar/nasdem-takkan-jadi-partai-politik) Dalam usia setahun, Nasdem sudah memiliki anggota sekitar satu juta anggota. Penyerahan kartu anggota yang ke satu juta itu akan dilakukan pada acara Rapimnas dan HUT Nasdem. Adalah kejanggalan luar biasa sebuah gerakan moral bertujuan target utamanya adalah kartu anggota bukan gerakan nyata atau teladan untuk sebuah restorasi gerakan moral. Semua tokoh elit Nasdem adalah bekas tokoh elit politik Golkar yang kalah bertarung dengan kelompok Abu Rizal Bakrie. Bahkan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar melarang kader dan pengurus partai bergabung dengan Nasional Demokrat. Sebelumnya DPP Partai Golkar baru mengeluarkan peringatan melalui surat edaran, selanjutnya DPP akan mengeluarkan instruksi agar kader dan pengurus partai tidak bergabung dengan Nasional Demokrat. Sebelumnya sangat janggal bila beberapa tokoh politik Golkar harus rela mengorbankan karier politiknya berpindah ke Nasdem hanya demi gerakan moral. Juga dapat dibayangkan seorang konglomerat seperti Surya Paloh dan para elit Nasdem mengeluarkan uang yang sangat fantastis dan memeras fisiknya keliling Indonesia hanya demi sebuah gerakan moral. Nasdem berubah haluan dari gerakan moral menjadi suatu gerakan politik adalah suatu strategi yang sangat cerdas. Dalam mengumpulkan dukungan dan masa maka label politik lebih sulit diterima sebagian besar masyarakat, karena terlanjur timbul konotasi negatif dunia politik Indonesia. Tetapi bila dibungkus dengan gerakan moral maka akan mendapat penuh simpati dan dukungan dari berbagai kalangan. Bila hal itu benar terjadi maka para pendukung yang idealis dan masyarakat yang bermisi moral akan terkecoh dan terbohongi. Tetapi hal itu merupakan tindakan yang sah-sah saja dalam dunia politik yang penuh kamuflase dan kebohongan. Dan kalaupun terkecoh hanyalah sebagian kecil elit karena pada umumnya para politisipun sudah berspekulasi politik saat menggagas Nasdem. Dengan berubahnya Nasdem menjadi parpol yang merasa paling terbohongi bukan hanya Sri Sultan, tetapi juga masyarakat partisipan pendukungnya. Menyusul Sultan, kini mundurnya Ketua DPW Nasdem Jabar Mayjen TNI (Purn) Sudrajat, diikuti sekitar 90% pengurusnya, yang sependapat dengan ketuanya bahwa perubahan organisasi masyarakat (ormas) Nasdem menjadi partai politik (parpol) di luar kesepakatan awal pembentukannya. Sebenarnya tidak harus menjadi ahli politik untuk memprediksi bahwa Nasdem nantinya menjadi cikal bakal partai politik. Arah dan nuansa gerakannya sangat jelas terbaca. Tetapi bila cermat seharusnya sudah sangat jelas sekali terbaca dari awal bahwa Nasdem nantinya bukan sekedar gerakan moral. Apakah para tokoh tersebut tertipu, pura-pura tidak tahu atau ada alasan lain saat mengundurkan diri ketika merasa ditelikung Nasdem jadi parpol. Selama ini rakyat biasa mempunyai niat tulus dalam mengikuti gerakan moral. Tetapi strategi cerdik pendiri Nasdem sudah ada dalam otak organisasi mereka. Saat berubah menjadi partai politik, mereka tidak merasa membohongi masyarakat karena perubahan gerakan moral menjadi gerakan poltik adalah permintaan anggota dan masyarakat bukan kemauan pendirinya. Keberanian Nasdem menjadi Parpol patut dihargai dan diberi apresiasi dalam menggalang dan menggelorakan semangat restorasi di Indonesia. Meski pilihan tersebut ternyata sudah melanggar janji awalnya untuk tidak merubah menjadi parpol. Langkah awal yang tidak elok dengan mengelabuhi masyarakat pendukungnya yang menyatakan sebagai gerakan moral dan tidak akan menjadi parpol adalah langkah biasa dalam politik. Saat awal melangkah menjadi Parpol, tampaknya Nasdem sudah menghalalkan prinsip dasar ketidak jujuran dalam berpolitik. Tetapi tampaknya dalam dunia politik adalah sudah menjadi kewajaran bahwa ketidak jujuran adalah makanan sehari-hari yang akan dijadikan menu utama para politikus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun