Mohon tunggu...
Samsul Bahri
Samsul Bahri Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Peneliti

Universitas Teuku Umar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi Strawberry: Generasi Super tapi Suka Baper?

3 Maret 2022   23:45 Diperbarui: 3 Maret 2022   23:57 9946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://hits.grid.id

Pada tahun 2017, Prof Rhenald Kasali, Ph.D menuliskan sebuah buku yang menampar kita di siang bolong. Mengapa tidak? ditengah asiknya para anak muda mendapatkan pembenaran tentang perasaan yang sedang dialaminya dari istilah di dunia maya, beliau malah menyuruh para anak muda agar tidak lembek layaknya buah strawberry, terlihat indah dan eksotis dari luar namun mendadak hancur ketika terbentur.

Tapi ternyata apa yang beliau sampaikan benar adanya. Dalam sebuah artikel singkat yang membahas tentang buku yang beliau terbitkan berjudul "Strawberry Generation", generasi ini digambarkan sebagai buah yang eksotis dan indah, namun begitu terkena benturan atau tergesek sikat gigi saja langsung dengan mudahnya terkoyak dan hancur.

Beliau menyampaikan bahwa potret dari sebuah generasi yang lahir dari  tangan--tangan orang tua yang jauh lebih sejahtera dari generasi -- generasi sebelumnya. Mereka dari kelas menengah baru yang sudah mempunyai rumah sendiri, bahkan kendaraan, gadget dan akses informasi yang lebih luas

Peluang Generasi Strawberry sangatlah besar dan potensial. Hidup dan tumbuh pada zaman dengan kondisi ekonomi yang lebih baik, akses informasi dan teknologi yang lebih mudah, membuat generasi ini tumbuh dan belajar dengan jauh lebih cepat dibanding generasi sebelumnya. Ia dengan cepat dapat menjadi sosok yang kreatif, kritis dan cerdas dengan berbagai wawasan ilmu yang diperolehnya.

Generasi strawberry juga unik dan lebih terbuka, menciptakan sosok-sosok yang kreatif dan cemerlang. Generasi ini lebih pintar dalam hal akademik dan wawasan dibanding generasi sebelumnya serta memiliki kemampuan adaptasi dan komunikasi yang bagus dalam lingkup komunitasnya. Para generasi ini kebanyakan juga memiliki prestasi akademik yang bagus karena tuntutan dan motivasi lingkungan yang memadai.

Tantangan Generasi Strawberry terletak dari dalam dirinya sendiri yang sulit dijangkau, yakni mental. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa generasi ini digambarkan sebagai sebuah strawberry yang lunak dan mudah hancur. Jika tidak didampingi dan diarahkan dengan baik maka generasi ini akan menjadi sosok-sosok yang mudah menyerah dan putus asa. Hal ini disebabkan keterbiasaannya dalam mendapatkan suatu pencapaian dengan mudah, sehingga apabila ia tidak mencapai pencapaian lainnya maka akan mudah goyah disebabkan belum terbiasa gagal.

Sejatinya, proses kegagalan perlu untuk dialami agar mental terbentuk menjadi lebih kuat. Kegagalan memberikan pesan dan pelajaran yang sangat berarti dan yang paling penting mengajarkan arti dari sebuah kesabaran dan hikmah dari suatu kejadian. Bayangkan jika semua orang terbiasa menang, maka tidak ada satupun dari mereka yang siap untuk menerima kekalahan dan inilah awal kemunculan dari sebuah keputusasaan.

Solusi bagi para generasi ini adalah arahan dan bimbingan yang baik dari para orang tua dan senior yang lebih berpengalaman. Anak muda cenderung bersemangat dan selalu siap untuk menang, tapi mereka juga harus siap untuk sebuah kekalahan yang mungkin terjadi. Para orang tua dan senior harus mengajarkan kepada mereka bahwa tujuan utama dari suatu proses bukanlah hasil akhir dari suatu proses, melainkan pengalaman dan ilmu yang diperoleh selama menjalani proses. 

Sebagai contoh seorang anak bisa saja mendapatkan nilai yang bagus dan proses yang mudah, namun dengan cara yang juga lebih mudah dan singkat seperti mencontek, membuat catatan-catatan kecil yang membantunya berbuat curang. Namun ia telah melewatkan beberapa hal penting dalam sebuah proses yakni kejujuran, kerja keras dan kompetisi yang sehat. 

Maka sebaiknya kita perlu mengingatkan kepada para generasi yang lebih muda agar lebih kuat dalam menghadapi kenyataan dan tidak larut dalam satu pintu kegagalan, karena masih banyak pintu-pintu kegagalan lainnya yang patut dicoba. Semoga artikel ini dapat memberikan suatu pelajaran agar kita senantiasa berjuang dalam meraih suatu impian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun