Buntut dari cibiran, nyinyiran serta turunnya pasukan Kodam Jaya menjadikan JK bersuara. Suaranya ini kemudian menyulut narasi kontroversial.Â
Mantan Ketua Umum Partai Golkar itu menyebut di Indonesia telah terjadi "kekosongan pimpinan". Kemudian dengan bangganya menilai HRS sebagai pemimpin kharismatik.Â
Peristiwa saling berkaitan diantara ketiga tokoh itu pula yang membuat poros ARJ makin diyakini keberadaannya. Sepintas memang akan bisa mengancan eksistensi poros lain. Meski sebenarnya, bisa saja hal itu hanya euforia yang terlalu dibesar-besarkan.Â
Dalam konstelasi politik kekinian, poros ARJ jelas hanya gaung tanpa makna. Mereka terjebak suksesi masa lalu. Dimana masing-masing tokoh tengah dalam puncak performa.
Hari ini, situasi terbalik. Ketiganya malah bisa disebut sedang berada pada posisi kurang menguntungkan.Â
Rizieq ShihabÂ
Tak dipungkiri, pendukung Imam Besar FPI ini begitu masif. Tapi, dengan kejadian kemarin, dari mulai kerumunan massa, perseteruan dengan Nikita Mirzani, hingga terjadi pencopotan baliho sedikitnya membuat publik sadar, Rizieq Shihab bukanlah manusia super. Dia sama saja warga negara biasa. Bahkan tak sedikit pihak yang mengolok-oloknya.Â
Anies BaswedanÂ
Gubernur DKI Jakarta ini sebetulnya sempat mendapatkan panggung kembali saat awal-awal pandemi. Sayang momentum itu tak mampu dipertahankan.Â
Sikap oposannya dengan pemerintah kerap membuat Anies terjebak dalam situasi kurang menguntungkan. Puncaknya terjadi saat dia sowan dan menghadiri pernikahan putri Habib Rizieq. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut kembali menjadi bulan-bulanan publik, yang membuat pamornya anjlok seiring apriori rakyat terhadap Imam Besar FPI.Â
Jusuf KallaÂ