Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anjay! Menantu Jokowi Langsung "Makan" Korban

3 September 2020   20:00 Diperbarui: 3 September 2020   19:59 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEBELUM membahas lebih jauh tentang judul tulisan di atas, penulis hanya ingin meluruskan bahwa kata "Anjay" yang dimaksud pada judul tulisan bukanlah bentuk umpatan atau narasi kemarahan. Melainkan hanya sebagai luapan rasa kaget semata. 

Lagipula, menurut hemat penulis kata "Anjay" tak harus diartikan sebagai kata halus dari seekor anj**g. Bisa saja, hal ini sebagai ungkapan perasaan yang justeru jauh dari kata umpatan atau hardikan. 

Tapi, sudahlah. Toh dalam kesempatan ini penulis tidak hendak membahas polemik "Anjay". Penulis hanya hendak meluruskan saja, jangan sampai ada persepsi buruk atau salah menafsirkan judul di atas. 

Kenapa penulis menempatkan "Anjay" sebagai ungkapan kaget? Karena tadi pagi sempat membaca sebuah berita yang dirilis oleh beberapa media online tanah air. 

Dalam isi beritanya ditulis, hanya karena tidak menerima keputusan Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri atas penunjukan menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Bobby Nasution sebagai calon Wali Kota Medan, sejumlah kader partai berlambang banteng gemuk moncong putih Kota Medan, Sumatera Utara berakhir dengan pemecatan. 

Dengan kata lain, direkomendasinya Bobby Nasution untuk bertarung pada Pilkada Kota Medan, telah memakan korban. 

Boleh jadi pemecatan terhadap beberapa kader PDI Perjuangan tersebut adalah hak internal partai. Karena telah dianggap melakukan pembangkangan terhadap keputusan yang telah diambil. Dan, boleh jadi aturan itu sudah dituangkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai. 

Dengan begitu, sudah pasti penulis tidak berhak sama sekali untuk ikut campur terhadap "dapur" mereka. 

Hanya saja, yang ingin penulis soroti adalah iklim demokrasi yang terjadi pada tubuh PDI Perjuangan, yang seolah masih sangat lemah. 

Kenapa? 

Sebagai partai yang katanya menjunjung tinggi demokrasi sejatinya akan menghargai perbedaan. Bukankah perbedaan pendapat itu salah satu ciri dari demokrasi? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun