Mohon tunggu...
Salvia Levina
Salvia Levina Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Pemerintah Finlandia vs Indonesia Atasi Pengangguran

16 November 2017   17:56 Diperbarui: 16 November 2017   18:20 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Finlandia, salah satu negara Skandinavia, yang juga anggota Uni Eropa membuat masyarakat dunia tercengang dengan kemajuan peradaban dan tingkat kesejahteraan warganya yang di atas rata-rata. Finlandia, dengan sistem pendidikan yang hanya mewajibkan pelajarnya sekolah dengan durasi 5 jam sehari, tanpa PR dan ujian nasional, menjadi negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Negara Finlandia kembali membuat kebijakan sosial yang ekstrem.  

Negara Finlandia menjadi negara pertama di Eropa yang berani melakukan eksperimen sosial yang berdampak besar, yaitu memberikan tunjangan bagi warganya yang tak bekerja alias pengangguran.

Regulasi tentang tunjangan sosial ini sudah dimulai sejak 1 Januari lalu dan akan dilakukan selama dua tahun terhadap 2.000 warga penganggur antara usia 25-598 tahun yang dipilih secara acak. Mereka yang terpilih akan menerima uang 560 euro atau Rp 7,8 juta setiap bulan dan tak dibebani kewajiban untuk melaporkan penggunaan uang itu. Namun demikian, tunjangan bagi para penganggur ini masih sangat jauh di bawah rata-rata pendapatan warga yang bekerja di sektor swasta, yaitu 3.500 euro atau sekitar Rp 49 juta per bulan.

Program ini adalah inisiasi dari pemerintahan Perdana Menteri, Juha Sipila untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Mungkin timbul pertanyaan dalam benak masyarakat dunia, apakah Finlandia termasuk negara miskin, padahal pendidikan di Finlandia terkenal sangat baik dan murah. Angka kemiskinan di Finlandia memang mengalami kenaikan selama 20 tahun terakhir. Kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin semakin membesar, jumlah pengangguran pun semakin meningkat. Pada November 2016, jumlah pengangguran tercatat sebesar 213.000 orang atau 8.1% dari keseluruhan penduduk. Kondisi ini bisa dikatakan stagnan dan sama dengan tahun sebelumnya. Kegagalan memperbaiki atau menurunkan jumlah pengangguran inilah yang jadi pendorong terobosan ekstrem untuk menggaji mereka yang tak punya mata pencaharian.

Perwakilan KELA, badan pemerintah yang mengurus tunjangan sosial, Olli Kangas, mengatakan, tujuan dari eksperimen ini selain untuk menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan lapangan kerja adalah untuk menghilangkan "masalah insentif" di kalangan para penganggur.

Para pengangguran di Finlandia sering kali menolak pekerjaan dengan upah rendah atau dengan masa kerja singkat karena mereka khawatir keuntungan finansial mereka menurun drastis di bawah sistem jaminan sosial Finlandia yang besar dan rumit. Maka dari itu, pemberian tunjangan bagi para penganggur ini bertujuan pula untuk mendorong para penganggur ini agar mau bekerja apa pun tanpa khawatir kehilangan tunjangan sosial dari pemerintah.

Kebijakan ini sekaligus menjadi eksperimen terkait perilaku warga, khususnya yang tak memiliki pekerjaan. "Apakah skema ini akan mendorong mereka mencoba berbagai pekerjaan atau seperti yang disampaikan sejumlah kritikus, skema ini akan membuat mereka lebih malas karena bisa memenuhi kebutuhan dasar tanpa harus bekerja," ujar Olli.

Berbeda dengan Finlandia, Indonesia tidak mungkin menerapkan kebijakan untuk memberikan tunjangan kepada para penganggur. Di samping karena keterbatasan dana dan keterlibatan hutang yang besar, pemikiran masyarakat Indonesia, terutama para penganggur masih belum terbuka dan dewasa.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah pengangguran yang cukup tinggi. Indonesia merupakan negara ke-3 di Asia Tenggara dengan tingkat pengangguran tertinggi. Memang secara persentase, tingkat pengangguran terbuka (TPT) turun 0,11 persen. Di mana pada Agustus 2016 sebesar 5,61 persen, dan pada Agustus 2017 menjadi 5,50 persen. Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia bertambah 10.000 dalam satu tahun terakhir. Total pengangguran Indonesia mencapai 7,04 juta orang per Agustus 2017, di mana angka ini masih terbilang sangat tinggi.

Tidak seperti Finlandia, Indonesia memiliki caranya sendiri untuk memperbaiki masalah pengangguran. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah tengah mengkaji dampak digitalisasi terhadap penciptaan lapangan kerja dan mengantisipasi pengangguran di masa depan. Hipotesis yang dihasilkan adalah dugaan adanya ketidaksesuaian (mismatch) antara pendidikan, terutama pendidikan vokasi, dan kebutuhan pasar.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik menyatakan jumlah pengangguran lulusan SMK mencapai 11,41 persen dari total 7,04 juta pengangguran per Agustus 2017, di mana angka tersebut merupakan angka tertinggi jika dibandingkan dengan lulusan pendidikan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun