Beberapa anak mengalami gangguan komunikasi di PAUD / Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak karena gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, penyakit genetik atau kromosom, autisme, dan keterlambatan fungsional. Kesulitan komunikasi sering terjadi bersamaan dengan faktor pembatas lainnya, terutama gangguan pendengaran, cerebral palsy, dan kesulitan belajar tingkat rendah hingga tinggi (Kuder 2012; Loncke 2011). Oleh karena itu, kebanyakan anak-anak dengan hambatan bahasa dan bahasa yang lebih parah diajar di sekolah khusus atau kelas khusus di sekolah besar. Namun, tingkat kesulitan ringan hingga sedang biasa terjadi di kelas utama.
Bagaimana mengidentifikasi anak-anak dengan gangguan komunikasi? Pertama, Â masalah artikulasi atau pengucapan (misalnya, mengganti r untuk w dalam pidato). Kedua, masalah kefasihan (misalnya, terbata-bata atau gagap). Ketiga, gangguan suara (misalnya, suara serak atau bernada tinggi). Keempat, tertunda pidato atau bahasa (misalnya, pada anak-anak dengan kesulitan belajar yang parah). Terakhir, bahasa reseptif atau ekspresif yang tidak teratur (misalnya, pada anak-anak dispraxic dan autis).
Dan, bagaimana cara membimbing anak yang kesulitan komunikasi? Pertama, dengarkan baik-baik suara anak Anda untuk menentukan hambatan bicara atau bahasa mereka. Kedua, jadilah contoh ucapan dan bahasa yang tepat. Ketiga, duduklah bersama orang lain yang memiliki panutan yang baik. Keempat, gunakan ritme dan latihan untuk mendorong pengucapan yang jelas. Kelima, gunakan permainan peran, debat, boneka, dan metode lain untuk mengembangkan keterampilan lisan. Terakhir, gunakan alat bantu audiovisual seperti perekam  video / audio atau master bahasa.