Mohon tunggu...
Salsabila
Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Covid-19 terhadap Pendidikan

30 Juli 2021   22:12 Diperbarui: 30 Juli 2021   22:33 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Awal mula covid 19 masuk ke Indonesia, ada 2 warga negara indonesia yang sempat kontak fisik dengan orang Jepang yang positif terkena covid. Orang Jepang tersebut baru terdeteksi covid 19 di negara Malaysia setelah meninggalkan Indonesia. 8 April 2020 Pemerintah Kabupaten Bantul Dinas Kesehatan mengatakan bahwa Corona virus adalah virus yang menyebabkan penyakit dengan bergejala ringan hingga berat. Ada beberapa jenis virus corona yang menyebabkan gejala berat seperti, Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Berdasarkan bukti ilmiah, Covid 19 ini bisa menular dari manusia ke manusia lain melalui percikan batuk atau bersin. Jadi jika ada orang yang terinfeksi virus covid 19 kemudian batuk atau bersin sehingga percikan tersebut jatuh ke benda disekitarnya dan ada orang lain yang menyentuh benda tersebut lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut maka orang tersebut dapat atau bisa terinfeksi covid 19. Orang yang sangat beresiko terkena virus covid 19 ini adalah orang yang berkontak erat dengan pasien covid 19 dan orang yang merawat pasien covid 19. Jadi kita harus menerapkan dan mencegah penyebaran virus tersebut dengan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk dan bersin, menjaga jarak kurang lebih satu meter dan sebagainya.

seiring berjalannya waktu, Indonesia banyak yang terkena virus tersebut sehingga banyak orang yang di PHK dari tempat kerjanya, ibadah di masjid ditiadakan atau di beri jarak saat shalat, dan sekolah pun tidak bisa bertatap muka sehingga anak pun sekolah daring/online di rumah. UNESCO menyebutkan pandemi covid 19 ini mengancam 557.305.660 pelajar dari pendidikan pra-sekolah dasar hingga menengah atas dan 86.034.287 pelajar dari pendidikan tinggi di seluruh dunia. Seperti kebijakan yang kita ambil dari berbagai macam negara yang terdampak penyakit covid 19, Indonesia meliburkan seluruh aktivitas Pendidikan. Hal ini membuat pemerintah dan Lembaga yang terkait, membuat proses pembelajaran jarak jauh atau belajar online di rumah dengan pendampingan orang tua.

Sehingga banyak siswa dan mahasiswa mengalami banyak kesulitan seperti, tidak bisa menggunakan handphone atau laptop, kendala internet, dan kurang memahami materi. Oleh sebab itu pengajar harus melakukan banyak cara agar muridnya bisa menguasai materi. Maka kita harus mangapresiasi kerja para guru atau dosen yang sudah bekerja keras karena metode pembelajaran online itu tidak mudah apalagi perubahan tersebut terjadi secara tiba-tiba. Dan juga mengapresiasi siswa dan mahasiswa karena harus belajar online dengan mandiri dan cepat memahami.

Tetapi menurut saya, ada hal positif yang bisa kita ambil dari pembelajaran online ini, seperti yang tidak bisa menggunakan alat teknologi menjadi bisa menggunakannya, lalu yang tidak terbiasa mengajar dan belajar menggunakan teknologi jadi terbiasa, siswa jadi bisa belajar mandiri di rumah dan masih banyak lagi. Orang tua pun jadi bisa memantau anaknya 24 jam di rumah saat pembelajaran. Akan tetapi sangat disayangkan banyak anak yang berhenti sekolah karena orang tua nya tidak dapat membiayai sekolah saat pandemi seperti ini. Apalagi sekolah online ini memerlukan kuota yang sangat banyak jadi sangat terpaksa anak tersebut harus putus sekolah.

Hasil dari survei United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) mencatat, bahwa ada sebanyak 1% atau 938 anak usia 7 hingga 18 tahun putus sekolah karena terdampak pandemi virus corona Covid-19. Dari jumlah tersebut, 74% anak putus sekolah karena tidak ada biaya. Sebanyak 12% anak putus sekolah karena tidak ada keinginan. Kemudian, 3% anak putus sekolah karena pengaruh lingkungan. Anak yang putus sekolah karena merasa cukup dengan pendidikan saat ini dan akibat bekerja masing-masing sebesar 2%. Sementara, 8% anak putus sekolah karena alasan lainnya.

Dari data tersebut kita bisa lihat bahwa banyak anak putus sekolah karena tidak ada biaya. Meskipun ada bantuan pun tidak akan terus menerus dikasih. Maka dari itu anak tersebut memutuskan untuk tidak sekolah. Kita yang orang tuanya masih bisa membiayai untuk sekolah bersyukurlah dan belajar dengan giat karena diluar sana banyak anak yang ingin sekolah tetapi terhalang oleh biaya pendidikan.

Covid 19 ini memberikan dampak yang sangat banyak terutama dalam bidang Pendidikan. Jadi kita masyarakat Indonesia harus patuh dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah agar Indonesia cepat pulih dan bisa menjalankan hidup seperti biasa. Orang tua yang kemarin di PHK agar dapat bekerja kembali untuk membiayai anaknya sekolah. Dan anak yang sekolah atau berkuliah bisa bertatap muka kembali dan belajar dengan efektif.  

Referensi :

Pemerintah Kabupaten Bantul Dinas Kesehatan, 2020. Mengenal covid 19, (https://dinkes.bantulkab.go.id/berita/800-mengenal-covid-19, diakses 27 Juli 2021)

Setyo Pujiastuti, S.Sos., M.Si, 2020. Dampak covid 19 terhadap Pendidikan anak, (https://surveymeter.org/id/node/568, diakses 27 Juli 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun