Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Filosofi Batik, Warisan Budaya dan Simbol Kebanggaan Indonesia

2 Oktober 2025   04:00 Diperbarui: 1 Oktober 2025   09:21 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: jabar.tribunnews.com

REFLEKSI FILOSOFI BATIK, WARISAN BUDAYA DAN SIMBOL KEBANGGAAN INDONESIA

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Bangsa Indonesia pada setiap tanggal 2 Oktober memperingati Hari Batik Nasional. Momen peringatan ini sebagai bentuk penghormatan terhadap salah satu warisan budaya tak benda yang telah diakui dunia. Sejak UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia asal Indonesia pada 2 Oktober 2009, batik semakin menjadi simbol jati diri dan kebanggaan nasional.

Tema peringatan Hari Batik Nasional 2025 yang diusung adalah "Batik Merawit", yang mencerminkan keindahan, kerumitan, dan ketelitian dalam setiap helai karya batik. Tema ini bertujuan untuk memperkuat identitas nasional dan mendorong generasi muda agar semakin bangga menggunakan dan menjaga batik sebagai warisan dunia.

Input gambar: media.gentyimages.com
Input gambar: media.gentyimages.com
Memahami Batik bukan sekadar kain bercorak indah, melainkan sebuah mahakarya yang merefleksikan perjalanan sejarah, nilai filosofi, dan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Dari goresan lilin hingga tarikan canting, setiap motif batik menyimpan makna simbolik yang mendalam, mulai dari doa, harapan, hingga pandangan hidup masyarakat Nusantara.

Kehadirannya melampaui fungsi praktis sebagai pakaian, menjelma menjadi identitas yang mengikat persatuan dalam keberagaman. Oleh karena itu, merayakan Hari Batik Nasional tidak hanya dimaknai sebagai rutinitas seremonial, tetapi juga sebagai ajakan reflektif untuk menyadari bahwa batik adalah warisan yang harus terus dijaga, diwariskan, dan dihidupi oleh setiap generasi.

Gambaran motif-motif batik Indonesia tidak hanya menghadirkan keindahan visual, tetapi juga menyimpan filosofi yang mendalam. Seperti beberapa contoh motif batik diantaranya: Motif Parang, melambangkan semangat pantang menyerah dan keberanian; Motif Kawung menggambarkan kesucian, keseimbangan, serta pengendalian diri; sementara Motif Mega mendung mengajarkan keteduhan dan kesabaran dalam menghadapi kehidupan. Setiap pola motif batik yang ada bukan sekadar hiasan, melainkan pesan moral yang diwariskan dari leluhur kepada generasi berikutnya.

Input gambar: detik.com
Input gambar: detik.com
Dalam proses pembuatannya yang penuh ketelitian, batik juga menjadi pengingat akan nilai kesabaran, keuletan, dan harmoni, sebagaimana seorang pembatik menuangkan doa serta filosofi hidup dalam setiap goresan canting. Dengan demikian, batik merefleksikan pandangan hidup masyarakat Nusantara yang sarat makna: bahwa kehidupan adalah rangkaian keselarasan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Dalam perkembangannya, Batik telah melampaui fungsinya sebagai busana tradisional dan menjelma menjadi simbol kebanggaan bangsa Indonesia yang diakui dunia. Dalam berbagai peristiwa nasional maupun internasional, batik senantiasa hadir sebagai representasi identitas dan martabat bangsa. Dari upacara kenegaraan, forum diplomasi internasional, hingga pertunjukan budaya, batik menjadi bahasa universal yang memperkenalkan Indonesia di mata dunia.

Kebanggaan itu semakin terasa ketika masyarakat Indonesia, baik tua maupun muda, mengenakan batik di hari-hari khusus seperti Hari Batik Nasional, peringatan kenegaraan, perayaan keagamaan, bahkan dalam momen keluarga seperti pernikahan atau syukuran. Setiap helai batik tidak hanya menjadi pakaian, tetapi juga penegasan jati diri dan rasa cinta tanah air.

Input gambar: kartonjogja.id
Input gambar: kartonjogja.id
Di era modern, peran generasi muda sangat menentukan dalam menjaga relevansi batik. Mereka tidak hanya dituntut untuk melestarikan motif tradisional, tetapi juga menghadirkan inovasi dalam desain, gaya, dan penggunaan batik agar tetap sesuai dengan selera zaman. Dengan cara itu, batik tetap hidup, berakar pada nilai-nilai luhur, sekaligus mampu berkembang sebagai simbol kebanggaan Indonesia di tengah arus globalisasi yang kian pesatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun