Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyalakan Api Persatuan Bangsa dalam Cahaya Kesaktian Pancasila

1 Oktober 2025   04:00 Diperbarui: 30 September 2025   21:18 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: lintastungkal.com

MENYALAKAN API PERSATUAN BANGSA DALAM CAHAYA KESAKTIAN PANCASILA

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Input gambar: diskominfotik.lampungprov.go.id
Input gambar: diskominfotik.lampungprov.go.id
Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila sebagai momen bersejarah yang sarat makna. Peringatan ini tidak hanya sebatas seremonial untuk mengenang peristiwa kelam pemberontakan G30S/PKI, melainkan juga sebagai refleksi mendalam akan keteguhan Pancasila sebagai dasar negara yang mampu menjaga keutuhan bangsa di tengah berbagai ancaman.

Dalam konteks kekinian, Hari Kesaktian Pancasila menjadi pengingat bersama bahwa nilai-nilai Pancasila tetap relevan dan perlu dihidupi, terutama ketika bangsa menghadapi tantangan disintegrasi, polarisasi sosial, dan menguatnya intoleransi. Melalui peringatan ini, kita diajak untuk tidak melupakan sejarah sekaligus meneguhkan kembali tekad dalam menjaga persatuan bangsa.

Dalam terang itulah, perlu dimaknai bahwa Pancasila bukan sekadar teks dalam Pembukaan UUD 1945 atau semboyan yang dihafalkan dalam upacara, melainkan fondasi yang menyatukan berbagai perbedaan suku, agama, budaya, dan bahasa dalam satu bingkai kebangsaan. Api persatuan bangsa yang diwariskan oleh para pendiri republik harus terus dijaga agar tidak meredup diterpa arus zaman. .

Input gambar: lintastungkal.com
Input gambar: lintastungkal.com
Pancasila sebagai dasar negara yang sejak awal kelahirannya dirancang untuk menyatukan keberagaman bangsa Indonesia. Di tengah bentangan ribuan pulau, ratusan etnis, dan berbagai agama, nilai-nilai Pancasila hadir sebagai perekat yang menjaga keseimbangan antara perbedaan dan persatuan. Ia bukan sekadar dokumen historis, melainkan sebuah pandangan hidup yang menuntun bangsa agar tidak terjebak dalam jurang perpecahan. Dalam situasi krisis kebangsaan, Pancasila berfungsi sebagai kompas moral yang mengarahkan setiap anak bangsa untuk mengedepankan dialog, toleransi, dan gotong royong demi menjaga keutuhan Indonesia.

Menyadari bahwa api persatuan bangsa di era kekinian menghadapi tantangan yang berbeda dengan masa lalu. Jika dahulu bangsa diuji oleh ancaman fisik berupa penjajahan atau pemberontakan, kini persatuan lebih sering diuji oleh polarisasi politik, derasnya arus hoaks, dan maraknya ujaran kebencian yang menyebar cepat melalui media digital. Ruang publik yang seharusnya menjadi wadah pertukaran gagasan justru sering dipenuhi pertentangan yang memecah belah.

Dalam konteks inilah, peran generasi muda sangat penting untuk merawat persatuan melalui semangat gotong royong dan toleransi, baik dalam lingkungan nyata maupun dunia maya. Mereka adalah generasi yang akrab dengan teknologi sekaligus memiliki energi besar untuk menjadi agen persatuan bangsa. Menyalakan kembali semangat kebangsaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari pendidikan karakter yang menanamkan nilai-nilai Pancasila, penguatan budaya yang menjunjung tinggi kearifan lokal, hingga pemanfaatan media sosial sebagai ruang kreatif untuk menyebarkan pesan positif dan inspiratif.

Menjaga cahaya Kesaktian Pancasila bukanlah sekadar rutinitas peringatan setiap 1 Oktober, melainkan sebuah praktik nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesaktian Pancasila akan terasa hidup apabila diterjemahkan dalam tindakan sehari-hari yang menyalakan api persatuan bangsa, baik oleh negara, masyarakat, maupun setiap individu. Negara dituntut menghadirkan kebijakan yang adil dan berpihak pada kesejahteraan rakyat, masyarakat perlu membangun ruang sosial yang inklusif dan penuh toleransi, sementara individu bertanggung jawab menghidupi nilai-nilai Pancasila dalam sikap dan perilaku.

Input gambar: kompasiana.com
Input gambar: kompasiana.com
Persatuan bangsa adalah fondasi kokoh untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, sehingga ada beberapa hal penting yang harus dicermati: pertama, memastikan keadilan sosial agar tidak ada kelompok yang merasa termarginalkan; kedua, menguatkan pendidikan Pancasila agar generasi muda tumbuh dengan jiwa kebangsaan yang kokoh; ketiga, menjaga ruang digital dari hoaks, ujaran kebencian, dan konten yang memecah belah; dan keempat, menghidupkan kembali semangat gotong royong sebagai warisan budaya bangsa. Dengan cara demikian, cahaya Kesaktian Pancasila tidak hanya menjadi simbol masa lalu, melainkan menjadi energi abadi yang membimbing perjalanan bangsa menuju masa depan.

Sebagaimana Tema Hari Kesaktian Pancasila 2025: Pancasila Perekat Bangsa Menuju Indonesia Raya. Tema ini dipilih untuk menegaskan cita-cita bersama dalam merayakan Hari Kesaktian Pancasila, yakni menjaga persatuan bangsa dengan menjadikan Pancasila sebagai fondasi yang kokoh. Momentum ini sekaligus mengingatkan kita bahwa api persatuan bangsa hanya akan tetap menyala bila kita sungguh-sungguh menghidupi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun dalam ruang publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun