Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berjudi: Memanipulasi Kecurangan, Kebohongan, demi Ilusi Keberuntungan

24 September 2025   04:00 Diperbarui: 24 September 2025   05:20 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BERJUDI: MEMANIPULASI KECURANGAN, KEBOHONGAN, DEMI ILUSI KEBERUNTUNGAN

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Input gambar: bimbinganislam.com
Input gambar: bimbinganislam.com
Perjudian adalah salah satu aktivitas dalam sejarah manusia yang selalu hadir dengan wajah menggiurkan, menawarkan harapan besar hanya dengan modal keberuntungan. Tidak jarang kita mendengar berbagai persoalan sosial yang timbul akibat perjudian: rumah tangga berantakan, ekonomi runtuh, bahkan tindak kriminal lahir dari jeratan meja judi. Orang berjudi ingin mendapatkan keuntungan hanya dengan peruntungan saja, tanpa kerja keras, tanpa usaha nyata. Namun di balik wajah hiburan yang ditawarkan, perjudian sejatinya adalah sebuah arena yang sarat dengan manipulasi, kecurangan, dan kebohongan. Judi bukan sekadar permainan, melainkan jebakan psikologis yang menjanjikan sesuatu yang semu, sementara realitasnya lebih banyak menjerumuskan daripada menyelamatkan.

Dalam konteks inilah, kita melihat sisi kelam dunia perjudian, khususnya bagaimana praktiknya bertumpu pada kecurangan, kebohongan, dan ilusi keberuntungan. Sebab, perjudian kerap diselimuti narasi glamor, pemain yang mendadak kaya, cerita kemenangan besar, hingga testimoni keberhasilan yang menggiurkan. Padahal, di balik semua itu, ada sistem yang bekerja rapi untuk menguras harapan dan sumber daya pemain. Tidak berlebihan jika judi disebut sebagai cermin kebohongan modern, di mana kebenaran dikaburkan, kecurangan dilegalkan, dan keberuntungan hanya menjadi fatamorgana yang dikejar tanpa henti.

Input gambar: bimbinganislam.com
Input gambar: bimbinganislam.com
Melihat data dari judi online saja yang dikutip dari Tempo.co pada 24 April 2025, gambaran yang tersaji sungguh mencengangkan. Tercatat sekitar 8,8 juta warga Indonesia terlibat sebagai pemain judi online, sebuah angka yang mengisyaratkan betapa luasnya jeratan praktik ini. Lebih memprihatinkan lagi, mayoritas pemain berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah yang justru paling rentan secara finansial.

Ironisnya, data tersebut juga mengungkap adanya 97 ribu anggota TNI-Polri, 1,9 juta pekerja swasta, bahkan 80 ribu anak-anak berusia di bawah 10 tahun yang ikut terlibat. Fakta ini menunjukkan bahwa perjudian online tidak hanya menjadi masalah hiburan semu, tetapi juga ancaman serius bagi moral, stabilitas sosial, serta masa depan bangsa.

Dari permasalahan ini perlu kita pahami bahwa judi sejatinya adalah arena kecurangan yang tersusun rapi, di mana sistemnya hampir selalu menguntungkan bandar dibandingkan pemain. Setiap permainan telah dirancang dengan peluang yang tidak pernah benar-benar adil, menjadikan kemenangan pemain hanyalah pengecualian yang digunakan untuk mempertahankan harapan semu. Kecurangan ini tidak hanya berbentuk pengaturan peluang matematis, tetapi juga manipulasi psikologis yang membuat pemain percaya bahwa mereka bisa menaklukkan permainan. Lebih jauh, kelemahan manusia akan keinginan cepat kaya tanpa kerja keras dieksploitasi habis-habisan oleh dunia perjudian.

Salah satu sisi paling berbahaya dari perjudian adalah kebohongan yang secara halus namun konsisten menjerat para pemainnya. Narasi yang selalu dibangun adalah bahwa kesempatan menang selalu terbuka, seolah setiap orang memiliki peluang yang sama untuk meraih kemenangan besar. Padahal, kenyataannya peluang itu hampir mustahil tercapai karena sistem telah disusun sedemikian rupa untuk lebih banyak menguntungkan bandar. Ironisnya, kebohongan tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam diri pemain itu sendiri. Banyak yang meyakinkan dirinya bahwa keberuntungan suatu saat akan berpihak, bahwa kekalahan hanyalah langkah menuju kemenangan besar berikutnya.

Inilah bentuk penipuan personal yang membuat pemain terus terjebak dalam lingkaran judi tanpa akhir. Dari sinilah lahir kecanduan yang merusak, menguras habis sumber daya finansial, memicu keretakan bahkan kehancuran keluarga, serta menggerogoti moral seseorang. Pada akhirnya, perjudian bukan lagi sekadar permainan, melainkan jebakan kebohongan berlapis yang melumpuhkan akal sehat dan menghancurkan kehidupan secara perlahan.

Input gambar: shopee.co.id
Input gambar: shopee.co.id
Di balik semua jebakan itu, tersimpan satu senjata utama dunia judi, yakni janji keberuntungan yang sesungguhnya hanyalah bayangan kosong. Ilusi keberuntungan dalam dunia perjudian ibarat fatamorgana di padang pasir yang tampak nyata, memikat, dan menyesatkan. Para pemain sering diperdaya dengan kemenangan kecil di awal, yang sesungguhnya hanyalah umpan agar mereka terus bermain lebih lama dan mempertaruhkan lebih banyak. Rasa euforia singkat dari kemenangan itulah yang membuat pemain percaya bahwa keberuntungan sedang berpihak, padahal pada akhirnya kerugian besar sudah menanti di ujung permainan. Oleh karena itu, penting disadari bahwa keberuntungan sejati tidak pernah datang dari meja judi, melainkan dari kerja keras, kejujuran, dan ketekunan dalam menjalani hidup.

Ada beberapa hal yang patut dicermati agar tidak tergiur dunia perjudian. Pertama, memahami bahwa setiap kemenangan kecil hanyalah strategi untuk menahan pemain tetap terikat. Kedua, menyadari bahwa jalan pintas menuju kekayaan cepat selalu penuh jebakan. Ketiga, menanamkan keyakinan bahwa hasil nyata hanya lahir dari usaha dan integritas. Dengan kesadaran ini, ilusi keberuntungan yang memikat dapat dilihat sebagai jebakan halus yang harus dihindari demi menjaga hidup tetap bermakna dan bermartabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun