Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Titik Nol Selatan Indonesia: Lebih dari Sekadar Koordinat, Jejak Batas di Ujung Negeri

5 Juli 2025   04:42 Diperbarui: 5 Juli 2025   04:42 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TITIK NOL SELATAN INDONESIA: LEBIH DARI SEKADAR KOORDINAT, JEJAK BATAS DI UJUNG NEGERI

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Input gambar: dokpri
Input gambar: dokpri
Pernahkah kita mendengar lagu yang menyebut, "Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote..."? Lirik itu bukan sekadar nyanyian, melainkan penegas bahwa Indonesia membentang luas, hingga ke Titik Nol Selatan di Pulau Rote. Di sanalah jejak batas negeri ini berakhir, membisikkan tanggung jawab untuk terus menjaganya. Berada di ujung selatan Nusantara, di mana angin Samudra Hindia berembus tanpa sekat dan ombak berdebur menghantam tepian karang seolah mengguncang garis batas, berdirilah titik nol selatan Indonesia. Bagi sebagian orang, ia hanyalah sekumpulan angka koordinat yang terbaca di layar GPS; namun bagi mereka yang menjejakkan kaki di sana, titik ini adalah bukti bahwa negara hadir sampai ke ujung terjauh.

Input gambar: dokpri
Input gambar: dokpri
Lokasi titik nol selatan Indonesia berada di desa Dodaek, Kecamatan Rote Selatan, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di atas bebatuan berkarang sunyi pada Tanjung Pole yang jauh dari pemukiman penduduk, berdiri tugu batas yang setia membisikkan pesan kesetiaan pada tanah air. Ia bukan sekadar batu penanda, tetapi simbol kedaulatan, pengingat bahwa Indonesia membentang jauh melewati kota-kota ramai, menembus samudra, dan berakhir di atas bebatuan berkarang, di bawah matahari tropis yang membakar laut biru.

Input gambar: dokpri, penulis bersama keluarga di tempat spot foto menuju lokasi titik Nol
Input gambar: dokpri, penulis bersama keluarga di tempat spot foto menuju lokasi titik Nol
Penulis sendiri sudah tiga kali menjejakkan kaki di lokasi Titik Nol Selatan Indonesia. Pertama kali datang saat mengikuti diklat dasar kepramukaan, lalu kali kedua berwisata bersama beberapa rekan guru, dan yang ketiga bersama keluarga tercinta. Setiap kunjungan selalu membawa cerita berbeda. Dulu, jalan menuju ke sana masih alami, penuh bebatuan dan debu, sementara kini sebagian sudah beraspal rapi dengan bangunan penahan bahu jalan. Tapak kaki tokoh penting pun turut memperkaya catatan sejarahnya; bekas tapak kaki Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, DR.(HC) Drs. A. Halim Iskandar, M.Pd, pada 14--15 Januari 2023, jelas terbaca di prasasti di koordinat Titik Nol Selatan. Selain itu, ada beberapa jejak kaki lain yang penulis sendiri belum tahu pasti milik siapa.

Input gambar: dokpri
Input gambar: dokpri
Input gambar: dokpri
Input gambar: dokpri
Pada kesempatan ketiga kalinya, tepat di hari Sabtu, 14 Juni 2025 saat penulis menyempatkan waktu bersama keluarga mengunjungi kembali Titik Nol Selatan yang kini telah menjadi salah satu destinasi wisata kebanggaan Rote, begitu menikmati perjalanannya. Perjalanan menuju ke sana menyuguhkan cerita tersendiri karena beberapa akses jalan ada yang sudah terkelupas aspalnya, bahkan sebagiannya masih berupa jalan tanah berbatu yang menuntut kehati-hatian ekstra. Menuruni lembah di jalur tertentu pun butuh adrenalin tinggi, apalagi saat cuaca panas membuat jalur semakin kering dan berdebu. Meski begitu, beberapa kilometer jarak menjelang lokasi utama sudah didandani dengan jalanan aspal, lengkap dengan pemandangan lautan membiru yang memanjakan mata. Rasanya rugi jika melewati jalur ini tanpa berhenti sejenak untuk mengabadikan panorama indah di pinggir jalan, sebuah bonus perjalanan yang membayar lelah dengan keindahan alam di ujung selatan negeri.

Input gambar: dokpri
Input gambar: dokpri
Lebih dari sekadar penanda koordinat di peta, Titik Nol Selatan Indonesia menyimpan makna yang dalam bagi siapa saja yang mau merenunginya. Ia menjadi simbol kehadiran negara sampai ke pelosok terjauh, sekaligus saksi bisu betapa menjaga batas bukanlah perkara mudah. Pada titik koordinatnya, berdiri sebuah tiang dengan bendera Merah Putih yang berkibar kuat diterpa angin selatan yang kencang. Pemandangan ini menggambarkan betapa kokohnya tekad dan keberanian bangsa untuk menjaga batas negeri, meski dihempas gelombang dan angin samudra tanpa henti, memastikan bendera Merah Putih tetap berkibar di tepi samudra. Bagi masyarakat Rote, titik ini menjadi kebanggaan sekaligus pengingat bahwa jati diri Rote melekat erat pada keutuhan Nusantara. Keberadaan prasasti, tugu, dan tapak kaki para tokoh penting menegaskan bahwa tempat ini bukan hanya tujuan wisata, tetapi juga ruang refleksi untuk merasakan denyut kedaulatan Indonesia dari pinggiran negeri.

Input gambar: dopri titik koordinatnya
Input gambar: dopri titik koordinatnya
Jejak batas di Titik Nol Selatan bukan hanya soal tugu, prasasti, atau tapak kaki yang tertinggal, tetapi juga soal harapan akan masa depan daerah terluar yang lebih diperhatikan. Pembangunan akses jalan yang perlahan membaik menunjukkan upaya negara merawat ujung negeri agar tak sekadar jadi simbol, melainkan juga membuka peluang wisata dan ekonomi bagi warga sekitar. Setiap orang yang datang, entah wisatawan lokal atau asing, pelajar, atau pejabat, meninggalkan jejak cerita baru yang memperkaya makna Titik Nol Selatan.

Input gambar: dopri, pemandangan karang di sekitar lokasi 
Input gambar: dopri, pemandangan karang di sekitar lokasi 
Menjadi ruang refleksi bahwa di Titik Nol Selatan inilah seolah negeri ini bermula dan berakhir, sepotong batas sunyi yang menegaskan betapa luasnya Indonesia membentang hingga ke sudut terjauh samudra. Di sana, bendera berkibar gagah di bawah hembusan angin laut yang tak pernah lelah bertiup. Harapannya, kawasan Titik Nol Selatan terus berbenah dengan penataan fasilitas dan infrastruktur wisata yang mendukung, sehingga setiap orang yang datang bukan hanya pulang membawa foto kenangan, tetapi juga rasa bangga akan tanah air yang terus dijaga. Ke depan, biarlah tempat ini hidup sebagai ruang edukasi kebangsaan, tempat generasi muda belajar mencintai Indonesia dari titik terjauh yang tak pernah lelah menantang angin.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun