Mohon tunggu...
Salma  Ayunda
Salma Ayunda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tidak ada keterlambatan dalam berproses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Sorong Salah Ucap Menjadi "Surung"

1 Mei 2021   11:40 Diperbarui: 1 Mei 2021   11:45 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Heyho readers, bagaimana kabarnya? Semoga senantiasa sehat jasmani maupun rohani ya. Aaamiin. Readers, kita sharing-sharing ilmu pengetahuan lagi ya melalui karya tulis ilmiah seperti biasanya. Pada tulisan kali ini kita akan membahas seputar perkembangan bahasa anak usia dini. Selama ini, mungkin masih banyak orang tua yang tidak memperhatikan perkembangan bahasa anak di usia dininya. Artinya, mereka memiliki konsep "Halah, dengan berjalannya waktu nanti lak berkembang dengan sendirinya". Apalagi jika sudah kepada anak yang kedua atau ketiga, kebanyakan orang tua akan menjadikan perkembangan anak sebelumnya sebagai patokan perkembangan anak selanjutnya. Padahal sudah jelas kalau perkembangan setiap anak berbeda. Mungkin untuk orang tua yang awam atau yang memiliki konsep seperti penjelasan tadi, akan tersadar bahwa perkembangan anak sangat penting untuk dipantau dan di stimulasi secara kontinue salah satunya perkembangan bahasa, jika mereka sudah menemukan gangguan yang sebelumnya belum pernah dialami oleh anak pertamanya atau anak-anak pada umumnya. Padahal sudah jelas bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, sebagai orang tua sangat wajib untuk memperhatikan perkembangan anaknya sedini mungkin bahkan ketika masih dalam kandungan. Hal tersebut juga bisa menjadi upaya untuk mencegah terjadinya hambatan ataupun gangguan pada perkembangan anak. Salah satunya yang akan kita bahas kali ini adalah perkembangan bahasa anak, setelah kemarin kita membahas tentang perkembangan kognitif anak.

Lalu, bagaimana mengembangkan perkembangan bahasa pada anak sejak usia dini?

Readers, perlu kita ketahui bahwa sebelum kita melakukan segala sesuatu kita tentunya belajar tentang dasar-dasarnya terlebih dahulu apalagi yang berkenaan dengan pendidikan. Nah, pada perkembangan bahasa anak tentunya kita akan mendalami terlebih dahulu tentang teori perkembangan bahasa anak usia dini yang akan kita praktekkan kepada anak-anak. Berbicara mengenai bahasa, apa sih yang dimaksud dengan bahasa? Hayo...Penulis yakin readers disini pasti sudah sangat tahu apa itu bahasa. Tapi, penulis juga akan berpendapat sesuai dengan yang sudah penulis pahami dari membaca dan belajar tentang apa sih bahasa itu? Boleh kan:)

Panjangnya, bahasa merupakan satu sistem kognitif manusia yang diatur oleh rumus-rumus unik dan dapat dimanipulasi oleh manusia untuk menghasilkan sejumlah kalimat bahasa linguistik yang jumlahnya tidak terbatas, akan tetapi terbatas pada unsur-unsurnya yang kemudian digunakan oleh manusia sebagai alat berkomunikasi dan mengakumulasi ilmu pengetahuan. Secara singkat, bahasa merupakan alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi. Dari penjelasan diatas, sudah terlihat jelas kan bahwa bahasa sangat penting karena bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Bayangkan, bagaimana jika kita tidak mampu berbahasa? Kita juga akan kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dengan begitu, kita akan memahami betapa pentingnya bahasa untuk di stimulasi dan di kembangkan sejak usia dini bahkan sejak di kandungan. Walaupun untuk bisa mencapai kemampuan berbahasa yang baik, membutuhkan proses yang panjang dan perjuangan yang besar. Bukankah memang itu terjadi dalam setiap yang ingin kita capai di kehidupan? Proses, perjuangan dan pengorbanan. Masih tetap semangat kan, readers? Harus dong:)

Proses pemerolehan bahasa pada anak usia dini dipengaruhi oleh tiga aspek atau tahapan. Apa saja itu? 

1. Tata Bahasa (Pembentukan Frasa), sejak baru lahir anak sudah mampu memahami bahasa. Bahasa yang pertama kali di pahami oleh anak yaitu bahasa ibu (BI). Melalui bahasa ibu tersebut anak akan mampu mengenal bahasa di lingkungan sosialnya dan mengenal identitas sosialnya. Pertama kali anak mampu berbahasa ini anak belum mengerti tata bahasa. Namun, orang yang mengasuh dan yang dekat dengan anaklah yang mampu memahami bahasa anak. Barulah sejak usia sekitar 10-16 bulan, anak sudah mampu mengungkapkan bahasa dengan jelas. Biasanya anak sudah mampu memanggil nama ibunya, ayahnya dan keluarga terdekatnya. Hal tersebut berlanjut hingga anak masuk pada pendidikan anak usia dini yaitu usia 3-7 tahun. Dimana pada usia tersebut anak sudah mampu bertata bahasa dengan baik. Anak sudah banyak mengenal frasa karena anak sudah menjalani interaksi sosial dengan lingkungan yang luas sehingga anak memperoleh banyak kosa kata baru dari lingkungannya tersebut. Selain itu, perkembangan kognitif anak juga sudah berkembang pada tahapan pra-operasional dimana anak sudah mampu mengutarakan keinginannya dan sudah mampu menceritakan pengalamannya secara sederhana. Jadi, pembentukan frasa pada anak pertama kali diperoleh dari ibunya atau bahasa ibu (BI). Kemudian, berkembang dengan adanya interaksi dengan lingkungan sosialnya. Dari pengaruh-pengaruh tersebut, kemudian anak mampu membentuk frasa meskipun belum mengerti tata bahasa yang baik dan benar.

2. Makna (Penggunaan kata-kata dan morfem), Seiring dengan anak sudah mampu bertata bahasa. Anak juga sudah mengerti makna dari kata ataupun frasa yang diungkapkan. Misalnya, ketika anak mengungkapkan suatu keinginanya kepada orang tua dan orang tua memahaminya. hal tersebut membuktikan bahwa anak sudah mampu menyusun kata menjadi sebuah kalimat atau frasa sesuai dengan maknanya. Selain itu, anak juga sudah memahami morfem secara umum. Seperti ketika anak menginginkan mainan, ungkapannya "Ibu, aku ingin membeli mainan itu?" Nah disitu anak sudah menggunakan morfem -me yang digabung dengan kata beli. 

3. Bunyi (Memproduksi Fonem), Sering kali orang dewasa menertawakan anak ketika mereka salah dalam melafalkan kata, padahal tidak jarang juga orang dewasa pun masih sering salah dalam melafalkan kata. Harusnya hal tersebut wajar terjadi ketika anak keliru dalam melafalkan sebuah kata karena mereka masih belum banyak mengetahui dan memahami kata tersebut walaupun maksudnya sebenarnya sama. Misalnya anak melafalkan kata sorong namun anak salah melafalkan sehingga menjadi kata surung. Sehingga bisa menjadikan salah makna dan salah paham. Apa langkah yang tepat ketika hal tersebut terjadi? Ya kita memberi pemahaman dan pengetahuan kepada anak cara melafalkan kata yang benar. Bukannya malah dijadikan sebagai bahan lelucon:).

Itulah tadi, sedikit pembahasan tentang perkembangan bahasa pada anak. Jangan malas-malas untuk selalu melatih dan memberikan stimulus untuk perkembangan anak, termasuk perkembangan kognitif dan bahasanya. Ketika anak berbicara sendiri atau berbicara dengan mainannya, biarkan! Karena mereka sedang mengembangkan kemampuan berbahasa dan berbicaranya. Namun, sebaiknya juga tetap di awasi sehingga ketika anak salah dalam membunyikan bahasa, orang tua atau pengasuh anak bisa membenarkannya. 

Setiap aspek perkembangan anak saling berhubungan, sehingga semua harus mendapatkan bimbingan dan stimulus yang sama untuk berkembang sesuai dengan standar tingkat pencapaian perkembangan anak (STPPA). Tetap semangat dalam membimbing dan menemani perkembangan anak, nikmati proses tersebut karena hal tersebut tidak akan bisa terulang kembali. Bagaimana readers? Masih semangat kan? Tenang, kita sudah di penutup tulisan ini. Seperti biasanya, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan penjelasan materi kali ini. Suatu kebahagiaan bagi penulis, jika readers memberikan kritik, saran, koreksi maupun tambahan wawasan ilmu pengetahuan seputar topik kali ini. Caranya? Tulis di kolom komentar. Terima kasih readers, sampai berjumpa kembali di tulisan selanjutnya dengan tema baru yang tentunya menarik dooong. Hehehehe:)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun