Mohon tunggu...
Salma  Ayunda
Salma Ayunda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tidak ada keterlambatan dalam berproses

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melalui Orang Lain, Aku Bisa Menjadi Diriku Sendiri

13 April 2021   17:31 Diperbarui: 13 April 2021   17:52 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Heyho readers, apa kabar? Semoga senantiasa sehat dan bahagia ya:). Setelah sebelumnya kita membahas tentang teori kognitif dari Jean Piaget, sekarang kita beralih pada teori perkembangan kognitif dari Lev Vygotsky. Dalam pembahasan ini, apa saja yang bab-bab yang akan kita bahas? Sebelum kita membahas teori Vygotsky, kita akan mengetahui terlebih dahulu sejarah singkat beliau. Siapakah sih Vygotsky ini?

Lahir pada tahun 1896 di kota Orsha, Rusia. Bayi kecil ini diberikan nama Lev Semyonovich Vygotsky yang sekarang dikenal dengan nama singkatnya Vygotsky atau Lev Vygotsky. Beliau merupakan keturunan dari keluarga kelas menengah dan menganut keyakinan Yahudi. Beliau menyelesaikan pendidikan pertama kalinya di Gymnasium. Setelah pendidikan di Gymnasium selesai, beliau memperoleh beasiswa di Universitas Negeri Moskow pada studi hukum. Namun, beliau bukanlah sosok yang hanya belajar pada satu bidang ilmu tapi beliau merupakan sosok yang kreatif dan haus akan ilmu pengetahuan. Dari kehausannya akan ilmu pengetahuan dan rasa ingin tahunya yang tinggi, beliau mempelajari banyak bisang ilmu seperti psikologi, filsafat, kritik seni, sastra bahkan sampai bidang ilmu kedokteran. Penelitian beliau yang paling banyak tentang psikologi, linguistik dan bahasa. Bruner mengemukakan bahwa Vygotsky bukan hanya ahli dalam bidang psikologi namun juga pada bidang kebudayaan. Menurut Vygotsky, teori pendidikan merupakan teori tentang transmisi kebudayaan dan juga teori tentang perkembangan.

Dalam hidupnya, Vygotsky pernah mengalami tekanan yang cukup besar. Tekanan itu berupa tidak dukungnya keinginan beliau untuk mengadaptasi dan mengembangkan teorinya oleh pemegang kekuasaan dan para penganut ideologi politik di Rusia hingga akhirnya beliau meninggal dunia. Vygotsky meninggal dunia pada tahun 1934 di usianya yang terbilang masih muda yaitu 38 tahun. Beliau terserang penyakit Tuberculosis (TBC). Sepeninggal beliau, barulah karyanya, seluaruh teori dan ide beliau diterima dan diakui oleh pemerintah juga tetap dianut dan dipelajari oleh mahasiswanya. Teorinya tentang perkembangan telah banyak memberikan perubahan pada pendidikan di Rusia dan kemudian berkembang di seluruh dunia hingga kini. Bangsa Rusia menjuluki Vygotsky sebagai "Mozartnya Psikologi" di latar belakangi oleh karya luar biasanya di bidang psikologi.

Begitulah sejarah singkat perjalanan hidup Vygotsky sebelum akhirnya menjadi ilmuwan yang terkenal hingga saat ini. Setiap perjalanan menuju kesuksesan, pastilah di dalamnya terdapat perjuangan, pengorbanan bahkan kegagalan. Jika kita bangkit maka kita akan bisa mencapai kesuksesan itu. Sebaliknya, apabila kita menyerah ketika dihadapkan dengan kegagalan maka kita tidak akan pernah sampai pada kesuksesan yang kita harapkan.

Setelah mengenal sedikit tentang kehidupan Vygotsky, kita akan beralih pada bab yang membahas tentang teori perkembangan kognitif Vygotsky. Berbeda dengan pandangan Piaget tentang kognitif. Piaget memberikan asumsi dasar bahwa perkembangan kognitif itu berasal dari bagaimana individu membangun pandangan kognitif itu sendiri. Perkembangan kognitif berkembang sesuai dengan tahapan usia seseorang. Itu mungkin pandangan Piaget mengenai perkembangan kognitif pada seseorang. Asumsi dasar Vygotsky pada teori kognitif yaitu berkembangnya kognitif seseorang itu dipengaruhi oleh adanya interaksi sosial. Interaksi sosial seseorang akan berjalan dengan baik dengan melalui bimbingan. Bimbingan di dapat oleh anak pertama kali dari orang tua sejak mereka di dalam kandungan hingga dilahirkan ke dunia. Hal tersebut merupakan awal dari perkembangan kognitif anak dengan membangun proses mental yang masih tergolong rendah. Selain bimbingan atau arahan yang diberikan oleh orang tua, perkembangan awal kognitif anak juga di tandai dengan persepsi sederhana anak terhadap suatu objek dan belajar pengelompokkan. Proses tersebut akan berlanjut hingga anak akan mencapai perkembangan kognitif dengan membangun proses mental yang lebih tinggi yakni kemampuan berbahasa, berhitung, memecahkan masalah, berfikir dengan adanya interaksi yang lebih luas lagi. Maksudnya, anak tidak hanya mendapatkan bimbingan dengan partner orang tua saja, namun sudah berpartner dengan guru, teman sebaya, dan lingkungan sekitarnya yang lebih luas. 

Partner pembimbing anak tersebutlah yang membantu anak untuk mencapai perkembangan kognitifnya yang lebih tinggi lagi. Bagaimana bisa? Iya tentulah, melalui kolaborasi anak dengan orang tua, guru dan teman sebaya yang menjadi pembimbingnya anak akan memperoleh perangkat-perangkat kognitif yang mereka perlukan, seperti bahasa, simbol, pemecahan masalah, dialog dan lain-lain. Proses bimbingan anak tersebut juga harus dibarengi dengan pemberian tugas yang menantang kepada anak supaya stimulus perkembangan kognitif  yang di dapat anak semakin kuat. Selanjutnya, perangkat-perangkat kognitif yang didaptakan anak akan mereka olah secara kreatif dalam dirinya. Artinya, aktivitas-aktivitas sosial atau perangkat kognitif tersebut akan dikembangkan oleh anak menjadi aktivitas mental dirinya sendiri. Proses berkembangnya aktivitas sosial menjadi aktivitas mental internal (diri sendiri) inilah yang disebut dengan Internalisasi. Melalui segala aktivitas sosialnya dengan guru, orang tua, keluarga maupun teman sebayanya itulah anak senantiasa menginternalisasikan setiap arahan dan perangkat kognitif yang telah mereka dapat. Pada akhirnya, anak akan mampu memberikan arahan kepada dirinya sendiri untuk menyelesaikan tugas belajarnya dan mengembangkan kognitifnya. Hal tersebut sesuai dengan judul artikel ini yaitu "Melalui orang lain, aku bisa menjadi diriku sendiri". Judul tersebut oleh penulis dikutip dari perkataan Lev Vygotsky menggunakan bahasa inggris yaitu "Through others, We become ourselves". 

Sekian tulisan hari ini. Terima kasih ya readers atas kesetiaannya membaca setiap tulisan penulis:). Jangan lupa untuk memberikan kritik, saran dan tambahan ilmu pengetahuan kalian readers. Caranya, kalian dapat menulisnya di kolom komentar. Penulis juga memohon maaf jika ada salah kata, penulisan ataupun penjelasan. Sampai jumpa lagi di tulisan selanjutnya dengan tema-tema yang baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun