Mohon tunggu...
Salma Farizkya
Salma Farizkya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

menulis, nonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penanggulangan Krisis Budaya Literasi di Desa Tlogopucang Temanggung

14 Agustus 2022   18:47 Diperbarui: 14 Agustus 2022   18:48 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kegiatan lomba literasi

Literasi dapat  kita diartikan sebagai sebuah keterampilan kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, menghitung, memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dalam garis besar diartikan sebagai kemampuan berbahasa. Namun saat ini budaya literasi memiliki arti yang sangat luas, bukan lagi bermakna sebagai kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis saja melainkan mengandung beragam arti ( dalam hal kebahasaan). Seorang dapat dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami apa yang telah dibaca atau dilihat sebelumnya , karena membaca dengan  tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan yang telah dibaca sebelumnya . Tingkat budaya literasi masyarakat suatu bangsa memiliki hubungan yang erat terhadap kualitas bangsa tersebut . Sehingaa tingkat kemampuan membaca masyarakat  sangat memberi pengaruh.

       Namun Indonesia merupakan salah satu negara yang masih rendah budaya literasi masyarakatnya. Hal itu tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Baik dari dirinya sendiri maupun faktor lingkungan sekitar. Pengaruh rendahnya minat baca atau literasi yang terjadi Indonesia ini juga disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, belum adanya kebiasaan membaca sejak dini karena anak zaman sekarang lebih suka bermain android daripada sekedar membuka atau membaca buku meskipun itu hanya sebentar . Kedua, fasilitas pendidikan yang masih rendah. Minimnya akses, kualitas tenaga pengajar dan keadaan ekonomi menjadi penyebab utama rendahnya fasilitas pendidikan terutama di desa-desa terpencil seperti di dusun kedopokan Desa Tlogopucang Kabupaten Temanggung. Dan yang terakhir adalah karena masih kurangnya produksi buku di Indonesia. Budaya membaca masyarakat indonesia sebenarnya tinggi namun kurangnya variasi buku yang dihasilkan membuat kebanyakan masyarakat Indonesia merasa bosan dan malas membaca buku.

      Berdasarkan survei Programme for International Assesment (PISA) pada tahun 2009, dalam bidang literasi, Indonesia menempati peringkat ke 57 dengan skor 402 dari 65 negara. Permasalahan mengenai lemahnya budaya literasi di Indonesia sudah tidak asing lagi terdengar oleh kita. Yang mana permasalahnan ini sudah bukan hal baru lagi, melainkan sudah lama terjadi tanpa perubahan positif yang terlihat. Permasalahan ini harus segera ditangani oleh pemerintah. Saat ini budaya litarasi perlahan-lahan tergantikan oleh budaya gadget. Dimana dengan menggunakan gadget kita dapat mengakses segala informasi yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu dengan menggunakan gadget kita dapat dengan mudah mencari ilmu pengetahuan tanpa harus susah payah pergi ke perpustakaan dan mencari buku satu persatu. Hal itulah yang membuat hilangnya budaya litarasi di Indonesia.

      Oleh karena itu Mahasiswa KKN MIT kelompok 25 UIN Walisongo Semarang membuat program literasi dengan tujuan untuk menumbuhkan budaya literasi di kalangan anak-anak di Desa Tlogopucang. Disini Mahasiswa KKN MIT kelompok 25 UIN Walisongo Semarang mengadakan perlombaan yang berhubungan dengan literasi seperti puisi, story telling dan menggambar. Dalam perlombaan tersebut mahasiswa KKN melibatkan 2 MI dan 2 SD yang ada di Desa Tlogopucang. Dalam perlombaan tersebut peserta terlihat sangat antusias selama perlombaan berlangsung. Perlombaan tersebut diharapkan mampu memberikan manfaat untuk anak-anak di Desa dan sebagai babak baru budaya literasi di Desa Tlogopucang. Selain mengadakan Lomba kami juga membuat program dengan membantu pengaktifan perpus desa  Tlaga Ilmu yang telah lama vakum akibat pandemi covid-19. Dalam perlombaan literasi tersebut sekaligus dengan pembukaan kembali perpusdes Tlaga Ilmu Desa Tlogopucang. Namun terkadang anak-anak berkunjung ke perpustakaan hanya sekedar untuk menggunakan wifi atau sekedar membuka internet saja. Namun peraturan di perpusdes Tlaga Ilmu jika ingin internetan atau menggunakan wifi harus membaca minimal 1 buku terlebih dahulu. Jadi setiap anak yang berkunjung tidak hanya mengunakan internet saja. Selain dua program tersebut mahasiswa KKN MIT kelompok 25 mengadakan bimbel( bimbingan belajar) setiap malam. Kegiatan ini tidak bersifat memaksa namun siapa yang ingin mengikutnya dipersilahkan untuk datang ke posko. Ternyata banyak dari mereka yang sangat antusias dalam mengikutinya. Meraka menanyakan materi-materi yang kurang dipahami selama di sekolah, selain belajar mereka juga bercerita mengenai problem-problem mereka selama di sekolah dan di masyarakat. Disini kami tidak hanya memberikan solusi masalah mereka namun juga motivasi agar lebih semangat lagi dalam belajar. Itu menjadi awal yang bagus untuk meningkatkan budaya literasi di Desa Tlogopucang. Serta dapat meningkatkan kualitas SDM disana.

       Kualitas suatu negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya (SDM) melalui kecerdasan dan pengetahun yang dimilikinya. Sedangkan kecerdasan dan pengetahuan dihasilkan oleh bagaimana dan seberapa ilmu pengetahuan yang didapatkan, sedangkan ilmu pengetahuan di dapat dari informasi yang diperoleh dari berbagai sumber baik secara tulisan maupun lisan. Semakin banyaknya masyarakat yang gemar membaca dan memperbanyak ilmu pengetahuan dari berbagai sumber, maka suatu negara akan semakin tinggi peradabannya. Oleh karena itu semakin hilangnya budaya litarasi di Indonesia akan semakin membuat negara kita tertinggal dan diremehkan oleh negara lain. Maka dari itu, untuk mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain ,kita perlu mengetahui apa yang menjadikan mereka lebih maju. Ternyata meraka memiliki kualitas sumber daya manusia yang unggul. Budaya membaca mereka telah menjadi kebiasaan bagi mereka dan mereka menjadikan itu sebagai kebutuhan dalam kehidupan sehari harinya. Untuk mengikuti cara-cara negara-negara tersebut dalam menumbuhkan minat baca sejak dini perlu ditiru dan diterapkan pada masyarakat Indonesia, terutama pada tunas-tunas bangsa yang kelak akan mewarisi negeri ini. Pertama yang dilakukan adalah dengan mengubah sistem pendidikan di Indonesia. Siswa hanya diberikan berbagai macam mata pelajaran dan mereka dituntut untuk menguasai semua itu. Dengan adanya kebijakan Full-day School malah mengkibatkan siswa semakin kelelahan. Kebanyakan dari negara yang memiliki sistem pendidikan yang bagus kegiatan belajar yang dilakukan relatif santai dan tanpa tekanan. Waktu yang digunakanpun tidak lama mereka mengutamakan kenyamanan siswanya. Disana juga tidak hanya diajarkan materi-materi saja melainkan bagaimana menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam lingkup sosilanya. Namun di Indonesia siswa tak pernah diajari bagaimana memahami dinamika persoalan-persoalan  yang terjadi dalam lingkup sosial masyarakat. Ditambah lagi dengan sistem peringkat yang menjadikan adanya persaaingan antar siswa. Ini tak hanya menyebabkan siswa memiliki sifat egois dan akal kritisnya tergerus, melainkan juga dapat menghilangkan esensi pendidikan  berupa kekeluargaan dan gotong royong atau kerjasama. Kemampuan akademis yang tinggi tidak menjamin seseorang akan literat. Saat ini indonesia membutuhkan pemuda pemudi bangsa untuk menggerakan budaya literasi terutama pada anak. Sementara hanya sedikit pemerintah daerah yang benar-benar peduli terhadap budaya literasi. Mereka beranggapan urusan politik, pembangunan infrastruktur negara dan pertumbuhan ekonomi jauh lebih penting. Selain itu mahalnya harga buku dan rendahnya minat baca masyarakat dianggap penyebab lesunya perbukuan Indonesia.

       Oleh karena itu yang di butuhkan negeri ini adalah bagaimana cara menanggulangi krisis budaya literasi ini. Ada beberapa cara untuk mencegah krisis budaya literasi ini berkelanjutan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

  • pemerintah perlu memperbaiki sistem pendidikan.Pemerintah harus menutamakan kenyamanan siswa. Pemerintah harus menjadikan siswa untuk memiliki minat baca dan menulis. Jika terlaksana, pemerintah harus mengembangkan minat itu lebih lanjut. Selain itu tenaga kerja yang dikerahkan harus benar-benar menguasai bidangnya masing-masing.
  • Pemerintah harus memperbaiki regulasi guna memakmurkan penerbit.Industri penerbitan buku  di Indonesia saat ini stak dalam beberapa tahun terakhir karena banyak masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selain itu banyak sekali  pembajakan buku dan karya tulis lainnya semakin meningkat dan belum ada upaya serius untuk mencegahnya dari pemerintah maupun kalangan penegak hukum. Penerrbitan buku juga terhambat akibat munculnya buku elektronik. Buku elektronik ini mampu menggeser cara baca masyarakat terutama masyarakat perkotaan. Penerbitan buku juga dianggap perusahaan komersial yang penuh dengan pungutan pajak, oleh karena itu pemerintah bisa membebaskan pajak bagi penerbitan buku.
  • Pemerintah harus segera menghentikan segala bentuk pemberangusan buku.Karena, dengan buku peradaban di suatu negara akanberkembang, sedangkan dengan tiadanya buku peradaban akan hancur dan tertinggal dengan negara lainnya. Oleh karena itu pentingnya bedah buku bagi masayarakat. Karena dengan bedah buku kita mendapatkan pengetahuan dan wawasan baru tentang buku tersebut, selain itu kita juga dapat mengetahui kekurangan serta kelebihan buku serta motivasi dari membaca buku tersebut.
  • Berperan dalam meningkatkan budaya literasiKita sendiri semestinya juga berperan untuk meningkatkan budaya literasi dengan membuka perpustakaan (kecil) seperti gubug baca outdor di desa-desa dan menyelenggarakan  seminar tentang pentingnya lliterasi. Oleh karena itu saat ini negara butuh pemuda pemuda negeri ini sebagai penggebrak bangsa betapa pentingnya budaya literasi di Indonesia.

PENUTUP

Pengembangan budaya literasi baik di sekolah maupun di masyarakat , akan memberikan dampak positif baik diri sendiri, masyarakat maupun negara. Dalam mengembangkan proses budaya literasi memang tidak gampang. Oleh sebab itu dibutuhkan kerja sama baik masyarakat itu sendiri mapun pemerintah. Guna untuk meningkatkan dan mengembangkan minat membaca dan keterampilan lainnya terutama bagi anak-anak. Adanya suatu pengembangan yang tepat akan berdampak baik pada pencapaian tujuan yang telah di tetapkan secara efektif maupun efisien.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun