Mohon tunggu...
Yuni Bues
Yuni Bues Mohon Tunggu... -

- Suka makan & ketawa\r\n- Karyawati di satu perusahaan di Jerman

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kondisi Pohon Kok Hanya Dilihat Dari Luarnya Aja

19 Januari 2015   20:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:48 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lagi enak-enaknya ngopi di Bikini Haus, HP suami bunyi. Suami langsung menjawabnya & kata pembukaan yang saya dengar hanya 'au weia'. Saya sudah tahu, pasti ada berita yang nggak enak, kalau ekspresinya sudah seperti itu. Ibunya yang nelpon.
Katanya, pohon Lärche (sejenis cemara) yang ada di kebun belakang tetangganya, yang usianya hampir sama dengan suami, tumbang, walaupun saat itu tidak ada Sturm (angin ribut) yang kuat. Pagar belakang rumah mertua rusak sedikit, begitu juga dengan Kirchenbaum (pohon cherry). Sedangkan rumah si pemilik pohon mengalami kerusakan yang cukup parah di bagian belakangnya. Lha pohon segede gaban tumbang sampai ke akar-akarnya.

Sudah 3 tahun lebih, setiap kali kita duduk di Wintergarten rumah mertua, sering kita membicarakan pohon ini, yang tampaknya sakit. Daunnya mulai berkurang & berwarna kecoklatan. Kita mulai mengira-ngira kemana jatuhnya pohon ini, kalau ada angin topan yang cukup kuat.
Daripada main tebak-tebakan terus, akhirnya mertua perempuan meminta si pemilik pohon, opa yang usianya hampir 100 tahun & tinggal sendirian, untuk memotongnya. 2 kali meminta, 2 kali ditolak. Kata si opa, pohonnya masih sehat kok, sebab di puncaknya masih banyak daun hijau yang tumbuh. Saking kesalnya, mertua menyarankan si opa untuk cari ahli pohon aja dulu untuk menilai fisik pohonnya, daripada mempertahankan argumentasinya tanpa bukti yang kuat. Lagi-lagi si opa nggak mau dengar. Rupanya dia sayang untuk mengeluarkan uang, walaupun dia punya 2 apartment di Mallorca (Spanyol) yang disewakan. Sampai si opa meninggal beberapa bulan lalu, pohonnya tetap aja berdiri.

Ucapan si opa mengingatkan saya akan pernyataan Pak Didik Widyatmoko (Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI), yang dirilis Kompas beberapa hari lalu atas tumbangnya pohon damar tua yang mengakibatkan 6 orang tewas & 23 orang cedera. Menurut Beliau, dia tidak tahu kalau kondisi pohon itu sudah sakit, karena dari fisik luarnya masih sehat. Pengecekan selama ini hanya menggunakan tehnik visual (pengecekan fisik luar).
Kalau yang bilang itu orang seperti si opa atau yang awam dengan pepohonan, mungkin saya masih bisa memakluminya. Tapi orang seperti Beliau, yang menguasai bidangnya & kerjanya ngurusin macam-macam pohon, kok ngelihat sehat atau tidaknya pohon hanya dari tampilan luarnya aja. Itu kan aneh & memalukan sekali.

Di Berlin yang setiap 1 kilometernya ada 82 pohon jalanan (jumlah totalnya 438.000 pohon), pengecekannya selalu berlapis-lapis, terutama untuk pohon yang bermasalah (sakit). Hal ini dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban (baik material maupun nyawa), jika sewaktu-waktu pohon itu roboh. Apalagi di Jerman sering sekali ada angin kencang, yang lamanya tidak hanya 1 atau 2 hari, tapi bisa berminggu-minggu seperti saat ini. (Pohon yang sehat aja bisa tumbang, apalagi yang sakit).

Untuk menilai keadaan & pertumbuhan pohon jalanan dipakai tehnik CIR (pemotretan lewat udara dengan infra merah) yang dilakukan setiap 5 tahun sekali. Metode ini sudah dipakai sejak 30 tahun lalu.
Hasil pemotretan itu akan merefleksikan vitalitas puncak (ujung atas) pohon. Apakah pertumbuhan cabangnya mengalami gangguan, daunnya mulai rusak atau rontok. Kemudian membandingkannya dengan pohon yang sudah direferensikan & diteliti kesehatannya, baik warna & ukuran daunnya, bentuk cabang & puncaknya.

Selain tehnik CIR, mereka juga mengecek pohon jalanan 1 tahun sekali. Bahkan bisa 2 kali/tahun, jika pohon itu bermasalah (sakit). Hasilnya akan didokumentasikan & digunakan sebagai bahan acuan oleh petugas dinas dalam perawatannya. Dan juga bisa dijadikan alat bukti, jika sewaktu-waktu timbul konflik.
Ada kalanya mereka juga melakukan Stichprobe, yaitu pemeriksaan dengan mengambil obyek secara acak.
Pemeriksaan keamanannya meliputi:
- Pemeriksaan visual, semua pohon dicek oleh petugas yang sudah terdidik melalui pemeriksaan fisik yang cermat & teliti, mulai dari tanahnya sampai ke tanda-tanda yang bisa membahayakan keamanan lalu-lintas.
- Pemeriksaan manual, petugas akan mengetuk-ngetuk batang pohon dengan palu mulai dari akar sampai cabang di puncaknya. Kepadatan batang pohon yang sakit & sehat bunyinya beda.
- Pemeriksaan lanjutan. Hal ini dilakukan jika hasil pemeriksaan sebelumnya dirasa belum cukup memuaskan. Pemeriksaan ini menggunakan alat bantu bor. Batang pohon akan dibor & dengan Resistograph akan dapat diketahui resistensi pohon itu. Atau bisa juga digunakan Zuwachsbohrer untuk mengambil inti pohon. Mereka bisa juga mengikutsertakan ahli pohon, jika diperlukan.

Memeriksa kondisi suatu pohon tidak bisa disamakan seperti orang membeli baju, yang hanya dilihat dari luarnya saja. Pohon yang berdiri kokoh & berdaun lebat, belum tentu sehat di dalamnya. Bisa jadi di dalamnya sudah banyak lubang & mulai keropos. Proses pengeroposan ini seringkali tidak bisa dilihat dengan gampang oleh mata telanjang. Makanya pengecekannya tidak cukup dengan teknik visual saja.

Masalah kesehatan pohon adalah masalah yang sangat kompleks. Mulai dari tempat tumbuhnya, iklim, polusi, asupan makanannya, parasit atau virus, dsb.sangat mempengaruhi pertumbuhan & kekuatan pohon.
Di jalan-jalan di Berlin atau Brandenburg kadang-kadang saya melihat beberapa pohon yang di batangnya ditulis "F" (Fällen: potong), walaupun dari fisiknya masih sehat. Pohon-pohon itu bakal ditebang, karena bermasalah. Biasanya akar atau batang di dalamnya sudah digerogoti penyakit.
Untuk memudahkan pengontrolan & perawatan pohon jalanan, maka setiap pohon diberi nomer berbeda. Jika terjadi suatu kejanggalan, maka petugas bisa langsung menemukan pohon yang bermasalah itu, begitu juga dengan lokasinya. Sistem pendataan yang dilakukan dinas tata kota memang sangat rapih.

Melihat kebun & jalan yang hijau memang menyenangkan & menentramkan pikiran kita. Tapi dibalik keindahan itu ada juga bahaya yang mengintai, jika kita sebagai pemiliknya enggan atau mengabaikan perawatan terhadap pepohonan itu.
Di Jerman si pemilik tanah, di mana pohon itu tumbuh, secara hukum diwajibkan untuk mengontrol kesehatan & kestabilan pohonnya secara teratur. Membiarkan pohon yang sakit tanpa melakukan tindakan apapun, yang akhirnya roboh & menimbulkan kerusakan atau korban jiwa, maka si pemilik harus bertanggung jawab.
Dari kejadian yang menimpa mertua saya, anak dari si opa yang harus menanggung biaya dari kerusakan pagar & tanaman mertua, karena dia adalah ahli waris si opa yang telah meninggal.
Bagaimana dengan di Indonesia? Siapa yang bertanggung jawab untuk musibah yang terjadi di Kebun Raya Bogor? Apakah akan ada sangsi yang diberikan ke petugas yang bersangkutan, karena malapetaka ini terjadi akibat kelalaian yang disengaja?

Semoga dengan adanya kejadian ini, kita semua (terutama di tanah air) akan lebih memperhatikan lagi pohon-pohon kita. Pohon yang tumbang masih bisa diganti dengan pohon baru, tapi nyawa yang hilang tidak akan pernah kembali. Uang santunan sebesar Rp.15 juta untuk korban meninggal & Rp.5 juta untuk yang cidera akibat tumbangnya pohon damar itu,  tidaklah ada artinya dibandingkan derita yang mereka alami.
Turut berduka cita untuk keluarga yang ditinggalkan.

Sumber:
- Berlin.de (Stadtentwicklung & Umwelt).
- Kompas.com (Ancaman Di Balik Rindangnya Pepohonan).
- nasional.republika.co.id (Kebun Raya Bogor Beri Santunan Korban Pohon Tumbang).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun